Chapter Two - Natural

226 111 36
                                    

1  Tahun Kemudian.


"HAH?!"

"APA KAK!?" Aku dan Yudha--Kakak pertamaku yang sedang duduk di meja makan untuk memulai sarapan pagi, mengejapkan mata ketika Audrey--Kakak pertama kami mengatakan bahwa ia akan beraksi lagi melakukan hobbynya minggu ini.

Ya, Kakakku yang pertama ini sekaligus yang tertua di antara kami berdua. Aku dan Yudha. Ia sedang menikmati masa cuti kerjanya selama satu bulan. Dan ia selalu mengisi waktu luangnya itu untuk menjelajah dan menikmati alam dengan partner kerjanya.

Ya, memang hampir semua keluarga kami menyukai alam, tanpa terkecuali. Aku pun suka dengan kesunyian alam, keindahan alam yang selalu memberi kesan kemurniannya dan kesejukan bagi siapa pun yang melihatnya.

Dan aku pernah berpikir bahwa, Tanpa alam manusia tidak akan lama bertahan hidup. Tanpa manusia alam akan baik-baik saja.

Ya, itulah renunganku saat Aku, Yudha dan Kak Audrey di ajak oleh kedua orang tua kami untuk mengenal alam. Dan pada saat itulah kami merasa tidak terbebani lagi dengan masalah apapun setelah menghirup udara segar yang sangat menenangkan pikiran dan hati.

"Iya... " Katanya tersenyum miring dan menaik turunkan alisnya dengan tampang menyebalkan.

Aku dan Yudha kini saling menatap dan langsung berbicara membuka mulut dengan tidak menimbulkan suara. Dalam perbincangan kami, Aku  menyuruhnya untuk duluan mengoceh dan berusaha merayu supaya kami berdua bisa ikut dalam pendakiannya itu. Sedangkan aku, aku akan siap menjadi pendukungnya.

Kini aku dan Yudha pun saling mengacungkan jempol kami. Dengan pernyataan Sip!

"Katanya Bulan ini cukup dua kali aja naik turun bukitnya, kok ini mau berangkat lagi sih...." Kata Yudha memulai dengan raut muka memelas melirik Audrey yang kini sedang menyantap makanan yang ada dihadapannya.

"Iya, Kak Aud tuh..." Dukungku.

Ia tersenyum lebar, "Kenapa emang?"

Aku dan Yudha saling menatap kembali sembari memberi aba-aba, memulai menyiapkan jari untuk menghitung bersama-sama tanpa bersuara

Satu

Dua

Tiga

"Gak peka!" Lonjak kami berbarengan. Mendengar itu, ia langsung tertawa menutupi mulut dengan kedua jarinya, lalu memukul-mukul meja makan dengan tangan kanannya sedangkan tangan kiri, ia untuk menutupi tawanya.

"Ye... Mau main peka-pekaan nih?"

Aku menggaruk-garukan kepala. Tidak jelas. Sedangkan Yudha, dia mulai berdiri mengambil mantel yang tergeletak di samping kiri kursinya. Setelah terambil, ia pun langsung memakainya.

"Mau berangkat?"

Yudha tidak bergeming, kemudian ia meninggalkan kami berdua tanpa berbicara sedikit pun, jangankan berbicara menoleh saja tidak.

Ia tau, jika Yudha seperti itu dia tidak dapat di ajak berbicara ketika kemauannya tersebut tidak dipenuhi.

"Iya, iya oke. Ikut..." Mendengar itu aku langsung menoleh ke arah Kak Audrey dengan raut tidak percaya.

Tanpa aku dan Kak Audrey sadari, kini Yudha pun sudah ada di kursinya lagi?

Ia tengah tersenyum lebar yang sangat tercetak jelas di wajahnya di sertai anggukan kemenangan yang mengarah kepadaku.

"Yakin Kak?" tanyaku masih setengah tidak percaya.

"Ya, yakin tidak yakinlah..."

"Ya udah, yakinin ajalah Kak.." sahut Yudha melirik Kak Audrey yang entah sedang memikirkan apa.

"Jadi, kapan kita harus siap-siap Kak?" tanyaku langsung semangat.

"Entar Kakak informasiin."

"Mantab Jiwa Mas bro!" desisku kepada Yudha yang kini tengah mengusap rambutnya ke belakang.

* * *



a/n : Mood gue lagi baik, jadi gue update deh. Oke, gue juga seneng banget liat komentar kalian tentang cerita ini ^^

SHIELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang