5. She knew our secret

47.4K 1.7K 16
                                    

Nila's Pov*

Aku keluar dari kamar dengan buru-buru. Yak! Ini sudah jam 7 kurang 15 menit dan Rey tidak membangunkan aku sama sekali. Dasar suami kurang ajar!

"Sayang, sarapan dulu." ucapnya lembut sembari mengoleskan selai coklat diatas roti bakar. Aish.. Benarkah?! Aku hampir terlambat dan dia malah menyuruhku sarapan.

"Rey, aku udah telat sarapannya nanti aja. Aku berangkat dulu ya." aku buru-buru memakai sepatuku dan berlari menuju lift. Tapi pintu lift tidak tertutup juga. Aaarrgghhh brengsek!

"Aku antar. Dan juga kau harus sarapan." Rey menjejalkan roti ke mulutku.

Dia menghidupkan mesin mobilnya dan aku dengan cepat masuk ke kursi belakang.
"Nil, kok kamu dibelakang? Kamu pikir aku sopir?" dengusnya pelan. Aku mengibas-ngibaskan tanganku tak peduli sambil mengunyah rotiku.
Sampai di depan gerbang aku langsung turun dan melesat melewati gerbang sebelum gerbang besar itu tertutup rapat. Fyuhh.. Untung saja aku tidak sampai terlambat. Jika aku terlambat maka aku akan membunuh suamiku tercinta itu. He? Tadi aku berangkat bareng? Yaampun sampe lupa pamitan sama Rey... Ahh sudahlah.. Aku mengambil ponselku lalu mengetik pesan singkat pada Rey.

To: Alien Rey
Yo, sorry udah ngluyur gitu aja. Yaah tau sendiri kan ketatnya sekolahan kalo gerbang udah ditutup.

Aku menghela nafas berat lalu masuk kelas. Mengawali masa sekolah yamg berat. Aku duduk  dibangku samping Abby setelah 2 jam dihihukum berdiri diluar kelas karena datang terlambat beberapa menit. Ck! Dasar bu Mita memang sadis. Beliau tidak akan membiarkan muridnya terlambat bahkan hanya semenit.

"Lo nggak apa-apa Nil?" tanya Abby khawatir. Aku mengangguk malas dia juga sangat cerewet hari ini, aku hanya lelah.

"Nggak biasanya lo telat kayak gini. Ada masalah di rumah?"

"Ng-nggak kok. Cuma tadi malem gue begadang nonton film doang." kilahku. Tidak mungkin kan aku bilang 'salahkan Rey karena tidak membangunkanku' yak! Itu sama saja dengan menggali lubang kuburanku sendiri.

"Lain kali gue nginep di rumah lo deh." cetus Kiki dengan ide brilliant-nya. Aku mengangguk tak paham. Sedetik setelahnya aku terbelalak kaget. Jangan sampai Kiki ke rumahku... Itu sangat berbahaya.

"No!!!! Lo nggak boleh nginep dirumah gue!" jeritku kaget hingga Kiki menatapku bingung dan terkejut juga.

"M-maksudnya l-lo nggak bisa nginep disana. Etoo.... Abang gue mata keranjang banget kalo liat cewek bening. Iya ... Dia itu mata keranjang." sepertinya itu alasan yang konyol tapi hanya itu yang melintas di pikiranku. Aaa mama... Aku ingin menjedotkan kepalaku saja ke tembok. Lihatlah ekspresi polos Kiki, aku ingin mencekiknya.

"Hiiiiyyy~ serem~ yodah gue nggak mau nginep dirumah lo. Bisa-bisa hidup gue dalam bahaya" Kiki memeluk dirinya sendiri. Fyuuh~ kupikir dia tidak akan percaya alasanku yang ajaib itu. Tapi syukurlah dia percaya. Aku mendengus pasrah saat guru lain masuk untuk mengawali pelajaran mereka.

----
Aku membanting tubuhku diatas sofa dan melempar tasku segala arah. Persetan dengan mandi sepulang sekolah.

"Yaampun Vanila, kamu masuk rumah udah kayak orang teler aja." decaknya kesal. Aku mengerutkan kening membiarkan Rey melepas kaos kaki dan membenahi sepatu yang tadi kulempar di tempatnya. Aku sedikit berjengit kaget saat tiba-tiba tubuhku diangkatnya. Spontan aku mengalungkan tanganku di lehernya.

"Yak! Aku mau dibawa kemana?!"

"Berisik! Diam dan ikuti saja." aku menyerah. Percuma saja melawannya.

"Dan berhenti mempoutkan bibirmu itu sayang." godanya memainkan alisnya. Kyaaaa!!! Mesum!! Aku melesakkan wajahku pada dada bidangnya. Kuharap dia tidak menyadari wajahku yang memerah. Rey mengecup kepalaku singkat lalu menurunkanku di depan kamar mandi.

Teacher I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang