a.n : cuma mau ngasih tau, kalo ini masih lanjutan chapter sebelumnya ya, so karena masih lanjutan, jadi masih hari yang sama dan masih di sekolah:')
Happy reading :*
* * *
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, ketika benda persegi ini memunculkan dua pesan pada saat waktu yang bersamaan.
Setelah dilihatnya aku pun berdecak kecil, sambil bergumam tidak jelas.
Nomor asing semua, tapi yang ini apa sih? Istirahat gue mau ke kelas lo? Apa maksudnya, siapa coba? Terus yang satunya lagi ngirim pesan kagak jelas gini. Eh tapi ... ini nomor kayak gue pernah tau deh! batinku mengingat-ingat lagi, bahwa aku sebelumnya memang pernah melihat dan mendapatkan pesan dari nomor itu?
Eh, tunggu, nomor itu?
Penasaran, aku langsung mengecek pesan sebelumnya dari nomor yang tidak dikenal itu.
Dan setelah aku mengeceknya ... aku baru sadar, bahwa itu adalah nomor yang sama dengan nomor yang mengirimkanku pesan sebelumnya pada saat aku tiba di rumah kemarin.
"Apaan sih Shiell?"
Pertanyaan itu memecah keheningan dan pikiranku, aku menoleh sekilas ke sumber pertanyaan itu, lalu mengarahkan kepalaku lagi menatap ke layar benda persegi ini.
"Tau, dari tadi banyak yang SMS gue, nomor asing lagi!" kataku mulai membuka suara, tanpa melihat kepada orang yang sedang kuajak bicara.
"Ooh, ya lo balas gak, nanya ini siapa kek apa, biar jelas," usul Talitha.
"Iya, barangkali aja penting!" Timpal Stefany ikut menyarankanku.
Aku membalikkan posisi tubuhku menghadap kedua sahabatku, seraya membawa ponselku ini.
Aku mengerucutkan bibir sebelum akhirnya melihat mereka berdua.
"Jadi, menurut lo, gue balas ini siapa gitu?"
Beberapa detik kemudian, kulihat Talitha dan Stefany sempat menahan tawanya setelah aku mengucapkan kalimat itu.
"... ya iyalah, aduh, 'kan katanya nomor asing? Sebenarnya lo mau pengen tau nggak sih siapa yang ngirim pesan sama lo Shiell, astaga .." Stefany memukul jidatnya sendiri, sambil tertawa. Sempat ia terjungkal karena tawanya yang mulai terbahak.
Sementara Talitha, ia masih membekap mulutnya menahan tawa yang mungkin jika ia biarkan akan meledak, begitu saja. Gumpalan air mata di sudut mata pun sudah hampir terlihat di kedua matanya.
Aku tersenyum kecut, melihat tingkah kedua teman yang kuanggap sebagai sahabatku ini.
"Hahaha, aduh udahlah Stef, udah s-sakit p-perut gue, hahaha ..." Disela tawa Talitha, ia mencoba menengadah tangannya untuk memegang lengan Stefany yang berada di samping kanannya. Berusaha untuk menghentikan tawanya, agar Stefany berhenti terbahak dan supaya ia tidak terpancing untuk ikut tertawa, bersama.
"... s-sama anjay, Shiella bikin perut g-gue melilit s-sumpah, hahaha .."
Perasaanku sekarang mulai kesal, jengkel, dan marah melihat makhluk yang berada dihadapanku ini tidak berhenti tertawa, "Ah, woy! Udah elah, apanya yang lucu sih?!"
Tanpa mempedulikan perkataanku, mereka masih tertawa, malah tawanya itu kian menjadi-jadi dan itulah yang membuatku semakin panas melihat dan mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIELLA
Teen FictionCinta tak semanis yang dibayangkan. Terkadang datang keburukan dan perkara yang tidak diinginkan. Meski segala ragu mengenai cinta tengah berkali-kali merajai pikiranku. Namun aku selalu percaya bahwa jodoh tak tertukar, dan takdir tuhan tak pernah...