Bang My Head

2.5K 105 2
                                        

Dia agent yang terluka menyelinap masuk jendela terbuka kamarku. Bercak darahnya tertinggal di horden putih lemasku.

Terdengar desahannya saat merapikan lukanya dikamar mandi mungilku.

Melakukan semua misinya tanpa kesalahan namun kali ini ia membuat kesalahan yang fatal yaitu tertidur disofa baca ku.

Awalnya aku tak tau siapa pria ini, aku hanya memindahkan tubuhnya kekasurku dan menjahit lukanya. Untungnya aku pernah belajar pertolongan pertama diklub mendaki.

Keesokan harinya ia terbangun dengan demam yang cukup tinggi, ia segera mengemasi barang-barangnya lalu membuka jendela hendak melarikan diri.

"Tunggu, demam mu sangat tinggi." Kataku dari balik punggungnya. Ia sangat terkejut dan menodongkan senjata api kearahku. Sontak aku mengangkat kedua tanganku keudara.

"Kau bisa saja pingsan ditengah jalan." Lanjutku. Ia tetap kekeh, lalu lukannya yang masih basah mengalami pendarahan lagi. Pria itu langsung jatuh berlutut menahan rasa sakit.

Aku bergegas mengambil peralatan dan membaringkan tubuhnya dilantai. "Kau tidak boleh banyak bergerak, kau sangat beruntung itu hanya wadcutters." Ia hanya menatapku dengan terus mengeluarkan keringat.

"Kau tau macam peluru?" Tanyanya, suaranya sangat berat namun tipis. Seperti rudal yang membisik.

"Yeah selain tenaga medis diklub mendaki, ayahku penjual senjata berlesensi resmi."

"Ouch!" Rintihnya. "Tahan sebentar lagi, aku akan menyelesaikannya dalam 5 detik."

Ia menarik tanganku ketika hendak beranjak, "siapa kau?" Tanyanya. "Aku yang seharusnya bertanya siapa kau? Dari sekian banyak rumah, kenapa rumahku?"

"Karena hanya rumahmu yang jendelanya terbuka." Jawabnya singkat dan melepaskan cengkramannya.

"Aku sudah selesai, kau boleh pergi sekarang."

Ia melangkah kejendelaku dan kemudian berhenti. Tiba-tiba berbalik dan menyudutkanku. Wajahnya begitu dekat, aku bisa melihat bekas-bekas luka serpihan kaca.

"Why you help me?"

"Because u cute?" Kataku sambil berdehem, sekedar bercanda.

Tangannya yang kuat memelukku, garis dagunya tampak jelas dengan jarak sedekat ini, ia menciumku dibibir dengan sangat lembut.

"Kau tidak bisa membayar nyawamu dengan ciuman bodoh." Kataku sesaat ia melepas ciumannya.

"Apa yang kau inginkan?"

"Sebuah nama."

"Scott William Batch, mau menikah denganku?"

Sepertinya demamnya sudah tahap halusinasi

"Baiklah tuan Batch, mengapa kau tidak minta bantuan pangkalanmu untuk menjemput?"

"Tidak itu akan membahayakanmu, dia akan tau kau yang menyelamatkanku." Ia membelai pipiku.

Siapa yang ia maksud 'dia' ?

"Sebuah nama sudah lebih dari sekedar nyawa, pergilah." Aku melepaskan tangannya, membiarkan ia berjalan mendekati jendelaku. Kemudian hilang diantara kilauan cahaya matahari.

Dimana ada pertemuan disitu ada perpisahan.

Ia yang datang ditengah malam dan ia yang pergi diawal pagi.

Menyelinap masuk melalui jendela lalu menyelinap keluar melalui jendela yang sama.

Seperti peterpan saja.

Kumpulan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang