Pergi

12.1K 670 14
                                    


"Mau, ikut Ayah!!"

Suara rengekan yang keluar dari mulut Alex tidak berhenti dari semalam, sampai saat ini di bandara pun rengekannya tak berhenti. Hanya Alex dan Ayana saja yang mengantar kepergian Reynand sedangkan Ibu Yulianti sedang berada di Lampung.

"Alex, kalau kamu ikut sama Ayah, Bunda Aya siapa yang jagain?" Tanya Reynand sambil mengelus punggung anak semata wayangnya.

Terlihat kebimbangan di wajah Alex karena pertanyaan dari Reynand, sedangkan Ayana ia tertawa kecil melihat ekspresi Alex yang menurutnya sangatlah lucu. "Alex, ikut sama bunda aja yah sayang. Nanti Alex bisa ketemu sama Om Radith, Alex bisa nginep di rumah bunda ya sayang."

Mendengar tawaran Ayana, mata Alex berbinar sejenak ia melihat Reynand.

Reynand mengangguk memberi persetujuan.

"Janji yah Bunda?"

"Iya sayang."

Mata Reynand tak lepas dari wajah Ayana, bukan main berat untuk meninggalkan Ayana apalagi ditambah ada yang mengganjal hatinya. Dua minggu ia harus menetap di Kalimantan demi permintaan Ayana.

"Kenapa?"

"Dua minggu itu lama Ay." Rengek Reynand.

Ayana tersenyum kecil, sifat asli Reynand akhirnya keluar. "Itu sebentar, Rey."

Reynand maju mendekati Ayana, dengan Alex yang masih berada di dalam gendongannya. "Kalau gak ada kamu, itu rasanya lama Ay. Kamu gek ngertiin aku."

Alis Ayana bertaut sejak kapan Reynand menjadi seperti ini. Ia tertawa sambil menundukan kepalanya tidak sopan tertawa di depan orang yang notaben calon suaminya. "Rey-Rey kamu kok lebay gitu, udah ah pesawatnya mau take off."

Reynand menghela nafasnya sedangkan Ayana ia mengigiti bibir bawahnya ada rasa tak ingin jauh dari Reynand. Reynand mengusap bibir bawah Ayana, tentu saja disambut oleh keterkejutan Ayana.

"Jangan kamu gigiti."

"Hah?"

Reynand tersenyum tipis ia arahkan kepalanya tepat disebelah telinga Ayana, dan tetap Alex yang berada di gendongannya untungnya Alex sedang tertidur akibat kelelahan akibat menangis sepanjangan.

"Aku gak mau khilaf di tempat umum Ay." Ujar Reynand dengan suara berat dan rendahnya. Ayana merinding mendengar ucapan Reynand, tentu ia sangat tau kemana arah bicara Reynand. Pipi Ayana memerah menahan malu.

"Rey, kamu." Cicit Ayana.

"Jaga diri kamu baik - baik." Dan satu kecupan di pipi Ayana, membuat Ayana tersentak terkejut. Ayana mengambil alih untuk mengendong Alex.

"Take care, Rey."

Reynand mendorong kopernya, ia tak mau melihat ke arah belakang, ia takut hatinya goyah melihat wajah Ayana. Dan dinding kaca itupun membela jarak antara Reynand dan Ayana, hati Ayana sedikit risau semenjak Reynand memasuki pesawatnya ada perasaan takut yang menggerubungi hatinya.

Ia menghela nafasnya sejenak menghilangkan perasaan takut dalam lubuk hatinya. Pak Asep sopir kepercayaan Reynand sedari tadi menunggu untuk mengantar pulang Ayana dan Alex.

"Maaf yak pak Asep agak lama." Ujar Ayana sambil memasuki mobil dan membenarkan letak gendongan Alex.

Pak Asep tersenyum maklum. "Loh, ndak apa apa toh neng."

Perjalanan menuju rumah, membutuhkan waktu lama karena kemacetan ibu kota yang sudah menjadi makanan sehari hari.

"Nda." Suara kecil milik Alex mulai terdengar, sepertinya ia sudah bangun.

AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang