Seokjin pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Matanya enggan menatapku.
Aku menahan tangis yang sejak tadi hampir jatuh ini.
Aku bukan siapa-siapa baginya. Aku hanyalah teman, yang sekarang ia tinggalkan.
Ia melangkahkan kakinya. Semakin menjauhiku. Tapi aku, masih menunggunya untuk berbalik atau sekedar berhenti menjauh.
Setiap langkah yang ia ambil, seperti hujaman pisau yang menusuk hati ini.
Tak bisa dibendung lagi, air mataku akhirnya jatuh. Isakan lirih lolos keluar dari mulutku ini.
"Mianhae, Seokjin-ah."
***
"Tidak sunbae, aku yang traktir."
Hojoon menarik lenganku, memasuki cafè bernuansa italia ini.
"Sunbae mau pesan apa?"
Aku, yang mungkin melamun, langsung mengalihkan perhatianku kepada Hojoon. Lelaki itu menatapku dengan mata teduhnya.
"Hm, aku pesan americano saja."
"Tidak makan?" Aku hanya menggeleng sebagai jawaban.
Entah kenapa, melihat Hojoon membuatku mengingat pria yang telah sukses membuatku tidak bisa tidur nyenyak selama berhari-hari.
Kim Seokjin.
Pria sialan. Teman sialan. Aku benar-benar membencinya sekarang.
Hojoon kembali ke meja kami sambil membawa nampan berisikan pesananku dan pesanannya. Seketika itu juga aku merasa untuk pergi ke toilet.
"Hojoon-ah, aku ke toilet dulu ya."
Hojoon mengangguk sebagai jawabannya.
Lalu, dengan tergesa-gesa aku agak berlari ke toilet dan tanpa sadar menabrak orang yang ada didepanku.
"Aduh m..maaf." ujarku.
Pria itu tersungkur, lengkap dengan ice tea yang ia bawa. Ice tea itu membasahi jas yang ia gunakan.
Rasa bersalah semakin menimpaku.
"Ya Tuhan, aku benar-benar minta maaf." Ujarku, lagi.
Pria itu tidak menyahut sedikitpun. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan. Yang pasti sekarang aku sedang fokus membersihkan lengan pria itu.
Hojoon yang mungkin mendengar suara jatuh, langsung berlari kesini. Ia membantuku dan membantu pria yang kutabrak itu agar berdiri.
Aku masih fokus pada lengan pria itu. Namun tiba-tiba, pria itu menarik daguku untuk menatapnya.
Salahkah jika aku terkejut? Tidak.
"Han Hyeri.."
Entah pergi kemana, tapi yang jelas sekarang nyawaku serasa terbang. Kakiku lemas.
"K...Kim Seokjin?"
***
"K..kau sudah menikah?" Perlahan tapi pasti, Seokjin mengangkat kepalanya dan memberanikan untuk menatap mataku.
Aku tersenyum miris. "Tidak, aku kabur dari rumah."
Seokjin yang tadinya terlihat gugup, sekarang melebarkan matanya.
"Kau kabur?! Bagaimana bisa?!"
"Ceritanya panjang." Ujarku sambil menatap mata Seokjin yang selalu sukses membuatku merasa aman.
Seokjin berdiri dari kursi yang ia duduki, tangannya langsung meraih tanganku. Ia menarikku menuju mobilnya.
"Akh, Seokjin! Lepaskan, appo!" Bukannya melepaskan cengkraman tangannya, Seokjin malah semakin mengeratkannya.
Ia menarikku kasar, mendudukkan ku didalam mobilnya.
Lalu, ia masuk dan duduk di kursi pengemudi. Tatapannya terfokus pada jalan di hadapannya.
Kami sama-sama diam.
Pikiranku melayang kemana-mana. Terutama kepada kejadian satu tahun yang lalu.
Saat itu, eomma menjodohkanku dengan anak dari pemilik perusahaan besar milik teman eomma.
Tentu saja aku menolak mentah-mentah perjodohan bodoh itu.
Malamnya, Seokjin datang kerumahku. Ia menyatakan perasaannya. Jujur, aku juga mencintainya. Bahkan sangat mencintainya.
Namun, setelah aku menceritakan tentang perjodohan yang dibuat oleh eomma itu, dia langsung pergi meninggalkanku. Tanpa mengatakan sepatah katapun.
Marah? Sangat.
Tapi sekarang aku bertemu dengannya lagi. Perasaan yang dulu hilang perlahan kembali lagi.
Walaupun samar, tapi aku yakin bahwa aku masih mencintai pria ini.
Seokjin memberhentikan mobilnya di depan apartment yang aku duga adalah apartment miliknya.
Ia menatapku dalam. Meluluh lantahkan tembok pertahanan yang selama ini aku bangun untuk melupakannya.
"Kenapa? Kenapa kau harus minta maaf tadi? Ini salahku." Air mata Seokjin perlahan turun. Membuatku tak kuasa menahan tangis ini juga.
"Hyeri-ah, maafkan aku terlalu egois saat itu. Meninggalkanmu disaat keadaan sulit. Aku memang pengecut." Ujar Seokjin lagi.
Aku mendekap kedua pipinya dan tersenyum. "Kita berdua egois saat itu. Aku juga salah."
"Mari kita ulangi semuanya. Seakan kita belum kenal dan lupakan masa lalu."
Aku menghapus sisa air mata Seokjin. Lalu melepas seat belt yang masih melilit tubuhku ini.
Aku mengulurkan tanganku pada Seokjin sambil tersenyum manis. "Hai, aku Han Hyeri. Mari berteman."
Seokjin menatapku dengan heran. Walau begitu ia tetap membalas uluran tanganku.
"Nde, aku Kim Seokjin."
"Hm Seokjin-ah, mari kita lukis cerita baru. Ya?"
Seokjin tersenyum. Ia memelukku erat.
"Senang berkenalan denganmu Han Hyeri."Ini retjeh.
-Jungkook's
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS ;Oneshoot
FanfictionCaution! This story will make you feel baper. And maybe laper. So get yourself ready.