BAB 9

22 4 1
                                    

Sesampainya di rumah, Selly langsung berlari menuju ke kamarnya. Nando dan Sella yang tengah menonton TV langsung menoleh ke arah Selly ketika suara sepatu Selly terdengar.

"Dek" Nando meneriaki nama Selly. Tai tak digubris oleh gadis yang mempunyai nama itu.

Selly langsung masuk kamar dan merebahkan dirinya di atas kasur sambil menangis.

Sesaat kemudian terdengar bunyi ponsel milik Selly. Ia dengan segera mengeluarkan ponselnya itu dari tasnya.

Nama Dion tertera di ponsel itu dengan berisi sebuah pesan.

Dion:  Gimana? Lo udah mau pulang?

Selly langsung melempar hpnya asal. Ia kembali menangis lagi. Lalu terdengar nada dering dari ponsel Selly. Menunjukkan jika seseorang tengah meneleponnya.

Selly tahu, dan ia yakin jika yang menelepon itu pasti Dion. Jadi ia semakin merapatkan bantalnya itu untuk menutupi telinganya.

Tak lama kemudian Nando masuk ke dalam kamar Selly. Ia sangat terheran melihat Selly yang sedang terisak dengan wajahnya yang tertutup oleh bantal.

Nando semakin mendekati adiknya itu. Ia duduk di tepi ranjang sembari mengelus punggung Selly untuk menenangkannya.

"Kamu ada masalah?" Tanya Nando dengan lembut.

Selly tak menjawab. Dia masih meneruskan tangisannya.

Karena merasa tak dianggap oleh Selly dan juga karena tak sanggup melihat adiknya yang terus saja menangis, Nando menarik kedua bahu Selly. Menegakkan tubuh Selly agar terduduk dan bersandar di kepala ranjang.

Selly menutupi wajahnya yang berwarna merah tomat.

Nando dengan segera memeluk adiknya itu sembari mengelus pelan rambut milik Selly. "Kamu nggak mau cerita masalah kamu sama kakak?"

Selly hanya menggeleng pelan.

"Kamu mau cerita sama Sella aja?" Tanya Nando yang masih lembut dan sabar menghadapi Selly.

Selly menggeleng lagi.

"Jadi kamu nggak mau cerita sama saudara kamu? Terus apa gunanya saudara kalau kita nggak bisa bantuin saudara kita yang sedang punya masalah?" Nando berhenti sejenak. "Atau kamu udah nggak nganggep kalau kakak sama Sella itu saudara kamu ya? Ya udah kakak pergi" ujar Nando sambil melepaskan pelukannya.

Dengan gerakan sigap, Selly langsung mengeratkan pelukannya kepada Nando. Selly menggeleng pelan. "Jangan tinggalin aku Kak. Aku nggak pernah nganggep kalau Kak Nando sama Sella itu nggak ada. Aku sayang sama kalian." Ucap Selly dengan sesekali sesenggukan.

Lalu terdengar kembali suara ponsel milik Selly. Nando melihat nama seseorang yang berada di layar ponsel itu.

"Nggak diangkat telfon dari Dion?"

"Nggak usah" jawab Selly dengan ketus.

Nando sekarang mengerti penyebab adiknya menangis seperti ini. "Apa yang udah dilakuin sama dia sampe kamu nangis kayak gini?"

Selly melepaskan pelukannya dan mendongak menatap wajah Nando. "Dia siapa?"

"Jawab Sel. Kalo kamu nggak jawab biar kakak yang langsung hajar dia. "

"Jangan Kak" rengek Selly. "Dion nggak salah apa-apa. Cuma aku aja yang baperan." Selly masih sesenggukan.

Nando mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu?"

"Aku kira Dion suka sama aku. Ternyata aku salah. Dia deketin aku karena dia suka sama sahabatku. Rindy. Mereka bakal tunangan saat kenaikan kelas." Wajah Selly memerah lagi menahan tangisnya.

DIFFERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang