"Lo siapa? Hah?? Kenapa lo masih gangguin gue? Belum cukup lo nyakitin perasaan gue?"
Aku terus berusaha melepaskan cengkeraman tangan seseorang yang sedang memegang kuat pergelangan tanganku ini. Tatapannya sendu, tapi aku tidak peduli. Air mata sudah membendung sejak tadi, tapi aku berusaha menahannya supaya tidak jatuh, dan terlihat olehnya.
"Shiell, plis dengerin gue dulu, gue mau ngejelasin semuanya sama lo, gue gak mau kehilangan lo, gue juga waktu itu gak ngomong kita putus, gue cuma ngomong kita bre--"
Aku langsung memotong pembicaraannya.
"Apa? Hah, apa?? Break? Iya? Udah cukup, lo waktu itu ninggalin gue tanpa alasan! Dan lo gak tau seberapa sakitnya hati gue waktu lo ngomong break, apa salah gue, kalo lo emang ada alasannya kenapa lo gak bilang pada waktu itu juga?!"
Tak disangka air mata sudah terjun membasahi pipiku, setiap cairan ini menetes aku langsung mengusapnya dengan cepat.
"Plis lo jangan kayak gini, Shiell, gue sayang lo gue punya alasan yang gue belum bisa ngomong ke elo pada waktu gue ngomong itu juga, tolong ngertiin gue,"
Dia pun meneteskan air mata, dia menunduk sebentar dan mengusap air matanya, lalu mendongak lagi melihatku dengan air mata yang sudah dihapus.
"Gue mau sekarang lo dengerin gue, gue gatau ini mungkin udah waktunya gue ngasih tau rahasia gue sekarang ke elo, sebenarnya gue gak mau lo tau tentang ini,"
Rahasia Apa yang orang ini maksud? Oh, jadi ini mungkin salah satu alasannya kenapa dia mutusin gue sama dia? Cihh ..
Ray kemudian mengehela napas panjang, dia mulai melepaskan tanganku. Dan pada saat itu, aku ingin langsung berlari pergi jauh-jauh darinya, cukup muak untuk berusaha mendengarkannya entah penjelasan apa yang akan ia katakan.
Saat dia mulai berdeham, aku langsung berlari secepat mungkin meninggalkannya, dengan air mata deras yang keluar dari mataku aku sesekali menyekanya, tidak peduli dia memanggilku atau tidak. Dan aku sadar, dia mengejarku dari belakang.
Aku berlari dengan berusaha berpikir, kemudian aku memutuskan untuk menyeberang jalan menembus keramaian demi menghilangkan jejakku supaya dia tidak mengikutiku lagi.
Aku sudah hampir sampai di ujung jalan.
"SHIELLA, SHIELLA!! AWAS!"
Brakk!
Suara apa tadi? Saat aku membalikkan tubuh aku melihat dia tergeletak di jalan, dengan darah yang mengucur keluar membasahi jalan raya.
"ASTAGA!!!! RAYYYYYYY!"
"AKKKKKKK .."
Napasku tersengal-sengal, keringat dingin sudah membasahi tubuhku, apa? Apa tadi, aku memimpikannya?
Memimpikan orang yang sudah tidak ada lagi di kehidupanku! Tapi apa maksud mimpi itu?! Kenapa aku merasa terpukul dan sakit sekali saat melihatnya?
"Ray,"
Entah kenapa aku menyebutkan nama itu, nama yang sudah terkubur-kubur dalam hatiku. Apakah ini sebuah pertanda? Ahh .. sulit sekali rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIELLA
Teen FictionCinta tak semanis yang dibayangkan. Terkadang datang keburukan dan perkara yang tidak diinginkan. Meski segala ragu mengenai cinta tengah berkali-kali merajai pikiranku. Namun aku selalu percaya bahwa jodoh tak tertukar, dan takdir tuhan tak pernah...