Selly mengaduk-aduk bakso yang ada di hadapannya. Ia sama sekali tak berniat untuk memakan bakso itu. Perkataan Dion semalam terus saja berterbangan mengitari kepalanya.
Ia masih memikirkan perkataan itu. Walaupun ia tahu, kalau sayang yang dimaksud Dion itu tak mungkin lebih dari sayang seorang teman atau sahabat.
Tapi entah kenapa, rasanya Selly merasakan sesuatu yang berbeda. Dia menganggap kalau ungkapan sayang Dion semalam itu menunjukkan rasa sayang yang lebih dari seorang sahabat.
Selly menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak boleh kepikiran dengan kata-kata itu terus.
"Lo kenapa sih, Sel?" Tanya Rindy yang berada di sampingnya. Rindy terheran-heran melihat tingkah Selly.
Dengan cepat Selly menggelengkan kepalanya. "Nggak papa kok, Rin"
Rindy hanya mengerutkan dahinya dan kemudian melanjutkan acara makan yang sempat tertunda.
Selly menghembuskan napas lega. Dia beruntung karena Rindy tidak bertanya hal-hal lain lagi.
Tak lama kemudian datang Risa bersama Dion menghampiri keduanya. Ikut duduk dan bergabung bersama mereka.
"Pesenin gue napa Di!" Suruh Risa dengan nada juteknya.
"Pesen sendiri napa. Biasanya juga cewek yang ngambilin makanan buat cowoknya"
Selly, Rindy, dan tak luput juga Risa langsung menatap Dion seolah bertanya apa maksud dari perkataan Dion barusan.
Dion sepertinya tak peka di tatap oleh ketiga gadis cantik yang ada di sekitarnya ini. Dia hanya acuh memainkan hpnya.
"Cowoknya? Maksud lo? Lo cowok gue, gitu?" Tanya Risa tanpa ada malu.
Dion mengernyitkan dahinya. Ia baru saja menyadari kalimat yang telah keluar dari mulutnya tadi. "Kagak lah. Iya kali gue jadi cowok lo. Udah ah pesenin gue sana!" Ucap Dion sambil mendorong tubuh Risa.
Risa mendengus sebal. "Di mana-mana tuh biasanya cowok yang mesenin buat cewek.
Untung gue baik."Risa melangkah menuju ke arah penjual yang terdapat di kantin.
Di meja tadi, awalnya tak ada yang membuka suara sama sekali. Hingga kemudian, Rindy yang memulai berbincang.
"Lo udah tau kabar dari nenek lo 'kan, Di?" Tanya Rindy ke Dion. Dion hanya menaikkan sebelah alisnya. Ia sungguh tak ingin membicarakan itu sekarang. Apalagi di hadapan Selly.
Sementara Selly, ia hanya menatap dua orang manusia di dekatnya dengan tanda tanya yang besar. Ia tak tahu apa yang sedang menjadi topik pembicaraan kedua manusia tersebut.
"Kabar apaan?" Dion balik bertanya seolah ia memang tak tahu.
"Kabar tentang keluarga kita"
Dahi Selly semakin mengernyit. Ia semakin ingin tahu apa yang sedang dimaksud oleh Rindy.
"Keluarga kita? " Dion berhenti sejenak. "Keluarga lo aja kali" jawab Dion sembari terkekeh.
Rindy berdecak sebal. "Gue serius Di"
Selly yang tadinya hanya diam kini mulai memberanikan diri untuk membuka mulutnya. "Sebenarnya apa yang sedang kalian omongin?"
"Tentang keluarga gue sama keluarga Dion yang—"
Risa memotong kalimat Rindy. "Yang apa?" Tanya Risa yang baru saja datang dengan membawa makanan.
"Yang direncanain sama neneknya Dion"
Risa menepuk jidatnya. "Astaga Rin! Lo lagi ngomongin urusan keluarga? " Risa terkekeh geli "Mending lo ngomongnya di luar sekolah aja deh kalo urusan tentang keluarga-keluarga an gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENCE
Teen FictionJika kita memiliki persamaan dengan orang lain, maka kita akan sangat mudah untuk bersamanya. Bersama dalam hal apapun. Tapi ketika kita memiliki sebuah perbedaan dengan seseorang, apalagi perbedaan keyakinan. Hal itu seperti menjadi sebuah pondasi...