Cemas

25 2 0
                                    

Hari ini nampak berbeda dari hari-hari sebelumnya, Fabian yang biasanya cerewet kepada Ryma kini hanya terdiam tanpa sepatah kata. Pikiran, hatinya, semuanya kacau, namun tiada seorang pun yang mengetahui itu. Ryma heran dengan sikap Fabian hari ini, dia tak habis pikir.

Ryma's POV

Ada apa dengan Fabian hari ini? Apa aku harus mendatanginya? Mungkin jangan, aku tahu dia masih butuh waktu untuk menyendiri, menutup indera dari hingar bingar keramaian sekolah ini. Paling juga tidak lama nanti dia akan kembali menjalani harinya seperti biasanya.

"Fabian habis lo apain Rym? Kok beda gitu" senggol Ghea.

"Gatau gue juga bingung" aku masih memperhatikan Fabian.

"Lo terakhir komunikasi kapan? Terus lo ngomong apa aja ke dia?" tanya Ghea sembari mencopot earphone di telinganya.

"Baru tadi malam, gue itu cuman minta maaf gara-gara gue tolak ajakan dia pulang bareng sama gue siang itu Ghe" aku menatap Ghea dengan tatapan penuh kecemasan.

"Nah mungkin dia masih kecewa gara-gara itu. Coba deh lo nanti kasih dia surprise, gue yakin dia bakal lupa masalah waktu itu deh" Ghea mengangkat kedua alisnya dengan ujung bibir kanan yang melengkung ke atas.

"Boleh juga tuh. Tapi gue mau kasih apa ya? Saran dong Ghe" aku memanyunkan bibirku tanda permintaan mohon pada Ghea.

"Beri aja dia bunga mawar kuning, mawar kuning itu simbol permintaan maaf. Di depan sekolah kan ada toko bunga tuh, lo beli aja di situ Rym" Ghea melirik ke atas, mencari alternatif ide yang lain.

"Boleh boleh. Yaudah nanti gue coba cari di situ" akhirnya aku bisa tersenyum walau masih ada sedikit perasaan cemas di hatiku.

"Haha gue seneng liat lo bisa senyum gini Rym" Ghea menepuk lemah pundakku.

"Thanks ya Ghe, lo baik banget sama gue" ternyata masih ada teman sebaik Ghea.

"Santai aja kali, udah tugas gue jadi teman lo" senyuman Ghea memancing bibirku untuk ikut tersenyum bersamanya.

Fabian's POV

Tanganku masih menari di atas buku tempatku menumpahkan semua beban di otakku, ku tulis semua yang telah membuatku seperti ini. Aku tahu Ryma masih memeperhatikanku di belakang sana, tapi aku tidak mengharapkan dirinya untuk datang menemuiku dan menanyakan apa kabarku.

Firasatku hari ini jam pelajaran akan banyak yang kosong karena hari ini salah satu guruku ada yang masih merayakan pesta pernikahannya yang tempatnya jauh dari sekolahku, sehinggga semua guru tidak akan buru-buru untuk kembali ke sekolah. Lebih baik aku mencari kesibukan yang lain agar aku bisa melupakan mimpi buruk semalam walaupun itu hanya sementara. yang terpenting sepanjang hariku jangan sampai dihantui oleh sebuah masalah sepele seperti itu.

Saat aku berjalan di sekitar Lab. Biologi terdengar suara keramain di belakang sana, karena lapangan olahraga berada tepat di belakang Lab itu. Aku menghampiri sumber suara tersebut. Tepat sekali, anak basket sedang bermain basket di situ, aku harus bergabung, aku harus bersenang-senang!

"Bi! Sini gabung!" teriak Johan yang sudah basah terguyur keringat. Aku segera mendekati mereka.

"Lo gantiin gue aja Bi, habis ini gue ada ulangan soalnya" Henry mengusap wajahnya dengan tangan.

"Oke siap. Eh tim lo yang mana?" tanyaku.

"Yang kancing bajunya pada dilepas itu" Henry menunjukkan ke arah tim yang akan aku bela.

"Ohh itu. Yaudah gue main dulu Hen" aku menuju lapangan meninggalkan Henry.

Ternyata tim yang kini aku bela tertinggal 5 point. Tidak beran, tim lawan lebih banyak yang senior daripada tim yang aku bela.

Will Not ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang