"Pak?" Aku langsung berjalan dengan lesu memasuki ruangan BK ini. Dan tanpa menunggu jawaban dari Pak Anas.
Ya, aku tahu. Itu tidak sopan.
Dan Pak Anas, ia hanya tersenyum miring memperhatikan aku yang langsung masuk saja kedalam ruangannya.
"Duduk.." katanya. Refleks aku pun mengangguk pelan, dan langsung menduduki kursi yang berada di hadapannya itu.
Aku menengok ke kanan dan kiri, untuk melihat sosok yang menyebalkan, tapi itu tidak ada. Kemana makhluk itu? Kemudian aku sadar, ternyata tidak ada siapa pun diruangan ini selain aku dan Pak Anas.
"Pak. Pak Anas manggil Shiella ada keperluan apa ya Pak?" Aku berkata seakan-akan, baru pertama kali memasuki ruangan ini.
"Mana anaknya Pak? Bapak manggil Shiella pasti mau berbincang-bincang, 'kan?" Lanjutku dengan nada malas, sembari meneliti setiap sudut ruangan itu.
"Enggak sekarang. Bapak cuma mau ngasih kamu ini.."
Pak Anas lalu mengeluarkan sebuah buku yang lumayan kecil dari laci mejanya. Kuperhatikan, buku itu bersampul bulu yang berwarna hijau.
Lalu ia menyerahkannya kepadaku.
Aku mengerutkan dahi, dan aku mulai berusaha menebak, apa itu? Buku kecil berwarna hijau? Bagus juga.
Aku menjulurkan tangan, lalu menerimanya. "Apa ini Pak?" Tanyaku yang dibalas senyuman oleh Pak Anas.
"Sebuah amanah." ucapnya dibarengi dengan tawa kecil.
Amanah?
"Nanti, kamu akan tahu kalo udah baca isi buku itu." lanjutnya. Aku semakin tidak mengerti, apa maksudnya?
"Tapi, ini amanah dari siapa ya Pak?" Tanyaku lagi agak sedikit canggung.
"Bapak sudah bilang, baca saja. Nanti, kamu pasti tau.." ucapnya, yang membuatku dalam keadaan tidak enak.
"Oh iya. Ray, masih belum ada kabar?" Pertanyaan yang baru saja keluar dari Pak Anas itu refleks membuatku kikuk dan tegang.
Aku menghembuskan napas kasar, sebelum menjawabnya dengan gelengan kepala, pelan.
"Oh.. Bapak kira, dia sudah memberi kamu kepastian yang jelas." gumamnya.
Aku menelan ludah, mendengar nada bicara Pak Anas saat mengucapkan kalimat itu dengan penuh penekanan.
"Kamu juga belum tau 'kan, kenapa Ray bilang dia mau break dulu? Pasti, itu ada alasannya Shiell."
Aku langsung mendongakkan kepala manatap Pak Anas, dan mulai berpikir
Bener juga, selama ini gue belum tau alasannya apa.
* * *
"Oh.. Bapak kira, dia sudah memberi kamu kepastian yang jelas."Aku masih memikirkan perkataan Pak Anas tentang Ray itu, dan ya aku juga penasaran dengan buku itu. Siapa yang mengirimkannya untukku? Dan kenapa dititipkan Pak Anas?
"Kamu juga belum tau 'kan, kenapa Ray bilang dia mau break dulu? Pasti, itu ada alasannya Shiell."
Dan tentang alasan itu, gue juga baru nyadar. Kenapa dia pengen break?
Pasti ada alasannya kan!
Tapi, sebagian dari diri gue, gue gak mau tahu lagi tentang dia, dan gak mau lagi berhubungan sama dia.
Cukup itu yang terakhir kalinya.
"Shiella!"
"Hm.."
"Ish, lo tadi denger gak gue ngomong?"
Sebelum aku menoleh ke arah Stefany, aku melepaskan headseat yang terpasang di kedua telingaku dengan kesal. "Iya, gue juga denger."
"Apa coba, yang tadi gue omongin?" Tanya Stefany yang membuatku berpikir cepat.
Aduh! Shiella Bego! Lo tadi kagak denger sama sekali juga.
"Ehm, lo ngomongin mantan, 'kan. Itu tu Dav, Dav. Oh David, ya lo ngomongin David 'kan mantan lo yang mau ngajak lo balikan?" ucapku dengan ekspresi semangat.
Mati gue! Kok bisa-bisanya mulut gue langsung ngomong gitu!
Stefany langsung menampilkan wajah kekesalannya, lalu ia mulai menggoyang-goyangkan lenganku, cepat.
Talitha hanya tertawa melihat tingkah laku Stefany kepadaku.
"Tuh 'kan. Ih.. Dasar lo emang nyebelin, gak nyambung banget. Gue bukan ngomongin itu ogeb!!" kesalnya dengan masih menggoyang-goyangkan lenganku lebih cepat.
"Tongklek nih lama-lama lengan gue, Stef!"
Stefany tersenyum, menahan tawa. Lalu ia segera menghentikan aksinya, diganti dengan mengelus-elus pelan lenganku.
* * *
a/n: Anyeoung! *iya tau tulisannya salah
Yap, chapter ini khusus buat yang udah nungguin lama apdetnya.
Keknya chap selanjutnya bakal lama deh hehe.. ue ijin hiatus dulu yak!Yodah kalo kek gitu...
- Salam dari calon istrinya Golden Maknae *ketjupbasah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIELLA
Teen FictionCinta tak semanis yang dibayangkan. Terkadang datang keburukan dan perkara yang tidak diinginkan. Meski segala ragu mengenai cinta tengah berkali-kali merajai pikiranku. Namun aku selalu percaya bahwa jodoh tak tertukar, dan takdir tuhan tak pernah...