Chapter Three - Aneh!

260 105 70
                                    

When you hold me in the street

And you kiss me on the dancefloor

I wish that it could be like that

Why can't it be like that?

"Shiella! Lo dipanggil Pak Anas, sana geh buruan!"

Ck!

Aku yang kini tengah menikmati alunan lirik musik Secret Love Song dari Little Mix itu, langsung menekan tombol pause, karena seorang cewek yang tengah berdiri di dekat ambang pintu itu memanggilku.

Aku sempat melirik sebal ke arahnya dan kulihat ia tengah tersenyum kepadaku.

Ya, pasti masalah itu lagi!

Setelah itu, aku bangkit dari kursi dengan lemas, "Apaan lagi sih Pak!"

Aku mulai frustasi, bagaimana tidak. Pak Anas setiap hari menyuruh seseorang untuk memanggilku ke ruangannya, BK. Yap, Pak Anas adalah penjaga ruangan yang sangat terkenal oleh kenakalan-kenakalan remaja itu.

Aku menduga, pasti untuk membahas hal yang menurutku tidak penting sama sekali, yaitu tentang seorang cowok yang menyukaiku dan ia bercerita kepada Pak Anas, lalu Pak Anas pun memanggilku. Hampir setiap hari, kejadian ini terjadi.

Bayangkan!

Lalu aku harus apa? Menerimanya langsung begitu saja?

Tidak! Hatiku yang paling dalam ini masih tertutup rapat, tidak akan kubuka untuk siapa pun sekarang.

Cowok itu selalu bercerita kepada Pak Anas tentang perasaannya kepadaku. Dan setiap kali ia ingin bercerita, Pak Anas menyuruh siapapun siswa yang kini tengah berjalan melewati ruangannya itu, langsung menyuruhnya untuk memanggilku.

Ya, mungkin seorang cewek yang tengah berdiri di depan ambang pintu itu merupakan siswa yang sedang berjalan melewati ruangannya. Tapi, sebelumnya aku belum pernah melihat wajah itu, baru pertama kali aku melihatnya.

Dan entah kenapa aku merasa aneh dengannya, meskipun aku baru saja melihat wajahnya.

Oke! Itu bukan jadi masalah. Jadi, sekarang masalahnya adalah cowok itu, cowok yang selalu buat gue kesel kalo ngeliat mukanya aja. Gak mau ngeliat gue bebas, tanpa gangguannya.

Hidup gue gini amat, setiap hari harus bolak-balik tempat cabangnya acara Mama Dede itu?

Dan untuk Pak Anas, terkadang aku sempat berpikir guru BK. Kok kayak gini sih 'kan seharusnya tegas? Eh ini malah...

Pak Anas itu, selalu meluangkan waktunya untuk para siswa yang ingin bercerita dan membagi masalah dengannya. Dan ya, itu membahas hal-hal yang menyangkut masalah anak muda.

Tidak sedikit siswa yang sering meminta saran kepada Pak Anas. Tentang masalah sama pacar, curhat sama Pak Anas. Mantan minta balikan, ngomong sama Pak Anas, ngomongnya minta diberi saran harus diterima atau enggak.

Dan Pak Anas pun selalu bersedia untuk mendengarkan semua permasalahan yang diucapkan oleh siswa yang sedang menceritakan masalah itu kepadanya.

Entah kapan itu, Aku pernah bertanya kepada siswa yang sering menkonsultasikan masalahnya itu kepada Pak Anas. Dan Menurut dia itu, Katanya kalo curhat sama Pak Anas itu, enak, plong! Entah itu bahasa apa, dia juga bilang lega, lega dalam hati dan pikiran. Pokoknya Pak Anas adalah tempat curhat kekinian dah... Katanya, aku hanya tersenyum cengo mendengarnya.

Tapi menurutku Pak Anas itu, guru teraneh yang pernah kutemui. Masa tuh guru, kalo dia lagi nganggur gak ada siswa yang memenuhi daftar panggilannya, dia malah ngejomblangin!

Kan aneh?

Pak Anas juga pasti bakal nyatuin mereka yang di jomblangin dan hasilnya pun berhasil.

Tapi ya meskipun dia aneh begitu, dia juga baik, dan kalo lagi marah? Mau tau gimana?

Beh! Jangan di ragukan! Dia kalo ngasih hukuman gak setengah-setengah, langsung sikat abis!

"Yey, makanya jadi cewek tuh jangan cakep-cakep amat tuh muka!" Sindir Talitha yang berhasil membuatku tersadar. Ia kini tengah menoleh kepadaku sesaat, lalu kembali lagi melihat ke layar handphonenya.

"Apaan sih lo Thal, sirik aja jadi temen..." Aku tersenyum miring ke arah Talitha, lalu segera melangkahkan kakiku hendak keluar.

Tapi, aku merasa ada yang aneh dengan diriku sendiri?

Kemudian aku menghentikan langkahku, dan aku membalikan tubuh menghadap tegap pada kedua temanku yang tengah asik memainkan handphonenya. "Eh, by the way. Tadi lo ngomong apa aja? Gue lagi gak sadar tadi?" Aku menggigit bibir bawahku dan tersenyum ke arah Talitha dan Stefany bergantian.

"Heh, kenapa. Ngelantur lo?" Tanya Stefany, mendongakkan kepalanya melihatku, begitu pun dengan Talitha.

"Hm, gak tau juga. Hehe.." Aku tertawa kecil dan menggeleng kepala pelan, seperti orang tak sadarkan diri?

"Wah... Keknya lo udah kena efek nih.." Sahut Talitha mengangkat turunkan kepalanya ke arahku.

Aku menggeleng-geleng, pelan. Menatap mereka berdua.

"Ya udah, udah lupain aja. Lagian lo kenapa sih? Sana cepet ke cabang Mama Dede.. Awas tiati juga Shiell, jangan buru-buru ngambil pilihan. Diskusi, 'kan dengan kita dulu.. " Lanjut Stefany, saat aku masih tidak mengerti dengan yang dibicarakan Talitha, tapi setidaknya aku paham dengan apa yang ia bicarakan.

"Tapi, kalo Bu Rosa udah dateng, lo temui gue ya.." pintaku yang diangguki oleh mereka.

Kemudian aku mengangguk dan pergi meninggalkan mereka. Aku melangkahkan kakiku, berjalan keluar untuk menemui Pak Anas dan bertemu dengan Cowok menyebalkan itu.

Huh, sampe kapan masa gue kayak gini the end Ya Allah...

* * *




a/n : Chapter ini gimana? Perasaan tadi Pak Anas mulu ya, iya gak? Gile gue, berasa ini ceritanya Pak Anas wkwk.

Pasti adalah yang udah tau Pak Anas.. Iya soalnya.... Ya ya ya *apaan sih:v

Jadi, ada yang mau di jomblangin sama Pak Anas enggak?

Entar gue bikin daftar Namanya dah..

Hehe enggak deng, canda😂

Ayo-ayo berkomentar ria... Oh iya, kalo punya saran boleh komen juga kok, yang pasti bermanfaat bagi kehidupan nusa dan bangsa *aish kok jadi gue yang ngelantur

Ada yang penasaran sama lanjutannya enggak?

SHIELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang