Fanmeet #8

4.2K 640 24
                                    

Chapter 8.

Apa aku perlu menceritakan pada kalian bagaimana penampilan Chanyeol hari ini?

Flawless.

Ia terlalu sempurna. Aku curiga apa memang ia bertambah tampan setiap harinya? Apa yang ia makan sampai bisa setampan itu? Maksudku, apa sungguh ia tidak pernah terlihat jelek sekalipun?

"Apa aku sebegitu tampannya hari ini sampai-sampai kau terus-terusan melihatku seperti itu?" Ucap Chanyeol tiba-tiba tanpa menoleh ke arahku. Pandangannya masih lurus ke depan memperhatikan jalan.

Aku langsung mengalihkan pandangaku ke luar jendela. Wajahku pasti memerah saat ini karena ketahuan mencuri pandang padanya. Oh ya, setelah meminta izin kepada mama, aku dan Chanyeol segera berangkat. Diluar dugaanku, tadi mama tidak banyak bicara. Kurasa aku harus menyiapkan batinku untuk nanti. Aku yakin sekarang mama tengah merangkum seribu pertanyaan untuk mengintrogasiku pulang nanti. Sekarang aku sedang berada di mobil Chanyeol. Aku sempat bertanya sebelumnya kemana kami akan pergi, tapi Chanyeol hanya menggeleng. Yah, biarlah ia membawaku kemanapun ia ingin. Sekarang aku tengah disuguhi pemandangan terbaik, memperhatikan Chanyeol yang duduk di kursi kemudi. Dan yang paling membuatku bahagia, akulah gadis beruntung yang sekarang ini berada di sampingnya.

Waktu rasanya menjadi lambat ketika melihat Chanyeol ada di sampingku. Sekarang aku percaya, cerita tentang seorang gadis malang yang tinggal dan disiksa oleh ibu dan saudari tirinya yang kemudian dilamar oleh seorang pangeran bukan hanya ada di dalam dongeng. Saat ini, aku mengalaminya.

***

Aku terbangun begitu Chanyeol mengetuk kaca jendelaku dari luar. Ah, kurasa aku tertidur dalam perjalanan. Aku langsung keluar dari mobil begitu melihat pemandangan di depanku.

Aku melepaskan flat shoes-ku dan membiarkan kakiku terselimuti oleh butiran kecil pasir pantai. Aku menoleh ke arah Chanyeol dan tersenyum ke arahnya, seakan hendak memberitahunya bahwa ia telah membawaku ke tempat yang tepat.

Aku mendekati bibir pantai. Pandanganku menerawang jauh. Angin menyibak rambutku. November memang bulan yang dingin, tapi aku merasa amat nyaman dan tenang saat ini. Aku tak menyadari Chanyeol sudah berdiri di sampingku. Dia juga diam tanpa kata, malah menerawang jauh ke arah lautan lepas.

"Terimakasih sudah membawaku kesini." Ujarku.

"Ya.." jawab Chanyeol. Suaranya berat dan nada bicaranya lembut.

"Kau tahu? Kau tipe orang yang mampu membuatku patah hati." Ucapku tanpa menoleh ke arahnya.

Aku melanjutkan kata-kataku sebelum Chanyeol sempat menjawabnya.

"Saranghae." Ucapku.

Aku tidak tahu bagaimana kata-kata seperti itu dapat dengan mudahnya terucap olehku. Selama ini aku selalu menutup diriku. Mungkin aku terlalu terbawa suasana saat ini. Dalam mimpi terliarku sekalipun, aku tak pernah membayangkan akan mengatakan perasaanku seperti ini kepada siapapun.

Chanyeol menatapku sejenak lalu ia menarikku dan jarak kami sangat dekat saat ini. Ia mendekatkan wajahnya. Aku memejamkan mataku dan jantungku berdebar amat keras. Aku belum siap.

Chanyeol mencium keningku.

Aku mengerjap dan mendongak ke arahnya. Ia tersenyum dan tatapannya berubah sendu.

"Saranghae.." ucapnya.

Aku lemas begitu mendengarnya. Aku tak tahu apa yang bisa lebih baik dari ini. Mendadak mataku terasa panas dan aku mulai menangis. Aku jadi emosional karena perlakuan Chanyeol kepadaku. Aku takut dipermainkannya. Aku tak punya apapun selain hatiku untuk dipertaruhkan.

Chanyeol terlihat bingung, namun ia hanya diam menatapku.

"Aku.. aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku sama sekali tak mengerti bagaimana kau bisa menyukaiku.. aku..aku mungkin tidak seperti yang kau bayangkan.. aku gadis yang berantakan, aku seringkali egois, mungkin yang kau lihat saat ini bukanlah aku yang sesungguhnya.. aku takut kau salah menilaiku.. aku takut kau mencintai orang yang salah.." aku mengucapkannya sambil terisak.

Chanyeol mendekat dan memelukku erat.

"Aku sudah tertarik padamu sejak pertama kali melihatmu memberikan tempat duduk pada seorang gadis kecil yang juga datang ke acara fanmeet waktu itu. Aku juga tahu alasan kau terlambat datang ke restoran ibuku karena menolong seorang wanita penderita alzheimer, asal kau tahu, anak dari wanita yang menderita alzheimer itu bekerja di Vivapolo. Ia menceritakannya padaku sewaktu melihatmu di restoran. Aku berpapasan dengannya begitu keluar restoran bersama dengan Kyungsoo dan ia menunjuk ke arahmu yang duduk di sebelah jendela waktu itu. Kau duluan yang membuatku jatuh padamu, aku hanya menarikmu agar kau ikut jatuh padaku.." Jawab Chanyeol setengah berbisik, berusaha agar membuatku tenang. Ia masih memelukku saat ini.

Aku langsung mengingat-ingat kejadian waktu itu. Aku juga ingat si wanita dengan sweater biru tua yang waktu itu mengucapkan terimakasih padaku. Rupanya saat itu, semesta tengah merajut takdirku. Aku menyesal mengatakan bahwa seluruh dunia tengah bersekongkol untuk mengerjaiku waktu itu.

Aku melepaskan pelukan Chanyeol dan menatapnya dalam.

"Maaf karena aku meragukanmu." Ujarku.

Chanyeol tidak menjawab, ia hanya mengacak-acak rambutku lalu tersenyum. Ia menggenggam tanganku dan memasukkannya ke dalam saku mantelnya.

"Udara sangat dingin hari ini." Ujarnya.

"Tapi kau tak dapat menjadikannya alasan untuk mengenggam tanganku seperti saat ini" ujarku sambil tertawa. Aku memukul lengannya dengan tanganku yang satunya.

"Ah gadisku kasar sekali, aku kesakitann" ujar Chanyeol sambil memegangi lengannya yang baru saja kupukul.

Aku hanya menyeringai dan memukuli lengannya lagi. Chanyeol mengaduh kesakitan dan aku terus-terusan tertawa.

Tiba-tiba flash kamera mengagetkanku. Kurasa seseorang baru saja memotret kami.

Tbc.

FanmeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang