Sepasang manik emerald milik Harry Styles mencari-cari di mana sosok Alexia Wells. Ia ingin meminta maaf atas kejadian kemarin. Harry sendiri tidak tahu alasannya mengapa Alexia terlihat seperti orang marah setelah ia menajukan banyak pertanyaan pada Alex. Hanya satu kesimpulan yang dapat Harry ambil; Pertanyaan yang ia ajukan semuanya adalah pertanyaan sensitif untuk Alexia Wells.
Dan, ya. Itu benar adanya. Kau sendiri tahu bukan apa yang membuat pertanyaan Harry terdengar sensitif di telinga Alex?
Senyuman Harry mengambang saat ia melihat Alex yang sedang duduk di bangku taman kampus seraya membaca buku. Harry berjalan mendekat ke arah Alex dan duduk di sebelahnya. “Hi, Ms. Wells.”
“Aku ingin minta maaf atas hal yang kemarin. Aku sungguh tak tahu bahwa pertanyaan-pertanyaan yang aku ajukan padamu adalah pertanyaan yang sensitif. Dan aku baru menyadarinya saat wajahmu terlihat marah padaku.”
Alex bergeming. Namun tidak dengan hatinya. Ia merasa hatinya masih terguncang atas pertanyaan-pertanyaan Harry kemarin. Dan ia mesti menyalahkan Harry. Karena semua pertanyaan Harry membuat Alex sangat merindukan orang tuanya sekarang.
Hei, Alex masih mempunyai perasaan.
Jangan kalian pikir, di balik sikap Alex—dingin, cuek, tak peduli akan sekitarnya dan apapun itu yang membuatnya di panggil aneh—ia tidak mempunyai perasaan sama sekali. Tidak, jika kalian berpikir begitu, kalian salah besar!
“Aku ingin tahu di mana letak kesalahanku padamu, Alex. Bisakah kau memberi tahuku? Agar aku tidak melakukan kesalahan yang sama lagi padamu.”
“Kesalahanku itu ap—”
“Kau.” Kening Harry menyerit cepat saat Alex berkata ‘kau’. Bingung, heran dan senang bercampur menjadi satu dalam diri Harry. Senang karena akhirnya Alex mau berbicara. Bingung dan heran saat tiba-tiba Alex memotong ucapan Harry saat Harry hendak bertanya apa kesalahannya, dan Alex malah langsung memotong dengan satu kata ‘kau.’
“Maksudmu? Aku tidak menge—”
“Semua kesalahan, terletak pada dirimu.” Ujarnya dengan nada datar dan dingin. Alex tak menunjukan emosi apapun dari nada suaranya padahal ia sangat marah dan kesal sekarang. Alex memang bisa mengendalikan dirinya untuk tetap terlihat datar dan dingin.
Bayangkan saja, ia sudah seperti itu sejak umurnya tiga belas tahun!
Dan sekarang umurnya hendak menginjak kepala dua. Jadi, hampir tujuh tahun. Hei, tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, kau tahu?
“Aku?” Harry menunjuk dirinya sendiri. Ia masih di bingungkan oleh Alex. Harry masih belum menangkap apa maksud yang di katakan Alex.
“Seharusnya kau menjauh dariku.”
“Apa?! menjauh darimu? Tidak, Alex. Tentu saja itu tidak bisa. Aku tidak bisa jauh darimu.” Sergah Harry cepat. Wajahnya menunjukan bahwa ia sangat takut bahwa ucapan Alex yang tadi itu adalah serius.
Namun, hal yang di katakan Alex selalu serius, bukan? Kapan ia pernah bercanda?
“Kenapa aku harus menjauh darimu, Alex? Apakah aku mengganggumu dan mengacaukan hidupmu? Apakah ada sesuatu yang membuatmu ingin aku menjauh darimu—oh, tentu ada! Tapi apa? Selama enam bulan aku mengenalmu kau tidak pernah menyuruhku menjauh darimu, Alexia.”
Alex masih bergeming di tempatnya. Tapi kali ini ia menutup buku yang sedari tadi ia pegang dan menatap lurus ke depan. Ke arah keramaian kampus.
Harry menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi, “Aku lebih baik selalu diabaikan olehmu daripada kau menyuruhku menjauh darimu, Alex.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Addict ♦ h.s.
Fanfiction[discontinue] Ini bukan cerita fantasi, maupun kisah para vampire. Ini hanyalah kisah seorang gadis yang kecanduan dengan bau cairan yang merupakan alasan mengapa dia masih hidup hingga sekarang. Cairan berwarna merah, yang menurut orang lain menaku...