PART 1

161 10 0
                                    

Demi tersenyum lebar melihat sebuah rumah tua yang letaknya tidak jauh darinya. Sekilas rumah itu tampak tidak terawat dan terkesan menakutkan. Namun bagi Demi, rumah tua itu memilikki kesan spesial tersendiri. Mungkin karena situasi nya yang jauh berbeda dengan rumah lamanya.
Demi terus terpaku melihat rumah tua nan sederhana itu. Ia benar-benar gembira dan segera memasuki rumah itu, hingga akhirnya seseorang memanggil namanya.

"DEMI!!!"

Demi menghela nafas. Ia membalikkan badannya dan mendapati Tiara sedang berjalan susah payah sambil membawa setumpuk kotak peralatan.

"Bantuin kek..enak aja langsung masuk", gerutu Tiara.

Demi pun segera menghampiri mobilnya dan mengambil beberapa kotak peralatan. Ia membawanya perlahan memasuki rumah tua itu dan ia semakin takjub dengan rumah tersebut. Bagaimana tidak. Rumah dengan penampilan seram ini rupanya memilikki seni tersendiri. Dindingnya dilukis dengan bunga-bunga sakura yang sangat indah. Meja,kursi, dan semua perabotan rumah tangga terbuat dari kayu jati yang diukir dengan begitu cantik. Demi memang bukan seniman, tetapi setidaknya dia bisa merasakan jiwa seni yang indah.

"Kak, aku ke Sungai Sanville dulu ya.. pengen lihat lihat", kata Demi sambil berjalan keluar rumah. Tiara tidak menjawab sepatah kata pun. Ia tampak begitu sibuk menata berbagai peralatan memasak, buku, dan lain-lainnya. Sudah pasti Demi tidak akan melakukan itu, jadi Tiara lah yang harus menyelesaikannya sekarang juga.

Sungai Sanville sangatlah indah. Tidak ada lagi sungai yang bisa mengalahkan pemandangan indah khas Sungai Sanville. Sungainya tidak terlalu besar, tetapi di sekitar sungai tersebut terdapat sebuah taman kecil yang dihiasi bunga warna warni dan dua buah ayunan. Selain itu ada sebuah bangku kayu yang cukup panjang dengan sebuah pohon besar di sebelahnya. Pada pohon itu tergantung sebuah papan dengan tulisan "Sungai Sanville".
Demi duduk di sebuah bangku kayu itu dan ia terus menatap keindahan Sungai Sanville. Perlahan lahan angin mulai bertiup menerpa wajahnya.
Tidak terlalu keras.
Terasa lembut.
Namun, ternyata dinginnya terasa hingga menusuk tulang tulang Demi. Demi memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana dan merapatkan tubuhnya agar tidak terlalu dingin.

Tiba-tiba...

Pandangan Demi teralih pada suatu sisi Sungai Sanville yang tidak jauh darinya. Di sisi itu, tampak air sungai bergerak seperti sesuatu telah dilemparkan kedalamnya. Demi mengerutkan keningnya. Ia berjalan mendekati air itu dan dilihatnya air yang terus menerus bergerak itu.
Demi menoleh ke kanan dan ke kiri, mengira bahwa seseorang telah melemparkan batu ke dalam sungai itu. Namun, taman tampak begitu sepi dan dia hanya seorang diri.

Demi semakin penasaran karena air tersebut tidak berhenti juga.

Perlahan-lahan, Demi mengulurkan tangannya dan hendak memasukkannya ke dalam air tersebut.

"DEMI!"

Demi terlonjak dan langsung berdiri menghadap ke belakang.
"Tiara?", gumam Demi.

"Ngapain sih disitu? Kaya orang bego aja deh. Mending bantuin aku beres beres rumah. Di gudang rumah ada tikus tuh. Kakak takut. Kamu usir sana" , kata Tiara.

Demi menghela nafas.

"Dasar! Udah kaget juga ternyata suruh usir tikus", batin Demi.

Demi pun mengikuti Tiara untuk kembali ke rumah. Namun, langkahnya terhenti dan ia menoleh ke arah sungai tersebut. Ia mengerutkan keningnya. Air itu sudah tidak bergerak lagi dan tampak normal-normal saja.

"Palingan ikan lewat", pikir Demi.

Tiara memang sungguh berbakat. Dalam sekejap saja, ia mampu mengubah ruang tamu begitu rapi dan bersih. Semula penuh dengan gumpalan debu dan sarang laba-laba, sekarang semuanya tampak bersih dan rapi. Pantas saja Demi malas untuk membereskan rumah.
Demi berjalan menuju ruang gudang dan ia terbatuk-batuk memasuki ruangan tersebut. Tidak hanya gelap! Tetapi juga pengap dan sangat berdebu! Bahkan tikus tikus berlarian kesana kemari tanpa rasa takut sedikitpun pada Demi yang sudah memegang sapu. Demi pun segera berlari mengusir tikus-tikus itu dan ia mulai membereskan beberapa barang.
Semuanya tampak lusuh. Tidak ada barang barang yang berarti juga. Hanya ada beberapa pipa, bantal, peralatan seperti obeng, bor, dll. Tidak ada kertas, foto, ataupun hal-hal menarik lainnya.
Demi mengibaskan tangannya yang penuh dengan debu dan berjalan keluar dari ruang gudang tersebut.

"Sudah aku usir tikusnya", kata Demi.
"Bagus deh. Nanti kakak kesana. Nih, kamu beresin sendiri kamar kamu. Kakak udah capek jadi nggak sempat beresin kamarmu", jawab Tiara.

Demi menghela nafas. Ia membawa koper besar berwarna hitam miliknya dan berjalan menuju kamar tidurnya.

hmm..

Tidak terlalu besar. Sederhana. Hanya ada sebuah kasur yang cukup luas, meja, kursi, dan sebuah lemari pakaian. Lantainya terbuat dari kayu sehingga terdengar suara decitan kayu saat Demi melangkahkan kakinya. Ia segera menata pakaiannya ke dalam lemari tersebut.

GEDEBUK!

Demi terdiam. Ia melihat sesuatu di dekat kakinya, terjatuh dari lemari pakaian tersebut saat ia memasukkan semua pakaiannya. Ia mengerutkan keningnya melihat benda itu.

"Buku apa itu?"





HAII WATTPAD-ers!!.. selamat datang di novel pertama aku yaitu Black Book. Maaf yaa kalau part pertama ini agak membosankan. Tapiii..jangan sampai kalian melewatkan cerita Black Book ini karena kalian akan diajak untuk berpikir dalam memecahkan suatu misteri.
SUMPAHH! SERU BANGET GAIS!
jadi jangan lewatkan part selanjutnya.
Oh ya, maaf kalau ada banyak kata" aneh atau editanku yang masih bad banget!
Kalian boleh loh memberi saran ke aku karena itu semua sangat membangun aku untuk menciptakan sesuatu yg lebih baik lagi.
Selamat membaca!

BLACK BOOK : SUNGAI SANVILLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang