Dion memakai tuxedo berwarna coklat tua. Dia bersiap-siap untuk menjemput Selly. Rasa gugup masih saja menyelimuti dirinya. Dia pun memutuskan untuk memberikan pesan terlebih dahulu kepada Selly agar nantinya ia tak usah nunggu lama.
Dan dia juga tak ingin bertemu dengan keluarga Selly saat memakai baju resmi seperti ini. Ia hanya merasa canggung.
Dion: gue otw rumah lo
Setelah mengetikkan pesan itu dan kemudian mengirimnya, Dion menghembuskan napas dalam-dalam lalu berjalan keluar dari kamarnya.
Rumahnya terlihat sepi. Ia yakin kalau orang tuanya pasti sudah pergi ke acara itu. Dia pun berjalan lagi menuju garasi dan dengan segera ia menancapkan gas menjalankan mobilnya.
****
Setelah melihat pesan dari Dion, Selly pun langsung bergegas untuk merapikan rambutnya. Dan kemudian ia mencari sepatu yang cocok untuk ia kenakan saat ini.
Ia membuka rak sepatunya dan kemudian matanya tertancap pada sebuah wedges yang berwarna krem yang terlihat serasi dengan dress nya dan juga warna kulitnya.
Ponselnya berdering lagi. Menandakan ada sebuah pesan masuk. Selly pun dengan segera melihat ke arah ponselnya.
Dion: gue udah di luar. Lo keluar aja ya, sungkan gue mau masuk
Selly: iya. Aku keluar
Setelah itu Selly menyambar slingbag di atas kasurnya dan langsung berjalan keluar dari kamarnya dan menuju ke arah ruang makan. Ia hendak berpamitan kepada keluarganya.
"Selly ijin keluar sama Dion ya Pa, Ma. Dia udah nungguin di luar" ujar Selly sembari menciumi punggung tangan kedua orang tuanya.
"Kenapa nggak disuruh masuk juga? Ajakin makan malam sekalian di sini" tawar Ferro.
Selly menggeleng dengan cepat "Nggak usah Pa, aku langsung pergi ya" pamit Selly.
"Jangan malem-malem kalo pulang" teriak Nando ke arah Selly yang tengah berjalan menuju pintu.
"Iya Kak" balas Selly dengan berteriak juga.
Dia keluar dari rumah dengan langkah yang gugup. Dan ternyata di luar rumah, tubuh Dion telah terpampang jelas. Dia tengah bersandar di mobilnya dengan menekuk sebelah kakinya.
Selly terpukau melihat Dion yang semakin terlihat tampan jika memakai tuxedo. Sama halnya dengan Dion yang terpesona saat melihat Selly ke luar dari rumahnya dengan penampilan yang amat anggun.
Dion menelan ludahnya terlebih dahulu sebelum menyapa Selly. "Udah siap?"
Selly mengangguk pelan.
Dion pun membukakan pintu mobilnya untuk Selly. Dahi Selly mengernyit dan dibalas dengan anggukan kepala Dion. Dia pun masuk ke dalam mobil itu. Dan setelah menutup pintu mobil, Dion berjalan memutar menuju kemudinya. Setelah itu, mobilnya bergerak menuju tempat yang akan mereka datangi.
Setelah setengah jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di sebuah hotel mewah. Mobil Dion berhenti pas di depan pintu. Lalu seorang pegawai mendekati mobil itu dan membukakan pintu milik Selly. Sementara Dion, dia keluar dengan sendirinya setelah Selly keluar. Lalu diberikannya kunci mobil tadi kepada pegawai itu.
Dion mendekati Selly lalu menarik tangannya dan meletakkannya di lengan Dion. Tubuh Selly menegang. Tapi ia tak melepaskan tangannya yang masih bertengger di lengan Dion.
Setelah itu, mereka.berdua berjalan bersama memasuki lobi hotel. Dan kemudian mereka memasuki lift yang letaknya tak jauh dari lobi.
Selly dapat mendengar degupan jantung Dion. Dia berpikir, apakah Dion merasa gugup seperti yang ia rasakan saat ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENCE
Roman pour AdolescentsJika kita memiliki persamaan dengan orang lain, maka kita akan sangat mudah untuk bersamanya. Bersama dalam hal apapun. Tapi ketika kita memiliki sebuah perbedaan dengan seseorang, apalagi perbedaan keyakinan. Hal itu seperti menjadi sebuah pondasi...