Membenci jangan berlebihan. Menyukai pun jangan berlebihan juga, sebab ada masanya semua yang kau benci itu akan berubah menjadi yang kau sukai dan yang kau sukai akan berubah menjadi hal yang kau benci pula.
--Azhrilla Vitara Dewanita--
♡♡♡
Mulutku ini tak kunjung berhenti merutuki Bang Zahri yang selalu saja bertingkah menyebalkan.
Mentang-mentang dia lebih tua dia tak ingin mendengarkan perkataanku? Seharusnya Bang Zahri di rumah saja, tak usah ke sekolah hari ini. Tapi sekeras apapun aku mencoba untuk membujuknya, dia tetap saja tidak mendengarkan.
Aku jadi teringat saat beberapa waktu yang lalu, saat kakek dan mamaaji ku menginterogasi Bang Zahri. Bang Zahri bahkan menjawab semua pertanyaan dari kakekku dengan sangat jujur.
"Jadi kamu berantem gara-gara temennya Zhilla buat Zhilla nangis?" tanya Kakek masih tidak percaya dengan penjelasan Bang Zahri.
Aku menggigit bibiri bawahku. Bisa-bisanya Bang Zahri menjelaskan semuanya dengan santai tanpa beban.
Bang Zahri mengangguk, mengiyakan pertanyaan Kakek membuat Kakek hanya geleng-geleng kepala tidak percaya.
"Sayang banget sama Zhilla ya kamu itu sampe mukulin anak orang" Kakek berdecak "Yauda gapapa, asal dia gak mati, lanjutin aja" sambung kakek.
Aku menatap kakek dengan tidak percaya "Loh kok gitu kek? Kan kasian Dev dipukulin tanpa sebab" ujarku. Mungkin kalian akan berpikir bahwa aku adalah adik yang durhaka, tapi menurutku Bang Zahri ini sudah kelewatan. Aku tahu maksudnya baik, karena dia akan selalu menjagaku. Tapi bukankah tingkahnya itu terlalu over?
"Gapapa toh. Dia yang salah, masa buat kamu nangis" balas kakek.
Baru saja aku ingin mengucapkan pembelaan untuk Dev tetapi mamaaji yang kala itu menjadi penonton setia percakapan kami bertiga menyuruh kami untuk menyudahi perdebatan, dan segera berangkat ke sekolah.
Aku berjalan cepat mendahului Bang Zahri yang tengah mearkirkan motor matic-nya. Entah karena sebab apa, Bang Zahri tidak mengendarai motor besarnya seperti hari-hari biasanya. Ah sudahlah!
"La tungguin dong" walau samar-samar, aku bisa mendengar sahutan Bang Zahri.
Aku tidak menggubris dan tetap melanjutkan langkahku tanpa beban. Tapi tidak butuh waktu lama, Bang Zahri sudah bisa menyusul langkahku membuat kami berdua berjalan berdampingan.
"Loh kok Bang Zahri masih disini?" tanyaku, karena seharusnya tadi Bang Zahri berbelok, bukan terus berjalan lurus sepertiku.
"Gapapa, gue anterin lo ke kelas"
Aku mendecih, "Kenapa coba pake nganterin segala. Gue bisa sendiri kali bang"
"Sekalian gue juga mau liat keadaannya Detra" ujar Bang Zahri, membuatku langsung menghentikan langkahku. Beberapa detik kemudian Bang Zahri juga ikut berhenti.
"Ngapain?" tanyanya. Ia berbalik ke belakang sembari menatapku heran.
"Lo gak mau berantem lagi kan bang? Itu muka masih bengkak lho bang" tanyaku sedikit ragu-ragu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Azhrilla [Very Slow Update]
TeenfikceMengapa disetiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan? Mengapa kita harus bertemu? Mengapa akhirnya harus seperti ini? Apakah takdir selalu sekejam ini? Mengapa aku harus jatuh cinta padamu? Kenapa tidak orang lain saja? ~♡~ ALUR MAJU-MUNDUR...