Ternyata

32 2 0
                                    

"Makasih ya Jo udah mau nganterin" Ucap Ryma.

"Oke santai aja Rym, gue cabut dulu ya" Johan mencubit pipi Ryma.

"Hati-hati" Ucap Ryma di saat Johan telah meninggalkannya.

Johan segera menuju rumahnya untuk bersiap-siap karena jam empat sore nanti dia harus tiba di sekolah. Basket dan musik adalah sebagian hidup dari Johan, bahkan dia adalah seorang kapten basket di sekolahnya.

Terlihat parkiran motor sekolah yang telah padat oleh puluhan roda dua, Johan segera mencari celah kosong untuk tempat persinggahan motornya, akhirnya!

"Jo, udah ditunggu" Teriak Fabian yang telah siap untuk bermain basket.

"Yoi yoi bro, sorry tadi habis seneng-seneng" Johan menghampiri Fabian.

"Kerjaan lo mah cewek mulu. Udah gih sana" Fabian menolehkan kepala ke arah lapangan basket. Mereka segera menuju lapangan.

"By the way tadi lo gak keliatan kemana?" Johan heran.

"Tadi itu ada workshop, selsesainya jam 9 sih, tapi habis itu gue langsung ke UKS buat tidur" Fabian mengangkat sebelah alisnya diiringi senyum sinis lawakannya.

"Haha gila..." Belum selesai Johan berbicara tiba-tiba Coach Robin meneriaki mereka dari tengah lapangan dengan bola basket yang dipegangnya.

"Maaf coach saya terlambat, tadi sempet ada problem di jalan" Nafas Johan ngos-ngosan karena baru saja berlari memdekati Coach Robin.

"Sana push up 10 kali" Coach Robin hanya tersenyum tipis.

Setelah selesai dihukum Johan langsung bergabung bersama anak-anak yang telah siap bermain. Kebetulan Johan dengan Fabian sangat klop dalam tim basketnya, apabila keduanya bermain bersama , siapapun pasti sudah bisa menebak bagaimana hebatnya tim mereka.

Jump ball telah melambung, Fabian langsung melebar ke arah samping sementara Johan yang meraih bola yang sedang melambung. Yap, dapat! Johan mengoper Fabian yang sudah berada di depan dan.. Masuk!!!

Sungguh hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat mereka berdua bisa berkerja sama dan berhasil memasukan bola ke ring.

Tak terasa latihan hari ini sudah sampai di penghujung waktu, semuanya sudah menepi di bangku lapangan untuk minum dan lain sebagainya. Johan dan Fabian segera menuju parkiran motor.

"Tumben banget si lo telat? Biasanya juga lo yang paling awal ke sini" Fabian heran.

"Habis nganterin bidadari gue tadi" Johan mengusap lehernya dengan handuk.

"Yaudah yok cabut udah hampir malam" Fabian mengangkat tasnya dari bangku lapangan yang diikuti oleh Johan.

"Ntar malam gue nginep rumah lo ya" Pinta Johan.

"Nah pas banget, gue juga ntar malam sendirian di rumah" Fabian tertawa.

Johan menjemput tangan Fabian untuk bersalaman pamit "Jam 8 gue ke rumah lo ya, gue cabut dulu bro"

"Hati-hati bro" Fabian bersalaman dengan Johan.

***

Ryma hanya melamun menatap lesu awan yang kian menutupi bulan, masih terbayang kejadian waktu itu apalagi hari ini dirinya belum ada komunikasi dengan Fabian bahkan bertatap mata pun mereka tidak. Hembus kencang angin menyuruh Ryma untuk menutup jendela kamarnya, boneka beruang putih seakan telah memanggil Ryma untuk segera memeluknya, Ryma segera menutup jendela dan menuju ranjang, memeluk boneka kesayangannya dan menatap kosong atap kamarnya.

Kriing... kriing... kriing...

Panggilan masuk dari Johan memecah sunyi di kamar Ryma. Ryma segera mengangkatnya.

Will Not ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang