Gadis cantik berambut panjang sedang menatap benda pipih di tangannya dengan mata berbinar.
"Hohoho.... Akhirnya gue dapet juga ini KTP. Kak Seven.. Nih liat gue dapet juga kan, jadi lo nggak bisa bilang gue anak kecil lagi wleee..." gadis itu menjulurkan lidahnya ke arah Seven."Apanya yang bukan anak kecil, jelas banget lo itu masih bocah Nil." Seven mengacak rambut Nila pelan dan fokus lagi pada laptopnya.
"Kak Seven bikin apaan sih? Fokus banget."
"Keppo amat lo bocah. Udah husss jauh-jauh sono ahh sempit disini nyet."
"Kampret... Awas lo gue aduin ke mama." akhirnya Nila kalah dan pergi menjauh.
---
"Yah, apa yang harus kita katakan pada Nila? Dia masih sangat kecil pa." Mama Dian menatap langit dengan khawatir."Papa juga nggak tau ma, tapi ini wasiat dari ayah dan juga kakeknya Reyhan jadi mau tidak mau kita harus mengatakan yang sebenarnya juga pada Nila." papa Exel menghela nafas pasrah.
Dan saat makan malam berlangsung, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Hanya denting alat makan saja yang terdengar.
"Ebuseeett... Ini suasana makan malam malah jadi mencekam banget." celetuk Nila pelan."Namanya bukan mencekam dodol. Ini namanya khidmat!" Seven memukul kepala Nila dengan sendok makan.
"Apaan deh kak Seven...ini emang suasananya nggak kayak biasanya! Ih dasar cowok emang nggak akan pernah peka!" khidmat dengkulmu. Apa kak Seven nggak liat gimana raut muka mama sama papa?!
"Ada apaan sih ma? Kok bingung banget kayaknya. Ada masalah ya?" tanyaku langsung. Yaaah aku bukan orang yang sabar menunggu penjelasan atau apapun itu.
"Papa pengen ngomong sama kamu. Penting." aelah papa biasanya asal nyeplos aja ini malah pake acara penting-penting segala.
"Nil, kamu sekarang udah 17 tahun kan?" Aku hanya mengangguk-angguk tidak penting. Apa papa hanya ingin bertanya itu saja? Aku menghela nafas pasrah.
"Pa, plis deh. Papa tau aku nggak suka berbelit-belit." ucapku pada akhirnya yang langsung mendapat jitakan brutal dari kak Seven. Aku mendelik marah padanya tapi dia hanya memandangku santai. Bodohnya aku, harusnya aku tau ini akan terjadi saat aku kurang ajar didepan mama papa. Aish... Baiklah baiklah, demi kepalaku yang malang aku akan menjadi anak baik..hanya didepannya saja. Setelah itu jangan harap aku akan jadi anak kalem, demi garpu neptunus... Menjadi kalem itu benar-benar bukan diriku dan itu sangat sangat sangat membosankan. Nahloh ada 3 'sangat' jadi bisa dibayangkan betapa membosankannya menjadi kalem itu.
"Papa dan mama hanya ingin menjalankan wasiat dari kakek kalian, apa kalian akan menjalankannya?" tanya mama ragu-ragu. Tunggu dulu... Kenapa aku tiba-tiba merasa akan ada bencana ya? Karena kak Seven terus menatapku datar, aku langsung mengangguk setuju. Aku benci tatapan diktatornya itu. Entahlah, kak Seven selalu menyebalkan seperti biasanya.
"Kakek kalian berwasiat untuk menjodohkan salah satu cucunya dengan cucu dari keluarga Orta." jelas mama panjang lebar. Aku melanjutkan makanku. Karena kupikir perjodohan itu untuk Seven mengingat usianya sudah 25 tahun sedangkan aku masih 17 tahun.
"Vanila Laline Alexander, apa kau mendengarkan mama?!""Adadaaaaawww... Ma.. Ampun ma, Nila denger kok yakin." ringisku saat mama seenaknya menjewer kupingku.
"Lo itu ya, udah ke sejuta kali mama jewer kuping lo masih nggak kapok juga ha?" sindir kak Seven. Aku melempar tatapan paling horor yang kumiliki padanya. Salah apa aku di masa lalu hingga aku dikaruniai kakak sekejam ini *hiks...
"Terus apa hubungannya sama Nila ma?" tanyaku penasaran sambil mengusap pelan telingaku yang masih berdenyut sakit.
"Ya ada lah oon... Cucu keluarga Orta kan cowok. Yakali mau dijodohin sama gue." ucap Seven polos tanpa dosa. Hah? Dia bilang apa tadi? Cucu keluarga Orta itu cowok? Jadi, yang akan menikah adalah..... Aku?! What?! Demi Uttaran yang nggak tamat-tamat?! Gue bakal dinikahin? Super sekali kakekku itu.
"Mama nggak salah nyuruh Nila nikah?" aku berdiri menghadap mama dan papa. Dan mereka mengangguk serempak. Apa yang harus kulakukan? Menerimanya? Atau menolaknya? Baiklah aku akan dengan tegas menolaknya.
"Tidak ada penolakan Nil!" baru saja aku ingin membuka mulut. Tapi kak Seven sudah memberi kode keras padaku.
"Ih kakak!! Ini hidup siapa? Gue kan?" tukasku tak terima. Hey, bukan dia yang akan menikah tentu saja dia tidak keberatan. Apalagi aku yang notabenenya sebagai pengganggu akan menghilang, of course dia akan seneng. Aku menggembungkan pipiku tak setuju.
"Dia orang yang baik dek, gue yakin dia bakal bisa jagain elo." kak Seven mengusap kepalaku pelan. Dan tunggu, dia manggil aku dengan sebutan dek? Hebat... Aku penasaran siapa orang yang bisa membuat kakak dengan mudah memanggilku 'dek' itu.
"Baiklah ma, pa, Nila setuju dijodohin sama dia." ucapku pada akhirnya. Walau nantinya apa yang akan terjadi padaku karena bahkan aku tidak tau seperti apa orang yang akan dijodohkan denganku itu.
The other side*Reyhan Pov-
"Pa, tumben mampir ke apartemen?" tanyaku heran saat aku keluar dari ruang kerja dan menemukan papa sedang duduk di sofa ruang tamu sambil meminum kopi.
"Makanya kamu harus cari istri biar ada yang ngurus kamu! Papa disini dari tadi juga kamu nggak tau kan?" baiklah baiklah.... Kuakui aku Kebiasaan, saat aku sudah memasuki ruang kerja pasti aku akan lupa waktu.
"Mama nggak ikut pa?"
"Sengaja papa tinggal agar mama tidak menahanmu." menahanku? Memangnya aku narapidana harus ditahan segala?
"Ditahan kenapa pa?"
"Karena sebentar lagi kamu akan menikah."
Menikah...
Menikah...
Menikah...
"Hah? Aku akan menikah? Dengan siapa?!" tanyaku kaget.
"Ini wasiat dari kakek kamu nak, jika cucu dari keluarga Orta harus menikah dengan cucu keluarga Alexander. Dan kau akan segera menikah dengannya mengingat usiamu yang terus bertambah. Papa khawatir kamu akan jadi perjaka tua." papa melihatku sambil geleng-geleng kepala. Perjaka tua? Aku mengangkat sebelah alisku lalu tertawa pelan.
"Yak! Anak bodoh... Kenapa kau tertawa?!"
" paa.... Apaan deh, papa bercandanya lucu banget sumpah."
"Kamu pikir papa bergurau untuk masalah sebesar ini? Besok kita akan ke rumah keluarga Alexander. Jadi jangan bercinta saja dengan tumpukan kertas itu! Jam 8 malam kamu harus sudah sampai di alamat ini." perintah papa tak terkalahkan. Papa memberikan selembar kertas berisi alamat rumah. Persetan lah, menikah atau tidak akan sama saja. Aku mengendikkan bahu terserah.
.
.
.
.
.
.
Tbc-Yo, selamat datang di cerita keduaku :v aku harap ceritaku kali ini nggak ngebosenin karena udah terlalu mainstream -___- dan aku harap kalian suka :) happy reading~
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher I Love You
Romance17++ Bagaimana jadinya bila seorang gadis SMA yang baru genap berusia 17 tahun bernama Vanila Laline Alexander harus menikah karena perjodohan. Terlebih lagi orang yang akan menikah dengannya adalah guru PKn-nya yang sangat menyebalkan. Reyhan Micha...