Rindy dengan menggerutu berjalan beriringan dengan Selly menuju kelasnya. Sejak meninggalkan kantin tadi, tak ada hentinya Rindy berceloteh mengomentari perilaku Risa.
Mulai dari sifat Risa yang kekanakan, sifat Risa yang manja, Risa yang terlalu frontal dan tidak punya malu. Semuanya. Sifat yang menurut Rindy jelek di hadapannya tadi.
Selly yang mendengar ocehan Rindy hanya tersenyum miris saja. Karena Selly tidak pernah suka mendengar orang yang selalu bergosip, ataupun menjelek-jelekkan orang lain di belakang.
Risih. Telinga Selly terasa penat mendengar Rindy yang masih juga belum berhenti mengoceh.
"Udah ah. Kalo kamu nggak suka sama Risa, mending kamu ngomong depannya aja. Nggak ada gunanya kamu ngomong di depanku Rin, aku juga nggak bisa ngerubah sifat Risa." Akhirnya Selly membuka mulut setelah sekian lama ia tahan.
Rindy mendengus kesal. "Lo kan sahabat gue. Jadi wajar dong kalo gue curhat sama lo." Balasnya yang masih berjalan dengan Selly.
Selly langsung menghentikan langkahnya. Membuat Rindy mengerutkan alis dan ikut berhenti.
"Aku emang sahabat kamu. Kamu juga boleh curhat sama aku. Tapi aku nggak suka kalo kamu ngomongin kejelekan orang di belakang." Jelas Selly.
"Oke-oke. Gue tahu kok kalo seorang Selly nggak suka bergosip. Gue nggak bakal ngomongin kejelekan orang kalo lagi sama lo" balas Rindy sambil berjalan meninggalkan Selly yang masih berdiri mematung.
Selly memikirkan kalimat yang dilontarkan sahabatnya barusan.
'Dia nggak bakal ngomongin kejelekan orang kalo lagi sama aku. Itu artinya kalo sama orang lain..'
Selly berlari mengejar ketertinggalannya dari Rindy. Sementara Rindy, dia pun semakin mempercepat langkahnya meninggalkan Selly.
"Maksud kamu apa kalo nggak sama aku?" Teriak Selly tapi masih terdengar lembut.
Rindy hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum. Dan malah berlari kecil untuk menghindari Selly.
Selly pun tak ingin kalah dan ikut berlari kecil mengejar Rindy. "Jadi kalo sama orang lain kamu bakal ngomongin orang?"
Rindy mengedikkan bahunya lagi sebagai jawaban. Hingga mereka kemudian sampai di dalam kelas. Dan Rindy, ia masih bersembunyi dari Selly. Dengan kepalanya yang di tenggelamkan ke dalam kedua tangannya yang terlipat di atas meja.
Selly duduk di bangkunya, di samping Rindy. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Rindy agar dia terbangun. Tapi Rindy hanya mengerang saja sebagai balasan.
"Rindy nyebelin ah" desah Selly frustasi.
Rindy terkikik dan kemudian mengangkat kepalanya karena sudah tak tahan terus berada di antara lipatan tangan dengan meja.
"Ngambek ih. Kek anak kecil " ledek Rindy.
Selly memalingkan wajahnya, hanya pura-pura merajuk.
"Sel.."
Tak ada jawaban.
"Sel.." Rindy merengek.
Masih tetap tidak ada jawaban.
"Selly sahabat gue yang baik hati luar dalem. Nggak usah ngambek an deh. " bujuk Rindy.
Selly menolehkan wajahnya menatap Rindy sekilas, lalu dipalingkannya lagi ke arah lain.
"Selly ih" ujar Rindy dengan kesal, lalu menggelitiki tubuh Selly. Hingga membuat keduanya saling tertawa.
Mereka berdua terus saja tertawa. Mereka tak menyadari kalau ada guru yang sudah masuk ke dalam kelas. Kemudian, dengan sekali sentakan dari guru, akhirnya Selly dan Rindy terdiam. Tutup mulut, tapi masih menahan cekikikan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENCE
Fiksi RemajaJika kita memiliki persamaan dengan orang lain, maka kita akan sangat mudah untuk bersamanya. Bersama dalam hal apapun. Tapi ketika kita memiliki sebuah perbedaan dengan seseorang, apalagi perbedaan keyakinan. Hal itu seperti menjadi sebuah pondasi...