Waktu silih berganti, sudah hampir 1 tahun waktu berjalan. Ryma telah terbiasa menjalani hari-harinya tanpa Fabian walaupun perasaannya masih sama saat mereka masih bersama. Hanya saja saat dirinya masih sendiri terkadang sedikit ada rasa rindu di hatinya.
Di kala Fabian telah hilang di telan waktu, Johan datang utuk mengetuk hati Ryma. Memang sudah sejak lama Johan mengungkapkan perasaannya pada Ryma, namun sekarang dia kembali berusaha untuk membuka pintu hati Ryma untuk menaruh hatinya di sudut sempit hati Ryma yang masih menyimpan rasa untuk Fabian.
Ryma's POV
Johan yang selalu ada untukku kini telah berhasil membuat hatiku yang selama ini layu kini telah bermekaran kembali. Dia datang di saat aku benar-benar rapuh. Aku suka cara dia untuk membuatku bisa tertawa.
Sore ini aku dan Johan sedang menikmati hangatnya senja di pantai pasir putih yang masih banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa. Kami duduk di sebuah gubuk, suara gesekkan daun pohon kelapa beriringan dengan suara ombak yang memecah karang memberikan bumbu tersendiri senja ini.
Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini, aku menanti detik-detik tenggelamnya mentari di tengah samudra.
"Rym, gue mau ngomong sesuatu" Johan membuat wajahku berpaling dari mentari yang mulai tenggelam.
"Ngomong aja Jo" ujarku.
"Umm.. lo tau kan perasaan gue sama lo? Lo juga sadar kan seberapa jauh kita dekat? Lo mau gak jadi pacar gue?" Johan memegang tanganku. Sungguh aku sangat bahagia mendengar itu, seketika hati ini berdetak kencang berirama nada cinta.
Lalu bagaimana dengan Fabian? Dia pernah berkata bahwa dirinya aķan menyayangiku selamanya. Tapi dia juga telah pergi tanpa kabar untukku. Jujur aku masih ada perasaan untuk Fabian, namun saat ini aku mencintai dua orang dalam waktu yang bersamaan. Aku tidak tahu siapa yang paling aku cintai saat ini, yang jelas aku masih bahagia mendengar perkataan Johan barusan.
Johanlah yang selalu ada untukku, aku yakin dirinya sangat menyayangiku dari sikapnya selama ini yang selalu perhatian padaku.
"Iya gue mau Jo" aku tersenyum malu menjawab ini. Wajahku memerah, tanganku membeku.
Oh tidak, Johan memelukku. Aku nyaman di pelukannya, seperti tidak ingin lepas dari dekapan tubuh Johan.
***
Sudah 5 tahun aku menjalani hubungan dengan Johan, berbagai kenangan pahit dan manis kami lalui bersama. Entah mengapa nama Fabian masih jelas tertulis di hatiku walau kini aku telah bahagia dengan Johan.
Hari ini hari jadianku dengan Johan yang ke 5 tahun, tapi kemana Johan pergi? Apa dia lupa tanggal berapa ini? Atau dia sengaja tidak menemuiku di hari ini? Atau mungkin dia sedang bersenang dengan wanita lain?
Aku cemas, ingin sekali aku berteriak. Aku menutuskan untuk menelefonnya.
"Halo Rym" jawaban Johan seakan memang dia tidak ingat hari ini.
"Lo gak ingat ini tanggal berapa? Gue daritadi nunggu lo dateng ke rumah gue, gue pingin lo ada di sisi gue. Sekarang beda kayak dulu, lo gak seromantis dulu Jo" aku menangis. Betapa sakitnya hati ini.
Ah kenapa terputus, Johan memutuskan panggilannya. Sial! Memang benar dirinya sedang bersama wanita lain.
Aku hanya menutup wajahku dengan bantal, tangisanku kian deras. Memikirkan mengapa dirinya bisa seperti itu, dengan siapa dia saat ini. Banyak sekali pikiran negatif di otakku.
Tak lama suara klakson mobil memanggilku untuk menengok lewat jendela dan menghampirinya. Kok hilang? Siapa tadi yang membunyikan klakson. Lebih baik aku turun untuk membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Not Return
RomanceHawa nafsu mengendalikanku untuk meraih jutaan bintang hingga diriku lupa pada sang rembulan yang telah lama berusaha menemani hari-hariku, meskipun ia tak sanggup melakukan itu di kala pagi hingga menuju senja. Dan pada akhirnya aku merasakan dingi...