Aku masih tetap berusaha. Berusaha melupakanmu, Berusaha membuka hati, dan Berusaha mencintai yang lain.
♡♡♡
Sedari tadi aku hanya diam dan memandang Dev yang kelihatan sangat lelah sekali. Ia tertidur pulas dengan mengandalkan tangan kirinya sebagai bantal, penyangga kepalanya.
Masih terlihat jelas luka lebam di beberapa titik di wajahnya. Apa dia baik-baik saja? Aku jadi teringat tentang setiap jawaban yang diberikannya pada teman-teman ku jika ada yang menanyakan semua perihal kondisinya. Oh ini, gue lagi latihan make up kayak yonglek dulu. Eh berhasil rupanya. Kayak asli kan. Aku bahkan heran, disaat seperti itu, dia masih bisa bercanda.
Aku menghela berat. Dia benar-benar temanku. Aku masih diam memperhatikannya. Jika dipikir-pikir bohong jika kukatakan wajahnya pas-pasan. Rahangnya yang tegas itu, mengingatkanku tentang cinta pertamaku. Ah Cinta Pertamaku.
Aku melirik jam tanganku. Masih tersisa cukup waktu untuk beristirahat. Perutku sepertinya sudah mengomel minta diisi. Hendak ku ajak Dev untuk ke kantin, tapi aku sendiri tak tega membangunkannya. Alhasil aku meminta Valerie menemaniku sekalian aku juga akan membeli makanan untuk Dev.
"Val, temenin gue boleh gak?" Aku menghampiri Valerie yang tengah mengobrol bersama Rian.
"Kemana?"
"Kantin. Bentar kok" pintaku.
"It's Okay. Gue pergi bentar ya, ntar lanjut lagi" ucapnya lebih kepada Rian. Sedangkan Rian hanya mengangguk. Aku dan Rian juga sempat melakukan kontak mata, dan saling melempar senyum. Hanya sekedar itu.
Valerie mengalungkan tangannya pada lenganku. Bahkan dia yang menuntunku untuk pergi ke kantin. Sungguh bersemangat. Dia selalu terlihat ceria di setiap saat. Entah apa aku yang salah, atau tidak tapi aku pikir dibalik keceriannya yang seperti itu, kutebak dia pasti memiliki segudang masalah.
Suasana kantin utama tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang duduk menikmati beragam minuman dan makanan dan sisanya hanya berlalu-lalang saja.
"Lo mau makan dimana? Di kelas?" tanya Valerie.
Aku berpikir sesaat "Hmm, di kelas aja deh. Kenapa emang?"
"Gapapa si, gue jadi pengen makan juga. Gimana kalau makan disini aja?" tawar Valerie, aku berpikir sejenak lalu mengiyakan ajakannya.
"Mau makan apa? Biar gue yang pesen"
"Bakso deh, jangan pake sambel juga tidak pake kol" jawab Valerie sambil menyanyi-nyanyi bagaikan anak kecil.
Aku tertawa kecil. Berikutnya, Valerie duduk di bangku panjang. Posisinya ada di tengah-tengah. Sangat tidak strategis sekali. Padahal aku lebih suka di pojokan. Iya aku memang suka mojok.
"Mba, baksonya satu, tidak pakai sambel juga tidak pake kol. Terus nasi gorengnya dua, semuanya pake sambel tapi gak usah banyak-banyak yang satunya dibungkus yang satunya nggak. Yang nggak dibungkus gak usah kasih daun bawang." ucapku. Aku harap Mbanya mengerti dengan apa yang barusan aku katakan.
Mba di depan ku ini menatap ku beberapa detik. Kemudian ia manggug-manggut "Oke neng, sip. Nanti mba yang bawain"
Aku tersenyum tipis "Yauda mba, saya di meja itu" ucapku sembari menunjuk sebuah tempat yang berada pas ditengah-tengah kantin.
![](https://img.wattpad.com/cover/89549814-288-k574839.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Azhrilla [Very Slow Update]
Teen FictionMengapa disetiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan? Mengapa kita harus bertemu? Mengapa akhirnya harus seperti ini? Apakah takdir selalu sekejam ini? Mengapa aku harus jatuh cinta padamu? Kenapa tidak orang lain saja? ~♡~ ALUR MAJU-MUNDUR...