10 - Acceptance

899 46 5
                                    

Yeji merasa benar benar sedih saat ini. Perubahan sikap Seokjin terhadapnya membuat Yeji merasa seakan-akan dirinya dijatuhkan kedalam jurang. Seminggu ini mereka bersikap seakan-akan tak mengenal satu sama lain. Yeji bukannya tidak mau mengajak Seokjin berbicara, tapi gengsinya selalu mengalahkan niatnya untuk berbicara dengan Seokjin.

Seperti di kantin saat ini, biasanya Seokjin menghampiri meja makan Yeji dan kawan-kawan. Tetapi sekarang Seokjin dan kedua temannya bergabung dengan teman laki-laki sekelas lainnya. Terdengar mereka sedang bercanda dan Yeji mendengar Seokjin tertawa dengan kencang. Namun seakan-akan Yeji merasa Seokjin hanya memalsukan tawanya. Seperti.. cari perhatian?

Yeji mencuri-curi pandang untuk memperhatikan Seokjin dan tak sengaja Seokjin juga sedang melihat kearah Yeji, membuat mata mereka saling bertatapan. Seokjin segera memalingkan tatapannya seperti salah tingkah. Aneh, biasanya kalau mereka bertatapan dari jauh Seokjin akan mengedipkan sebelah matanya pada Yeji. Geli memang, tapi jujur Yeji merindukan Seokjin yang seperti itu.

Yang membingungkan adalah kenapa Seokjin benar-benar berubah  seperti ini. Bahkan Yeji pun belum menjawab pertanyaan cintanya. Apakah Seokjin merasa tak percaya diri? Atau Seokjin sudah tak tertarik lagi dengannya? Apapun alasannya, yang pasti perubahan sikap Seokjin membuat Yeji merasa dihiraukan.

Hari ini kelas dibubarkan jam 10 malam. Lebih larut dari biasanya. Wali kelas mereka, Park Eunha Saem memberikan pesan-pesan bijak kepada murid-muridnya untuk belajar lebih giat, mengingat waktu menuju ujian kelulusan tak lama lagi. Setelah puas menyeramahi, akhirnya Park Eunha saem menyudahi ceramah bijak tersebut. "Mengerti kan anak-anak? Mulai saat ini tidak ada lagi main-main dalam belajar. Sekarang karena sudah malam, segera pulang ke rumah dan jangan pergi ke tempat lain. Jangan pulang sendirian terutama bagi anak perempuan. Mengerti?" Ucap Eunha Saem mengakhiri ceramah panjangnya.

"Nnee.." ucap semua murid serentak.

Semua murid mengemas alat tulis masing-masing. Serim yang sudah selesai mengemasi barang-barangnya perlahan menghampiri Yeji.

"Yeji ya.. maaf aku pulang dengan.."

"Tak apa Serim, aku bisa pulang sendiri." Potong Yeji yang sudah tahu kalau Serim pasti pulang dengan pacarnya.

"Sungguh? Apa aku sebaiknya meminta Seokjin mengantarmu?" Tawar Serim.

"Tidak perlu. Itu hanya merepotkannya."

"Kalian kenapa? Belakangan ini kalian seperti menghindari satu sama lain. Seperti sedang bertengkar.."

"Tidak kok, tidak ada apa-apa." Sanggah Yeji berbohong. Sebenarnya memang terjadi sesuatu diantara mereka.

"Yakin? Kalau begitu aku pulang duluan ya? Jaehyun sudah menungguku dari tadi." Pamit Serim.

"Mm.. hati hati Serim, daah.." Yeji melambai ke arah Serim dengan wajah lesu.

Yeji yang akhirnya harus pulang sendiri lagi berjalan gusar meninggalkan kelas. Sebenarnya seminggu ini Yeji sudah terbiasa pulang sendiri. Tapi malam ini begitu larut. Membuat Yeji sedikit ketakutan dan was-was.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Yeji melihat dengan jelas bahwa motor Seokjin melintas melewati dirinya begitu saja. Seakan-akan Yeji tak terlihat. Sungguh hati Yeji saat ini benar-benar seperti tersayat. Sebegitu bencinya kah Seokjin sekarang terhadap Yeji? Sekuat mungkin Yeji berusaha membuat matanya tak mengeluarkan air mata.

Yeji melanjutkan langkahnya menuju halte bus. Suasananya begitu sepi. Tak ada satupun orang disana. Meskipun ketakutan, Yeji memberanikan diri untuk duduk disana. Jalanan juga terlihat sepi. Lampu-lampu toko didepan halte sudah dimatikan membuat Yeji semakin ketakutan. Bus yang sedari tadi ditunggu Yeji tak kunjung datang. Udara yang dingin pun membuat perasaan Yeji bertambah buruk.

You Are Mine (BTS Jin FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang