Fanmeet #16

3.6K 511 18
                                    

Chapter 16.

Aku yakin kalian tak akan pernah bisa menolak ajakan seorang pria sepertinya.

Ia tinggi dan tampan. Senyumnya sehangat mentari pagi, atau mungkin hangat mentari pun kalah dengan kehangatan senyumnya. Suaranya belum pernah kau dengar langsung, tapi kau akan langsung mengenalinya begitu ia mengajakmu berbicara. Kau akan membenarkan segala kesalahan yang diperbuatnya. Kau akan menganggap segala kesukaannya adalah kesukaanmu juga. Kau akan menikmati perjalanan bersamanya kemanapun ia membawamu sekalipun perjalanan itu sangat lama dan membuat tanaman di rumahmu kering kehausan.

Yang paling parah, kau mungkin akan tetap mengikutinya meskipun ia mengajakmu masuk ke dalam neraka.

***

Ini pukul 4 pagi dan kini Chanyeol mengajakku pergi entah kemana. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jalanan di hari sepagi ini masih lenggang dan sepi.

"Kemana kita?" Tanyaku.

"Memangnya aku pernah memberitahumu kemana kita akan pergi?" Chanyeol balas bertanya.

Aku menatapnya dan tertawa pelan.

"Baiklah. Pergilah kemanapun kau ingin." Ujarku.

"Hidupmu akan penuh kejutan setiap saatnya jika kau menghabiskan sisa hidupmu dengan pria sepertiku." Ujar Chanyeol sambil menyeringai.

"Begitu juga denganmu. Aku akan menghantuimu terus menerus. Bahkan dalam lamunan sekalipun. Aku bukan tipe orang yang ingin berperan sebagai figuran dalam film. Aku selalu mengincar pemeran utama." Ujarku dengan penuh percaya diri.

Chanyeol tertawa mendengar ucapanku.

"Ada banyak hal yang ingin kulakukan hari ini." Ujarnya.

"Jadi, kita akan mengunjungi banyak tempat hari ini?" Tanyaku.

"Kita akan mengunjungi banyak tempat jauh hari ini. Semakin jauh semakin bagus. Kau bisa gila kalau hanya diam di apartemenmu dan menunggu keadaan membaik." Jawab Chanyeol.

"Dari awal aku memang sudah gila, kok.." ujarku.

"Yatuhan, apa aku benar-benar memilih gadis yang salah?" Ujar Chanyeol. Ekspresinya dibuat seakan-akan ia tengah terkejut saat ini.

"Ya, kau salah!!" Ujarku sambil mencubit lengannya.

"Kau selalu menyerangku saat aku sedang mengemudi. Kau benar-benar membuatku 'hidup' dan kadang juga membuatku serasa ingin mati." Ujar Chanyeol.

Aku terkekeh mendengarnya.

"Hei... kalau misal hari ini hari terakhirmu, apa yang ingin kau lakukan sebelum mati?" Tanyaku tiba-tiba.

"Banyak. Aku masih ingin hidup lama, kok. Aku belum punya rencana untuk itu." Jawab Chanyeol.

"Kan kutanya 'misalkan', jadi kau harus menjawabnya." Ujarku setengah memaksa.

"Aku ingin melihatmu." Jawabnya.

Ah, lagi-lagi ia tersenyum nakal.

Aku mendengus dan memalingkan wajahku. Aku menerawang pemandangan di luar jendela.

"Aku ingin melihat matahari untuk terakhir kalinya." Ujarku tiba-tiba.

"Maksudmu?" Tanya Chanyeol.

"Kalau misal aku harus mati besok." Ujarku memperjelas perkataanku yang sebelumnya.

Chanyeol mengangguk.

"Kalau begitu ayo." Jawab Chanyeol.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Melihat apa yang akan kau lihat jika memang besok kau akan mati. Kita punya cukup waktu untuk melihatnya sekarang." Ujar Chanyeol.

"Jangan berkata seolah-olah aku akan benar-benar mati esok hari" jawabku sambil merengut.

"Kau kan tahu semesta sekalipun tak akan berani membuatmu dalam bahaya karena ada aku." Ujarnya penuh percaya diri.

Dalam hatiku, aku berbisik kalau aku juga akan memarahi seluruh semesta jikalau semesta menyakiti Chanyeol-ku.

***

"Ini pertama kalinya aku melihat sunrise." Ujarku.

"Aku orang pertama yang melihat sunrise bersama denganmu. Itulah yang semestinya kau katakan." Jawab Chanyeol.

Aku tersenyum manis ke arahnya.

Ini kali kedua ia mengajakku pergi ke pantai. Udara sangat dingin pagi ini.

Oh ya, detik ini juga, aku memutuskan pantai adalah tempat favoritku (walaupun sebenarnya aku akan mengakui bahwa aku akan menyukai tempat manapun yang dipilih Chanyeol).

Kesimpulannya, tempat terbaik adalah berada di sisinya.

Suara ombak dan gesekan halus pasir pantai membuatku merasa nyaman dan tenang. Kini aku memperhatikan Chanyeol yang tengah berdiri tak jauh dariku. Memperhatikannya seperti ini terasa seperti mencontek diam-diam.

Aku masih ingat pertemuan pertamaku dengan Chanyeol di acara fanmeet November lalu. Lucu ya ketika aku datang kesana dengan tujuan menemui D.O tapi Tuhan malah mempertemukanku dengannya. Mungkin tanpa pertemuan itu, Chanyeol bahkan takkan mengetahui kalau ada seseorang sepertiku yang hidup di dunia ini.

Aku juga ingat betapa senangnya diriku saat ia mengundangku ke vivapolo. Segala hal yang pernah terjadi dalam hidupku rasanya tidak pernah lebih baik dari ini.

Aku ingin menjadi orang yang bisa diingatnya semasa hidupnya. Aku sudah tidak harus mencintainya diam-diam lagi karena ia berada di sampingku sekarang ini.

"Aku senang!" Ujarku.

"Apa?" Tanya Chanyeol pura-pura tak mendengar ucapanku.

"Saranghae!" Ujarku. Kali ini lebih keras.

"Tadi bukan itu yang kau ucapkan. Aku tahu." Ujar Chanyeol.

"Apaa?" Tanyaku. Sekarang aku yang pura-pura tak mendengar perkataannya.

"Saranghae.." jawab Chanyeol.

Aku tersenyum lalu meraih tangannya.

"Tangan ini milikku. Begitu juga si pemilik tangan ini." Ujarku.

"Yang memegang tanganku saat ini adalah milikku juga." Jawab Chanyeol.

Kami berdua tertawa. Chanyeol lalu mendekatkan tubuhnya dan memelukku.

Itu pagi terhangat yang pernah kurasakan di bulan Desember.

Itu pagi terhangat yang pernah kurasakan di bulan Desember

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tbc.


FanmeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang