Aku bersandar di tembok kelasku. Berpikir, mengapa hidupku selalu aneh? Di hantui sesuatu yang tidak ada, namun terasa. Ayah, ibu, mereka seperti tidak mengenalku. Hanya sahabat sahabatku saja yang bisa menjadikan diriku sebagai manusia yang sebenarnya.
"Permisi, ada Flora?" Tanya seseorang dari luar.
Ternyata itu Quin. Mau apa lagi dia kemari?"Quin! Masuk aje!" Teriak-ku.
"Ah malu," Teriak Quin sambil melompat kecil di depan pintu kelasku.
"Sini aja Quin, gua mager," Aku egois.
Dengan terpaksa, Quin masuk dengan kepala yang menunduk dan tangan yang terlentang ke bawah.
Quin duduk di sampingku, sepertinya dia punya cerita mengejutkan baru lagi."Ih elu mah, gua malu," Quin memukul lenganku dengan telapak tangannya yang super bersih itu.
"Hmm, alay. Biasanya juga elumah malu maluin bukan malu malu," Ejek-ku.
"Eh Flo, tau gak? Kemarin gua liat si Purnama di belakang. Dia bawa rokok elektrik ke sekolah, Terus dia mabuk mabuk gitu!" Quin panik.
"Serius? Lu.., lu gak bohong kan?" Aku tak percaya.
"Astaga naga Flo. Sumpah, gua liat pake mata kepala gua sendiri. Bayangin coba, baru juga kelas sembilan main bawa bawa yang kaya gitu," Quin meyakinkanku.
"Tapi kemarin..," Aku terdiam sejenak, aku tak ingin menceritakan ini kepada siapapun. Aku takut.
"Eh tapi btw Quin, kenapa ya dia bisa jadi nakal kaya gitu?" Aku heran.
"Ya mungkin lu gak tau aja, selama lu koma, kabur, di culik tiap tahunnya itu dia malah jadi nakal. Mungkin dia ngerasa gak ada yang jagain dia lagi deh,"
Koma? Kabur? Di culik? Apa maksud dia, aku sama sekali tidak mengerti. Aku tak pernah mengalami kejadian seperti itu.
"Maksud lu? Gua gak pernah ngalamin itu kok. Lu ngarang aja ah," Lagi lagi aku heran.
Quin menghembuskan napas panjang.
"Udah deh ya Flo, dramatis banget sih. Gua tau semua ini dari mama papa lu. Setiap lu mau ulang tahun pasti aja lu ngilang. Lu kayaknya udah peka mau gua guyur pake telur busuk deh,"Aku menyipitkan mata. Berpikir sejenak, aku sama sekali lupa kapan hari ulang tahunku. Aku mengingat ingat kembali, namun itu malah membuatku pusing.
"Yuk ah, dari pada mimirin semua alur cerita drama lu, lebih bagusnya kita ke canteen. Cus ah!" Quin menarik tanganku, dan aku masih berpikir keras kapan ulang tahunku.
*gaje ya? Baca sampe akhir ok.
![](https://img.wattpad.com/cover/91146946-288-k106464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah terakhir
RomanceLagi lagi aku mencintaimu di dalam dusta yang berbeda. Dan aku tersanjung dalam cerita roman yang tokohnya hanya kamu. Entahlah, aku melihatmu dalam setiap tahun. Namun sekarang, saat aku menuju ke sekolah impianku, semua terungkap bahwa aku hanyala...