Note: Paragraf bergaris miring menandakan flashback (kejadian masa lalu) dan POV dari seseorang.
...
.
.
.
.
.
...
Years: 2005
Pertama, aku tak mau mengakui bibir yang pernah menyentuh sudut bibirku tempo hari lalu di toilet siswa itu, adalah ciuman pertamaku.
Kedua, aku tak tahu apa aku harus senang atau tidak ketika akhirnya aku bisa meerasakan sendiri bagaimana rasanya sebuah deep kiss atau french kiss yang sering dicerita teman-temanku, jika ternyata aku malah melakukan hal itu pertama kalinya dengan seorang —ehm— namja.
Ketiga, oh jangan sampai ada yang ketiga. Sampai di sini saja, aku sudah merasa malu dengan diriku sendiri setiap saat aku kembali mengingat ciuman panjang itu. Bisa-bisanya aku sempat mengeluarkan lenguhan saat lidahnya bermain dalam rongga mulutku.
"Aissh!" Aku berguling di atas ranjangku. Bebaring tengkurap, menekan wajahku yang terasa terbakar di atas bantal, dan teriakan frustasi penuh penyesalanku bisa terendam dalam bantalku sendiri.
Aku bahkan tak berani menatap matanya, saat ciuman panjang itu berakhir tadi siang. Mataku terus beralih memandang ke bawah setelah sadar bibir kami berpisah, dengan nafasku yang terengah, perlahan aku melepaskan genggamanku di lengannya, membiarkan tanganku bergerak kaku terkulai di atas meja belajar. Aku sungguh tak tahu apa yang harus aku katakan atau aku lakukan setelah sesi ciuman itu berakhir. Meski penasaran dengan reaksinya, tapi aku masih terlalu malu untuk menatap wajahnya.
Cukup lama juga kami terdiam dalan suasana kecangguan itu, karena dia —yang sudah berdiri di belakangku— juga tak mengatakan sepatah kata pun, dan aku tak sekali pun melirik ke arahnya. Bagiku saat itu, angka-angka yang tertulis di halaman buku di atas meja bisa membuatku damai untuk mengontrol detak jantungku dengan baik.
Beberapa menit berlalu, terdengar suara langkah kaki yang menjauh, mampu membuatku tersadar. Aku menoleh ke belakang, hanya untuk mendapati sebagian punggung Chanyeol yang membelakangiku, sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kamar mandi yang ditutup olehnya, tanpa berbicara sepatah kata pun, saat itu pula aku menyadari sesuatu.
Ciuman itu salah.
Tanpa berpikir lagi, aku segera mengambil tasku, berlari keluar dari kamar itu, keluar dari rumah itu. Persetan dengan bimbingan belajar yang tidak berjalan dengan baik. Dari awal aku memang tidak serius dengan bimbingan yang disarankan oleh guruku. Dan untuk rencanaku yang mendekati Hyeri, aku bisa cari cara lain selain pergi menemuinya di rumah kakak sepupunya itu.
Aku menggigit bibirku gelisah, takut-takut jika saja Chanyeol menceritakan kejadian hari ini pada Hyeri. Tapi tunggu dulu, bukan kan yang menciumku duluan adalah Chanyeol? Jadi aku adalah korbannya kan? Tapi tetap saja, rasanya begitu malu kalau sampai Hyeri tahu bahwa aku sudah berciuman dengan kakak sepupunya. Ya ampun, di mana aku harus menyembunyikan wajah tampanku ini.
Aku sungguh berharap kalau Chanyeol melupakan kejadian hari ini dan tak pernah mengungkitnya. Meski sebenarnya, aku sendiri merasa sangsi bisa melupakannya. Bagaimana bisa lupa, jika tiap tiga detik aku menutup mata, aku selalu merasa ada bibir tak terlihat yang mengemut bibirku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Chanyeol
Misteri / ThrillerKredibilitas Baekhyun sebagai detektif kepolisian seolah sedang diuji saat ini. Setelah 10 tahun lamanya berpisah, ia kembali dipertemukan oleh Chanyeol dalam sebuah kasus yang tak pernah diduga Baekhyun sebelumnya. Dalam proses penyelidikan, sebuah...