9 - the reason

668 26 0
                                    

"Jadilah pacarku.." bisik Seokjin tepat di telinga Yeji.
Yeji yang tengah berada dalam pelukan Seokjin tak mampu berkutik. Kata-kata tersebut seakan membekukan geraknya. Ia hanya mematung tanpa memberikan respon apapun.

Lama menunggu jawaban dari Yeji, Seokjin mengurai pelukannya.

"Park Yeji?" Seokjin melepas pelukannya perlahan, memastikan gadis idamannya ini baik-baik saja. Seokjin menangkup wajah Yeji, mengarahkan wajah Yeji kehadapannya. Terlihat Yeji yang menatap balik Seokjin. Tatapannya kosong, wajahnya benar-benar merah. Yeji benar-benar tak bergerak sedikitpun.

Melihat Yeji yang benar-benar gugup, membuat Seokjin tak kuasa memeluk kembali gadisnya ini. Ia tenggelamkan kembali wajahnya ke dada bidang Seokjin.

"Tak apa, aku tak memaksa Yeji ya.."

"Kalau kau tak mau menjawab sekarang, kau bisa menjawabnya nanti." Ucap Seokjin pelan dan mengusap-usap kepalanya lembut.

"Kalau kau sudah memastikan hatimu, datanglah kembali padaku. Aku pasti akan selalu menunggumu.."
Seokjin mengurai pelukannya. Ia mengusap pipi Yeji dan mencubit-cubitnya pelan. Dan terakhir, Seokjin memberikan senyumannya yang paling tulus. Membuat Yeji semakin luluh.

"Ayo pulang.." ajak Seokjin. Ia menggenggam tangan dingin Yeji. Membawanya kearah motor dan menuntunnya untuk naik. Sedangkan Yeji masih dengan wajah datar dan kosongnya hanya mengikuti tuntunan Seokjin.

Setelah 10 menit perjalanan yang diisi dengan kesunyian dan deru kencang angin yang berhembus, akhirnya mereka sampai di depan rumah Yeji. Yeji turun dari motornya dan memberikan helmnya pada Seokjin.

"Sampai jumpa Yeji, mimpi yang indah. Tidak usah terbebani dengan yang barusan." ucap Seokjin sembari menggaruk-garuk kepalanya.

"Aku pulang.." terakhir Seokjin mengusap lembut rambutnya dan perlahan pergi meninggalkan Yeji. Sedangkan Yeji? Masih diam membeku ditempatnya berdiri.

***

Yeji bergerak gelisah dalam tidurnya. Matanya tak bisa diajak kompromi. Sekuat apapun Yeji mencoba untuk tidur, ia tetap saja bangun kembali. Jam sudah menunjukan pukul 2 pagi. Dan sampai waktu itu pula ia belum tidur sedikitpun. 'Kim Seokjin.. kim seokjin..' nama itu yang terus saja muncul dipikirannya. 'Ahh.. sadarlah park yeji..' sekeras apapun Yeji mengelak, tetap saja ia jatuh pada satu konklusi. Ia sadar bahwa pada nyatanya ia juga jatuh hati pada kim seokjin. Yeji menggeleng-geleng. 'Tidak, tidak boleh..laki-laki itu semuanya brengsek Park Yeji..' batin Yeji. Disisi lain Yeji berpikir bahwa semua yang dilakukan Seokjin hanyalah candaan dan iseng saja. Semua gombalan dan rayuan Seokjin hanya Yeji anggap hanya untuk menjahilinya. Tapi semakin hari ia semakin sadar bahwa semua perlakuan Seokjin kepadanya begitu tulus. Saat ini Yeji benar-benar bimbang. Entahlah Yeji tak tahu dengan hatinya yang begitu labil, sepertinya Serim sahabat terdekatnya bisa membantunya mencari jawabannya besok.

***


"Jadi, semalam Seokjin menembakmu?" Tanya Serim sedikit berteriak.

"Ssstt.. bisa pelan sedikit tidak?" Yeji celingak-celinguk memperhatikan lingkungan sekitar. Yeji mengajak Serim ke atap sekolah untuk bercerita karena ia rasa tempat tersebut tempat yang paling sepi dan aman dari anak-anak di sekolahannya.

"Okay maaf.. lalu jawabanmu?" Tanya Serim tak sabaran.

"Aku belum menjawab, Seokjin memberiku waktu untuk memikirkannya.." ucap Yeji pelan.

"Dan jawaban yang akan kau berikan?"

"Entahlah.. tapi sepertinya ku akui.. aku menyukainya..." Yeji menjawab malu malu.

Serim menjerit bahagia. Itu artinya misinya dan teman-temannya sukses.

"Assaaa...!" Teriak Serim bahagia.

"Tapi aku tak yakin untuk menerimanya."

Seketika itu pula ekspresi wajah Serim berubah.

"Whaaatt??" Teriak Serim tak percaya.

"Entahlah Serim.. aku tak yakin.." jawab Yeji ragu-ragu.

"What makes u so confused my dear..? Kau mengaku menyukainya begitu pula Seokjin.. kenapa kau.. masih ragu..?"

"Aku.. tak percaya pada lelaki..."

"Ke..kenapa?"

"Bukankah semua lelaki itu brengsek dan menyebalkan? Apalagi Seokjin itu sering bercanda dan tak serius. Aku tak yakin hubunganku dengannya akan baik-baik saja." Jelas Yeji yang masih memasang wajah murung.

Serim mengajaknya duduk di bangku panjang dan mengarahkan badan Yeji hingga berhadapan dengannya. Ia taruh kedua tangannya di masing-masing pundak Yeji. Serim mengambil nafas panjang seakan-akan siap untuk menceramahi Yeji.

"Dengar ya sayangku.. di dunia ini tidak ada orang yang sempurna. Sekuat apapun kau mencari, pasti semua orang punya sisi buruk. Meskipun kau menemukan orang yang sempurna yang sebenarnya aku rasa mustahil, itu takkan menjamin kau mencintai orang tersebut."

"Dan soal Seokjin yang selalu menjahilimu, itu hanya caranya menyampaikan rasa ketertarikannya padamu. Apa kamu tidak sadar, hanya kamu yang selalu Seokjin jadikan objek kejahilannya? Semua orang yang melihat tingkah laku Seokjin padamu pasti akan tahu dengan jelas bahwa Seokjin benar-benar tertarik padamu."

'Ia benar juga, Seokjin hanya bersikap jahil kepada diriku saja.' Batin Yeji.

"Sekarang kau menyukai Seokjin dan Seokjin pun bahkan mencintaimu. Tak semua orang diberi keberuntungan untuk begitu mudah saling mencintai. Nyatanya banyak perempuan yang kesepian dan harus menanggung sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan karena lelaki yang dicintainya justru mencintai orang lain. Dan kau seharusnya bersyukur bahwa masih ada yang menyukaimu, bahkan jatuh hati padamu."

Yeji termenung mencermati perkataan Serim. Ditembak oleh seorang pria, ini yang pertama bagi Yeji. Dulu Yeji sering merasakan rasa perih ketika mengagumi seseorang yang jelas-jelas tak pernah menganggapnya ada. Dan rasanya memang sangat sakit. Hingga akhirnya Yeji selalu benci dengan setiap laki-laki dan enggan berinteraksi dengan semua lelaki. Ia pikir semua lelaki sama saja brengsek dan tak pernah memikirkan perasaan wanita. Ia takut nantinya ia akan merasakan pedihnya bertepuk sebelah tangan lagi, maka dari itu ia bersikap sedingin mungkin terhadap laki-laki. Tapi setelah Seokjin muncul dikehidupannya, janji yang ia ucapkan pada dirinya sendiri perlahan-lahan luntur. Sikap manis Seokjin terhadapnya membuatnya sadar bahwa ia tak bisa tak jatuh pada pesona seorang Kim Seokjin. Sekeras apapun Yeji mencoba, pada akhirnya ia semakin sadar bahwa ia juga jatuh cinta padanya. Ia benar. Tak ada salahnya untuk menerima Seokjin. Setelah berpikir panjang ia akhirnya menentukan jawabannya.

***

Seharian ini Yeji berusaha untuk menghindar dari Seokjin. Ia masih merasa canggung dan sepertinya itu pula yang dirasa Seokjin. Tak seperti biasanya, dimana Seokjin selalu menyapa terlebih dahulu atau memanggil Yeji yang Yeji tahu sebenarnya benar-benar tidak penting. Tetapi hari ini berbeda. Mereka enggan menyapa terlebih dahulu. Dan hingga sekolah dibubarkan pun, tak ada interaksi apapun diantara mereka. Yeji bahkan pulang sendiri dengan bus, karena Seokjin tak menahannya seperti biasa. Aneh, pikir Yeji. Kenapa Seokjin berubah seperti ini? Secanggung itukah baginya ketika mengungkapkan perasaan terhadap seseorang? Biarlah besok juga sepertinya ia akan bersikap seperti biasa.

.
.
.

Vomment ya readers, hehe..

 

You Are Mine (BTS Jin FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang