4

899 24 1
                                    

     Seokjin tak pernah jenuh memperhatikan indahnya wajah wanita yang sedang merenung di depan jendela kelasnya. Dari taman depan sekolah, ia dapat dengan leluasa menatap wajah wanita yang selalu ia kagumi. Kacamata yang bertengger diwajahnya sama sekali tidak menganggu keindahan wajahnya. Wanita itu tersenyum ketika melihat burung sedang bertengger diatas pohon yang bersebelahan dengan jendelanya. Seokjin tak mau melewatkan momen ini. Ia segera mengabadikan senyum yeji lewat kamera polaroid yang selalu ia bawa. Entah sudah berapa foto yeji yang sudah ia koleksi. Mulai dari fotonya yang sedang tertidur di kelas, sedang marah, sedang tertawa bahkan sedang bengong. Segala macam ekspresi yeji sudah terpotret lewat polaroidnya.

       Bel masuk sudah berbunyi. Sebenarnya setiap hari seokjin selalu datang  ke sekolah setengah jam sebelum bel berbunyi. Namun ia selalu berdiam diri di taman sekolah hanya untuk memandangi senyum yeji. Karena jika di kelas dia hanya bisa memperhatikan rambut ekor kuda yeji.

     Perlahan seokjin melangkah ke kelas disusul dengan kedua temannya yang memang baru datang ke sekolah. Sesampainya di depan pintu kelas, seokjin melihat kearah yeji yang tak sengaja disambut dengan tatapan dari yeji. Seokjin tersenyum manis kepadanya, membuat yeji salah tingkah hingga yeji memalingkan wajahnya kembali ke jendela. Seokjin tau bahwa pipi yeji merona, membuat seokjin benar-benar gemas ingin menciumnya.
"Pipimu merah sekali, kenapa? deg-degan ya lihat orang ganteng?" Bisik seokjin ketika sudah sampai disamping meja yeji.
Yeji tak menggubris karena masih berusaha menutupi wajahnya yang merah seperti kepiting rebus.

    "Semuanya, lee saem menyuruh kita ke perpus. Kita disuruh merangkum buku sastra bab 5." Ucap ketua kelas dengan lantang.
    Semua murid mengeluh, kecuali yeji. Dia mulai mengemasi alat tulisnya, bersiap untuk berangkat ke perpus. Ketika yeji hendak bangkit dari bangkunya, tiba-tiba seokjin sudah berdiri disampingnya.
"Berangkat bareng?" Tawar seokjin. Yeji ingin menolak supaya ia bisa berangkat dengan teman-temannya. Tetapi sepertinya ia telat, karena teman-temannya sudah tak terlihat.
Dengan berat hati yeji mengangguk sambil membuang nafas, merasa keberatan. Mereka akhirnya jalan berdua.

     Sesampainya di perpustakaan yeji ingin bergabung dengan teman-temannya tetapi sayangnya meja perpustakaan hanya cukup untuk empat orang. Sehingga yeji harus mengalah dan mencari meja lain yang kosong. Tiba-tiba seokjin menggenggam tangan yeji dan mengajaknya duduk di meja yang kosong.
"Disini saja denganku, meja yang lain sudah penuh."
Lagi, yeji harus pasrah terus berduaan dengan seokjin. Entahlah, yeji merasa belakangan ini teman-temannya seakan membuat yeji harus terus bersama seokjin.
"Kamu belum ambil bukunya kan? Biar aku yang ambil." Ucap seokjin dan segera pergi mengambil buku untuk mereka berdua. Yeji tersenyum. Terkadang ia menyukai sikap seokjin yang begitu gentle terhadapnya. Tapi sikap jahilnya selalu membuat yeji ingin memarahinya.
"Terimakasih" ucap yeji sambil mengambil buku dari tangan seokjin.
"Sama-sama" balas seokjin dibarengi dengan tangan jahilnya yang mengacak-ngacak rambut yeji.
"Ihhh" baru saja yeji memuji seokjin dalam hati, sekarang seokjin membuat yeji kesal lagi.

"Bab berapa?" Tanya seokjin basa-basi

"5"

"Oh, semuanya?"

"Iya."

"Oke"

Hening

"Yeji, yang ini penting tidak?"

"Iya, rangkum saja semuanya."

"Banyak sekali, kita bagi 2 saja yuk?"

"Bagi 2 bagaimana? Tetap saja tiap orang harus merangkum semuanya."

"Iya juga ya.."

Akhirnya mereka mengerjakan tugasnya masing-masing.

"Hoaaamm..." baru sepuluh menit merangkum seokjin sudah mengantuk.

You Are Mine (BTS Jin FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang