Sampai di meja belajar, aku segera membuka tas dan memasukkan tangan kananku, untuk mencari buku itu. Setelah didapat aku pun langsung mengeluarkannya dari dalam tasku.
Aku berdiri, memegang buku ini dengan kedua tanganku.
"Ck! Apa sih ini,"
Aku membalik buku ini ke belakang, kulihat sudah hampir kusut, kurenggangkan jariku mengusap buku yang sudah hampir kusut ini.
Entah kenapa, aku merasa saat menyentuh buku ini, hatiku juga merasa tersentuh?
Jariku kemudian beralih, membuka buku ini.
Ting!
Aku menoleh ke sumber suara itu. Dan yap, itu adalah bunyi notifikasi pesan Line masuk. Alhasil, aku pun membatalkan jariku yang sudah siap untuk membuka buku ini.
Dengan hembusan napas kasar, aku melangkah, berjalan lagi menuju ke benda yang tadi berbunyi itu, dengan masih membawa buku ini.
Talithaf : Terus?
Stefnymr : Nyimak .. teros?
Talithaf : Yah, bgst. Lama lage balesnya, sesibuk apa sih lo?!
Stefnymr : Zabar ini ujian:/
"Punya temen tapi segle semua!"
Shiellav : Tal, sayang elo ke gue tuh besar banget yak! Gue baru tinggal beberapa menit aja udah kangen lagi...
Talithaf : Kan, ge er lu jadinya. Udah ah buruan ceritain semua!
Shiellav : Iya, iya sabar kenapa. Jdi tuh hbs duduk, trus pak anas ngeluarin buku kek diary gitu kelihatannya sih, tpi gtw jg, nah trus pak anas nyerahin tuh buku ke gue, gue nanya ini apa? Trus jawabnya ngomong gini, amanah, gtw gue jg bingung apa tuh maksudnya .. oh, iy trus nanyain kabar si mantan, nah kan gue jd plesbek:')
Aku mengalihkan pandanganku ke arah buku yang sedang kupegang dengan tangan kanan ini, sebelum aku melanjutkan mengetik balasan pesan ini.
Talithaf : Anjay, panjang juga, ya udah gue baca dulu ..
"Ya elah, belum dibaca tapi udah balas duluan, aneh emang ya nih anak," gerutuku.
Kedua kakiku mulai terasa pegal, karena sedari tadi aku masih berdiri dengan memegang ponsel untuk membalas Line Talitha.
Kuputuskan untuk mencabut kabel yang sedang mengisi baterai ponselku ini. Dan kulihat baterai ponselku juga hampir penuh. Data selular pun kemudian aku matikan.
Setelah aku sudah mencabut ponselku dari kabel cas-an, aku mengerjap gara-gara lampu yang menyinari kamarku mati, gelap, itu yang kulihat.
"Haaa .... kok mati lampu sih, duh! Mana belum belajar lagi!" aku meringis lalu kebalikan tubuhku perlahan dengan tangan yang meraba ke mana-mana.
"Mamaaa, Kak Audreyy, Yudhaaa! Huwaaaa ...." teriakku semakin menjadi-jadi. "Mamaa, kalian semua ada dimana?!!"
Dan diluar sana pun tidak ada sahutan.
Kemudian, aku berusaha berjalan perlahan-lahan dengan masih tanganku meraba ke depan, aku berinisiatif berjalan menuju pintu untuk keluar. Menemui siapa saja yang ada diluar, karena aku takut akan kegelapan.
Kurasakan buku yang tadi berada di tanganku jatuh karena aku hendak berpegangan dengan dinding.
"Ah, mana lagi tuh buku!" aku mencak-mencak, keringat dingin mulai keluar dari dahiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIELLA
Teen FictionCinta tak semanis yang dibayangkan. Terkadang datang keburukan dan perkara yang tidak diinginkan. Meski segala ragu mengenai cinta tengah berkali-kali merajai pikiranku. Namun aku selalu percaya bahwa jodoh tak tertukar, dan takdir tuhan tak pernah...