"Huh ..."
Suara hembusan napas keluar dari mulutku. Kini aku sedang berjalan menaiki tangga, kulangkahkan kakiku perlahan ketika aku sudah menginjakan kaki di deretan tengah tangga ini.
Aku penat, rasanya tadi di meja makan, saat aku berdebat dengan Yudha, aku selalu merasa terpojokan.
Dan kemudian aku teringat kembali akan pertanyaan Kak Audrey, yang sempat mengusik pikiranku.
"Oke, jadi .. Yudha, ngajak Talitha. Nah lo, lo ngajak siapa, Shiell?"
"Ck!"
Suara decakan keluar dari mulutku, aku tidak habis pikir jika ini akan terjadi.
Bagaimana jika aku benar sendirian saat menikmati liburan, camping itu. Sedangkan Yudha dan Kak Audrey membawa seseorang yang akan menemaninya?
Nah, aku?
Aku berdecak lagi, entah ini sudah yang ke berapa kali decakan yang keluar dari mulutku sedari tadi.
Aku kembali memainkan rambutku, menggulung-gulungnya dengan tangan kanan.
"Masa iya nanti gue sendiri sih! Mana si kampret ngajak Talitha lagi!" umpatku menghentakan kaki, sembari meremas bawah baju.
"Nevan! Ya, Nevan, gue bakal ngajak dia, buat nemenin elo, Shiell!"
Tiba-tiba ucapan Yudha langsung terngiang-ngiang dibenakku.
Aku bergumam dan mulai berpikir, "Nevan? Masa iya sih, tapi ya bol--eh, eh, enggak-enggak ... eh, duh ya gue bingung! Ahh .." Aku mengerucutkan bibir, "tapi ... kalo gue bener ngajak, dia mau nggak ya? Ah .. tau ah!" Aku mulai mengacak rambutku frustasi.
Kepalaku sekarang terasa berat, aku memegang kepalaku dengan tangan kiri, dan kupijat bagian kepala yang dipegangku perlahan.
Setelah dirasa cukup, aku menurunkan pandanganku ke bawah dengan masih berjalan. Kujulurkan kedua tanganku ke depan dan mensejajarkannya, bersamaan.
Kulihat dibagian pergelangan lengan baju yang sedang kupakai ini terlihat berantakan, yang sebelah kiri tinggi dan yang di sebelah kanan pendek.
Aku mendengus, lalu menurunkan kedua tanganku lagi sembari menggulung lengan baju panjangku disebelah kanan, dan berganti di sebelah kiri.
DEG
Aku hampir terjatuh, ketika aku merasa ada yang menyenggol lenganku.
"ARGHHHHH ......."
Aku mengerjap dan berteriak histeris, jantungku langsung berdegup kencang tak karuan kini.
Aku langsung menutup mataku dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri kugunakan untuk memegangi dadaku, yang tadi terkejut. Karena senggolan cepat itu.
Aku meringis, mengeratkan tangan kanan yang menutupi mataku.
Rasanya sekarang aku ingin menangis, dalam hati, aku berdoa. Semoga itu hanya kayalanku saja, yang terlalu berlebihan.
Ah, tapi, tetap saja aku merasa takut!
Kurasakan semilir angin menerpa dahiku yang mulai bercucuran keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHIELLA
Teen FictionCinta tak semanis yang dibayangkan. Terkadang datang keburukan dan perkara yang tidak diinginkan. Meski segala ragu mengenai cinta tengah berkali-kali merajai pikiranku. Namun aku selalu percaya bahwa jodoh tak tertukar, dan takdir tuhan tak pernah...