Note: Paragraf bergaris miring menandakan flashback (kejadian masa lalu) dan POV dari seseorang.
...
.
.
.
.
.
...
Years: 2005
Oke, Byun Baekhyun, tenanglah.
Aku berbicara pada diriku sendiri, mencoba untuk merilekskan perasaanku. Liburan musim panas sudah berakhir sejak tiga hari lalu. Begitu pun dengan ujian susulan matematika ku yang baru ku lewati hari kemarin. Dan sekarang, nilai hasil ujianku sudah berada di tanganku.
Aku tak percaya dengan apa yang terjadi pada diriku sendiri. Untuk pertama kalinya dalam kehidupan sekolah aku merasa berdebar sendiri hanya karena ingin melihat berapa hasil ujianku saat ini. Tidak seperti biasanya yang selalu kutanggapi dengan hal biasa, bahkan lebih cenderung tak peduli dengan berapa hasil nilaiku. Well, aku adalah anak yang agak —sangat—bandel.
Aku memulai dengan membuka lipatan kertas nilai ujian yang berada di tanganku sedikit demi sedikit. Angka nol (0) berada di bilangan terakhir, lalu kubuka lipatan itu lebih besar, berharap setidaknya angka puluhannya berada di atas nilai tujuh puluh. Tapi mataku kembali melihat angka (0). Tunggu dulu.
100.
Keningku berkerut. Aku membalik kertas itu, mengecek kembali nama yang tertera di atasnya. Byun Baekhyun. Benar, ini kertas ujian milikku. Tapi kenapa tertulis angka 100 sebagai nilainya? Butuh tiga detik kemudian sebelum akhirnya aku menyadarinya. Aku mendapat nilai sempurna.
"ASSA!" kepalan tinjuku langsung melambung ke atas. Bersorak gembira sambil tertawa bangga. Hahahaha... sudah kuduga. Sudah kuduga. Aku memang pintar. Kini Luhan hyung tak bisa lagi mengataiku babbo.
"Apa lihat-lihat?!" Aku langsung membentak seorang honbae yang lewat di hadapanku sambil memandangku aneh. Memangnya ada yang ada salah jika aku baru saja tertawa —seorang diri di koridor sekolah.
Sebaiknya sekarang aku harus memberitahukan kabar gembira ini pada yang lain, dan satu nama seseorang langsung terlintas dalam pikiranku.
Chanyeol.
Yah, benar. Meski pada awalnya aku sangat membenci ketua —mesum & aneh— dewan siswa itu, tapi aku tak bisa menampik bahwa dia juga yang berperan penting dalam hasil ujianku ini, karena sudah membimbingku selama liburan musim panas ini.
Baru satu langkah kakiku bergerak untuk mencari Chanyeol, ponselku tiba-tiba berdering. Itu telepon dari Chanyeol.
Senyumanku langsung mengembang. "Yopseyo, Chan—"
"Aku sudah mendengarnya dari Kim seongsanim," Chanyeol langsung berbicara, memotong ucapanku. "Chukkaye," meski suaranya pelan, tapi aku cukup bisa mendengarnya.
Senyumanku terbentang semakin lebar. Sebelah kakiku bergerak menendang-nendang kecil udara kosong di depanku. Belum sempat aku mengatakan kata terimakasih, suara Chanyeol kembali mendahuluiku dari ujung seluler di sana.
"Aku tidak menyangka kalau apa yang kuimingkan padamu bisa memotivasimu untuk benar-benar mendapatkan nilai sempurna."
Keningku berkerut heran. Apa yang sedang ia bicarakan? Iming-iming apa? Aku bahkan tak mengingatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Chanyeol
Misterio / SuspensoKredibilitas Baekhyun sebagai detektif kepolisian seolah sedang diuji saat ini. Setelah 10 tahun lamanya berpisah, ia kembali dipertemukan oleh Chanyeol dalam sebuah kasus yang tak pernah diduga Baekhyun sebelumnya. Dalam proses penyelidikan, sebuah...