Tolong jangan memberiku harapan, jika kau tak sanggup menjanjikan sebuah kepastian.
Itu menyakitiku!♡♡♡
Sudah berkali-kali aku mengubah posisiku agar bisa tidur dengan nyaman. Namun sayang sekali, mataku tidak bisa diajak kompromi. Mungkin karena aku terlalu memikirkan tentang kejadian tadi sore.
Sosok Kak Nivzi memang membuatku penasaran, berulang kali kucoba menggali informasi lewat Bang Zahri, tapi hasilnya tetap saja nihil. Bang Zahri selalu saja enggan membuka mulut kalau ditanya tentang Kak Nivzi. Terlebih lagi perasaanku sedang berada di fase yang berantakan.
Kalau memang Dev hanya menganggapku sebagai seorang teman atau sahabat, mengapa sikapnya berlebihan? Apakah dia hanya ingin memberi angan di tengah sebuah harapan? Lalu bagaimana dengan sebuah kepastian? Saat hatiku mulai sembuh dari luka lama, kenapa dia harus datang membuat luka yang baru?
Apa Dev hanya mempermainkanku? atau yang sebenarnya terjadi malah aku yang terlalu tenggelam dalam angan-anganku? Bahkan aku sendiri masih tidak memahami perasaanku padanya.
Aku ingat saat dia mengajakku untuk membeli kalung untuk pacarnya. Setiap hari aku berusaha untuk berpura-pura tidak mendengarnya, tapi hari ini semua berubah. Jika dia punya pacar? Kenapa dia memperlakukanku seolah aku ini perempuan yang istimewa baginya?.
Di suatu sisi aku suka saat dia memperlakukanku dengan lembut, bertingkah manis, bahkan menggodaku. Walau sederhana tapi itu membuatku bahagia. Apa ini yang dinamakan sebenar-benarnya cinta?
Dulu saat aku menyukai Faliq, dia tidak pernah bersikap seperti Dev terhadapku. Aku menyukai Faliq saat kali pertama aku melihatnya. Wajahnya yang ganteng, dengan senyum kecilnya yang indah. Bisa dibilang, aku jatuh cinta kepada parasnya, tanpa pernah merasakan bentuk perlakuan dan perhatian darinya.
Di suatu sisi ada Dev. Dia berbeda, sekilas wajahnya memang mirip dengan Faliq namun dia lebih perhatian padaku, dia menjadi temanku, dia mengenalku. Oleh karena itu, mungkin hatiku ini jatuh untuk yang kedua kalinya. Semua karena Dev. Seorang laki-laki yang hanya menganggapku sebagai sahabatnya.
Aku mengerjapkan mataku, bertanya dalam hati dimana harga diriku? Bagaimana bisa aku menangis karena seorang pria yang belum tentu menjadi pendampingku selamanya? Menyedihkan!
Aku mengecek ponselku. Masih tersisa sembilan belas menit lagi sebelum pukul sebelas malam. Masih belum larut juga, aku berdiri dari kasur dan berjalan menuju balkon.
Malam ini sangat dingin. Aku duduk di sebuah kursi kayu yang sudah lama berada di balkon kamarku. Kemudian menatap langit yang gelap.
Untung saja ada bulan, yang meminjamkan sinarnya agar langit tak begitu kesepian. Disana juga ada banyak bintang yang bertabur dengan indah. Mereka selalu menemani bulan yang kesepian serta menjadi saksi bisu sebuah kisah tentang matahari dan bulan yang tidak pernah bersatu di langit yang sama.
Ah! Kenapa jadi puitis begini?
Tapi kalau dipikir-pikir lagi, memang benar kenyataannya seperti itu. Matahari, bulan dan bintang, mereka semua punya cerita di atas sana. Seperti aku. Mungkin saja seperti ini, aku bulan, Dev matahari, dan bintang? Oh Bang Zahri saja.
Seketika aku tertawa kecil, lucu menurutku. Aku menyilang kakiku dan membuat badanku sedikit rileks. Kalau saja nanti aku tertidur di kursi ini, itu tidak apa-apa. Setidaknya aku bisa terlelap dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azhrilla [Very Slow Update]
Fiksi RemajaMengapa disetiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan? Mengapa kita harus bertemu? Mengapa akhirnya harus seperti ini? Apakah takdir selalu sekejam ini? Mengapa aku harus jatuh cinta padamu? Kenapa tidak orang lain saja? ~♡~ ALUR MAJU-MUNDUR...