Part 7

3.5K 385 32
                                    


Note: Paragraf bergaris miring menandakan flashback (kejadian masa lalu) dan POV dari seseorang.

...

.

.

.

.

.

...

Years: 2005

Lihatlah betapa imutnya wajahnya. Aku tak pernah melihat anak laki-laki seusainya umur enam belas tahun dalam masa remaja memiliki wajah semenggemaskan ini, kecuali dia. Belum lagi tubuh mungilnya dari kebanyakan siswa high school, dan garis bibir merah muda di antara pipi putihnya, bibir tipis berwarna merah muda segar alami tanpa harus dilapisi lipstik apapun, benar-benar terlihat seperti bibir yummy bayi yang baru saja lahir di bumi. Aku jadi mulai mencurigai apa dia benar-benar remaja laki-laki yang berstatus siswa high school? Atau malah jelmaan bayi imut yang memiliki pertumbuhan terlalu cepat?

"Apa kau akan terus menatapku seperti itu?" suaranya yang agak serak menyadarkanku tentang masa puberitas yang dialami siswa di hadapanku.

Aku mencoba untuk menyunggingkan senyuman ramahku, tapi ia malah memberikan tatapan skeptis padaku, seolah mencurigai arti dibalik senyumanku.

"Siapa namamu?" tanyaku karena tak melihat tanda pengenal nama di seragamnya. Seperti dugaanku, dia siswa baru tahun ini. "Bisa kau ulangi? Aku tidak mendengar suaramu?" tanyaku lagi karena ia tadi hanya bergumam tak jelas.

"Baekhyun. ByunBaekHyun." Ia mengeja namanya penuh penekanan, menggerakkan bibirnya dengan jelas sampai mengerucut lucu. Aku tersenyum geli menahan tawa. "Apa yang ingin kau tertawakan? Kau pikir namaku lucu, hah?"

Alisku terangkat, tapi senyuman geliku tak bisa hilang. Aku tak tahu mengapa ia berpikir negatif tentangku, tapi anehnya, tingkahnya yang berani menantangku itu terlihat lucu di mataku. "Kau tahu kan apa salahmu?" aku balas bertanya.

"Apa?"

"Kau sudah melompati gerbang sekolah."

"Itu karena ahjussi itu mengunci gerbangnya."

"Jam pelajaran pertama sudah dimulai, jelas gerbangnya dikunci."

"Oh, mana kutahu."

Aku mengernyit. "Kau tak membaca buku pendoman sekolah ini?"

Matanya hanya melirik ke atas langit, terlihat tak ingin menjawab pertanyaanku.

Aku menghela nafas. "Gara-gara kau terlambat. Kau jadi melewati upacara penerimaan siswa baru tahun ini. Sebagai siswa baru kelas satu, kau seharusnya mengikutinya."

Kini dia yang menatapku tak suka. "Siapa bilang aku siswa kelas satu?"

Aku menatapnya heran. "Kalau bukan, kenapa kau tidak mempunyai tag nama?"

Dia memutar bola matanya. "Aku memang anak baru, tapi pindahan di kelas dua. Dan aku malah bersyukur tidak mengikuti acara membosankan seperti upacara penerimaan siswa baru."

"Oh, jadi kau memang sengaja datang terlambat agar tidak mengikuti upacaranya?"

"Tidak juga. Itu karena aku tadi bangun agak kesiangan."

Dangerous ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang