Fanmeet #3

5.8K 766 17
                                    

Chapter 3

"Kau terlambat."

Chanyeol menggeser buku menu yang terletak di ujung meja ke arahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chanyeol menggeser buku menu yang terletak di ujung meja ke arahku.

"Kau boleh pesan apa saja. Dan terimakasih mau datang kesini. Kukira kau tidak akan datang." ujarnya.

"Maaf, aku minta maaf karena terlambat datang." aku menundukkan kepalaku karena merasa bersalah.

"Tapi terimakasih karena sudah mengundangku kesini." imbuhku lirih.

"Ya, kau telat hampir 1 jam dari waktu yang dijanjikan." ujar Chanyeol sarkas, wajahnya serius dan terlihat kesal. Aku memainkan jemariku dan tersenyum kikuk setelahnya, mencoba untuk mencairkan suasana.

Suasana berubah hening.

"Aku bercanda." Chanyeol terkekeh.

Ia lalu membenarkan posisi duduknya dan menatap ke arahku. Merasa diperhatikan, aku jadi merasa gugup dan canggung.

"Aku akan senang kalau kau bersedia memperkenalkan dirimu lebih dulu" Chanyeol membuka pembicaraan.

Mendengar nada bicaranya yang santai, aku merasa lebih tenang. Aku menghembuskan napasku panjang berulang kali. Mungkin Chanyeol memang bermaksud memulai pembicaraan demi membuatku merasa nyaman.

"Namaku (y/n). Ini tahun terakhirku di SMA. Aku pindah kesini sejak umur 8 tahun karena pekerjaan papa. Kami kewarganegaraan Indonesia. Sekarang orangtuaku sudah kembali tinggal di Indonesia. Aku terlanjut kerasan disini sehingga aku memilih untuk tinggal Korea setidaknya sampai aku lulus kuliah." ujarku sambil tersenyum.

"Oh ya, kau boleh memanggilku (y/n). Sekarang giliranmu memperkenalkan diri, oppa." jawabku. Aku merasa sedikit lega karena rasanya atmosfer penuh kecanggungan diantara kami sudah tidak terlalu terasa.

Dan ngomong-ngomong,  meminta Chanyeol untuk memperkenalkan diri kepadaku rasanya seperti bertanya pertanyaan retoris. Aku tahu persis jawabannya. Aku tahu namanya. Aku tahu apa pekerjaanya. Aku tahu umur dan tanggal lahirnya. Aku tahu apa yang ia suka dan tidak sukai. Bahkan aku mengetahui nama kakak dan ibunya. Masih banyak lagi kalau harus kesebutkan. Tapi kurasa tak masalah memintanya memperkenalkan diri. Sekedar basa-basi. Setidaknya agar pembicaraan ini tidak selesai begitu saja.

"Park Chanyeol, aku anak pemilik restoran ini. Waktu kecil aku hobi memelihara ferret.  Kau bisa melihat kakakku ditelevisi. Dia pembawa acara berita. Dan saat ini aku sedang tertarik dengan memasak. Itulah alasan mengapa aku rajin mengunjungi Vivapolo jika ada waktu senggang akhir-akhir ini. " jawab Chanyeol.

Aku tertawa kecil. Aku senang cara Chanyeol memperkenalkan dirinya.

'Ya, aku juga sering melihatmu ditelevisi' batinku.

Aku lalu melanjutkan pembicaraan.

"Aku tidak bisa memasak. Tidak bisa sama sekali. Ya, mungkin bisa, tapi rasanya selalu tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan. Aku selalu terkesan melihat anak laki-laki yang bisa memasak. Rasanya lucu." ucapku jujur sembari berniat untuk memujinya.

"Lucu?" Jawab Chanyeol. Ekspresinya dibuat-buat seperti orang yang terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja dengarnya.

"Aku selalu heran dengan bagaimana cara berpikir anak perempuan. Tapi kalau memang anak perempuan berpikir laki-laki yang memasak itu lucu, aku akan berusaha mulai sekarang demi menyenangkan hati mereka." ucap Chanyeol sambil tersenyum.

Aku hanya mengangguk sambil membalas senyumnya. Bila terlalu lama melihat Chanyeol tersenyum, aku bisa tanpa sadar menyeringai karena senang.

Senyumannya selalu memiliki efek samping yang menular.

Tak lama, seorang pria dengan mantel hitam dan masker masuk ke dalam restoran. Ia menghampiri kami dan menepuk pundak Chanyeol.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari siapa pria itu. Tingginya sekitar 170, rambut pendek, mata besar. Dirinya sendiri tetap terlihat tampan, bahkan saat ia menutupi setengah wajahnya dengan masker. Suaranya berat dan gerak-geriknya tenang. Tatapannya terlihat teduh. Pandanganku terus terkunci padanya.

Kyungsoo. Aku berani jamin itu dia.

Tampaknya Kyungsoo menyadari bahwa aku memperhatikannya. Ia melepas masker yang menutupi hidung dan mulutnya dan tersenyum menyapaku. Ia membungkukkan tubuhnya dengan sopan.

"Kurasa aku mengenalimu, kau yang waktu itu datang ke acara fanmeet, bukan? y/n?" tanya Kyungsoo.

Aku bergeming sambil menatapnya salah tingkah.

Jantungku rasanya tak lagi berada ditempatnya. Mataku terasa panas dan aku yakin sekarang wajahku merah padam.

Apa Kyungsoo baru saja menyebut namaku?

Berlama-lama di sini sepertinya hanya akan membuat mental dan kondisi jantungku semakin tidak sehat.

Yatuhan, bermain-main dengan jantungku juga ada batasnya.

Dua orang yang biasanya berada di bawah terang lampu sorot kini ada di sini, bersamaku.

Tbc.

FanmeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang