GET READY.....!!!
.
SHOWTIME.....!!!!
.
.
._Disaster_
Cahaya yang masuk nampak tidak membuat namja mungil itu bangun dari tidurnya.
Dengan posisi menelungkup, namja bertahi lalat itu semakin mengeratkan tubuhnya dengan selimut. Terlalu malas untuk memulai aktifitas hari ini.
"Jinan bangun, nanti terlambat sekolah loh" Ujar sang eomma sebari membuka tirai besar disana.
Jinhwan sontak membukanya matanya, ia tak ingin membuat eommanya naik darah hanya karena ia susah dibangunkan.
"Ne, sebentar lagi" Jawabnya serak, khas orang yang bangun tidur.
Jinhwan merenggangkan sebentar otot - ototnya. Jendela kamar itu sudah dibuka oleh sang eomma dan membuat mata sipit nya semakin tertutup karena silau.
"Ayo bangun, eomma sudah buatkan sarapan dibawah"
Atas penuturan itu Jinhwan menurut. Ia turun dari ranjang dengan tidak semangat. Matanya yang sebam sehabis bangun tidur membuatnya berkali - kali mendesah, ini membuat kadar kemalasannya semakin bertambah.
Ya, hampir setiap pagi ia akan bangun dengan tidak bergairah. Oh ayolah siapa yang bergairah jika setiap harinya ia akan dibully oleh teman sekelasnya.
Setiap datang ke sekolah hingga pulang ia harus merangkap menjadi seorang babu penguasa sekolah itu.
Kim Jinhwan, si namja mungil hanya menghela napas berat. Jika berani ia ingin meminta sang eomma untuk memindahkannya ke sekolah lain. Bukan sekolah yang membuatnya hampir bunuh diri ini.
Ya, jika bisa Jinhwan ingin melakukan itu. Namun melihat bagaimana pengorbanan sang eomma untuk membiayai kehidupannya cukup membuat ia sadar. Mencari uang itu tidak semudah yang dibayangkan. Begitu pun dengan Daddynya.
.
.
."Pulang sekolah aku ingin ke rumah Daddy" Ujarnya santai.
Luhan yang sedang memasang sabuk pengaman sontak terhenti. Ia melirik sang anak yang sedang fokus pada buku bacaannya. Buku kesukaan Jinhwan, pemberian Daddynya dahulu.
Sebuah buku catatan yang telah ia tuliskan beberapa keluh kesah kehidupannya.
"Ya baiklah, lagipula eomma juga tak bisa melarangmu" Ujarnya sedikit membuat hati sang anak sakit.
Jinhwan terlalu peka pada kondisi. Sesuatu yang mengganjal akan ia rasakan, dan ia sangat mudah terbawa suasana hati.
"-Lagipula eomma akan lembur hari ini, makanlah yang banyak disana, jika ingin pulang minta antarkan OK" Luhan berusaha sesantai mungkin, meski hatinya terpaut resah. "-Dan jangan lupa obatnya" Ujar Luhan sambil tersenyum menatap anak semata wayangnya.
Sudah hampir dua tahun...
Dimana ia telah berpisah dengan Yifan, mantan suaminya.
Luhan memilih untuk berpisah dengan Yifan karena ketidak cocokan satu sama lain. Jujur Luhan sedikit tak tega pada anak semata wayangnya tersebut. Namun apa boleh buat mereka sudah tidak bisa bersama lagi.
Lagipula ia pikir Jinhwan sudah mengerti. Umurnya sudah remaja dan ia yakin anaknya sangat mengerti bagaimana kehidupannya bersama Yifan dulu.
Jangan berpikir jika mereka dulu saling mencintai.
Itu tidak benar.
Mereka hanya dijodohkan, lalu saat Luhan melahirkan ia pikir perasaannya sama saja tidak berubah. Ia tak mencintai Yifan sama sekali. Luhan lebih mencintai anaknya, dan Yifan pun begitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Disaster/JUNHWAN/BINHWAN/YAOI
FanfictionJinhwan bilang ia sayang eommanya, ia tak mau eommanya merasa kesepian saat mereka memutuskan untuk bercerai.Jinhwan mengizinkan apapun yang sang eomma inginkan. Karir, jabatan, dan juga pengganti sang daddy dalam hati eommanya. Jinhwan rela jika ia...