BAB 5

17 6 9
                                    

Bisa dikatakan kalau Selly termasuk orang yang kuat. Walaupun dari luar terlihat lemah. Tapi ternyata dia bisa melupakan atau bisa disebut juga sudah tak mengingat lagi tentang kejadian di toilet sekolah seminggu yang lalu.

Dan selama seminggu itu pula, keadaan Selly sudah membaik. Dan kegiatannya berjalan dengan normal secara perlahan.

Tapi sampai sekarang, Dion masih belum dapat menemukan pelaku yang membully Selly tersebut. Sama halnya juga dengan Nando yang masih terus mencari.

Seperti biasa, Selly dan Dion kini pulang sekolah bersama. Dan hanya berdua. Kembaran Selly? Dia sedang sibuk dengan olimpiade matematika yang diikutinya.

Dan seperti biasa pula, mereka hanya saling membungkam mulut. Tak mengucapkan kata-kata apapun. Hingga kemudian Dion yang mulai jengah karena keadaan jalan yang agak macet dan membuat mereka tidak tepat waktu untuk sampai di rumah.

Dion berdehem memecah keheningan. "Sel"

"Hm?"

"Diem mulu ah. Bosen gue"

Selly terkekeh. "Ya kamu bikin ribut aja. Biar nggak bosen"

"Bikin ribut ya?"

"He'em" Selly mengangguk.

Dion menghembuskan napas pendek. "Lo kenapa diem mulu sih? Coba lo itu cerewet. Eh tapi jangan deh. Kalo lo cerewet makin budek nanti kuping gue. Sella aja udah bikin kuping gue bermasalah. Gimana kalo Sella-nya nambah?" Dion menggelengkan kepalanya. "Nggak nggak"

Selly tersenyum tipis. Ingin ia mengatakan alasan kenapa ia jadi pendiam seperti saat ini, apalagi saat bersama Dion. Tapi ia terlalu malu untuk mengatakannya.

Alasannya karena ia gugup. Dan saat ia gugup, suaranya itu akan bergetar. Jadi daripada Selly berbicara dengan suara yang gemetar, dia lebih memilih untuk bungkam.

"Ngomongin orang aja" cibir Selly menghilangkan rasa gugupnya.

"Sella bukan orang"

"Terus apaan?"

"Kodok" lalu Dion tertawa terbahak-bahak.

Bibir Selly mengerucut. "Kalau Sella kodok, berarti aku kembarannya kodok dong?"

"Iya ya. Baru nyadar."

"Nyebelin" desis Selly.

Mereka berdiam sejenak, lalu di detik berikutnya tertawa bersama-sama. Entah kenapa mereka bisa tertawa bersamaan. Jodoh, mungkin.

Setelah itu mereka kembali terdiam. Selly yang merasakan bahagia karena bisa tertawa bersama Dion. Tertawa berdua. Hanya berdua. Tanpa memperlihatkannya kepada orang lain.

Dan Dion. Dia yang masih bingung untuk ngomong sesuatu kepada Selly. Dia takut. Gugup. Entahlah. Terlalu banyak kata yang bisa menggambarkan perasaannya sekarang.

Beberapa menit kemudian, mobil Dion telah sampai di depan pintu rumah Selly. Saat Selly hendak membuka pintu mobilnya, tangan Dion bergerak mencegahnya.

Selly pun menoleh ke arah Dion. Seolah bertanya 'ada apa?'

"Em... gue.." Dion menghela napas. Membuang rasa gugupnya. "Gue mau ngajak lo ke acara bisnis nenek gue"

Selly masih terdiam. Karena ia tak tahu harus membalas perkataan Dion dengan kalimat apa.

Dion pun berbicara lagi. "Lo mau ikut gue kan?"

"Cuma aku aja? Apa sama Sella?"

"Lo doang"

Selly tersenyum dan kemudian mengangguk. "Iya"

DIFFERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang