Dawn

1.6K 67 10
                                    

[{WELCOMING MY SELF PROJECT}]

***

Sayup-sayup mata ini memandang keluar jendela, aku dijaga lagi oleh sang malam untuk tak terlambat menyaksikan sang fajar.

Jika harus memilih aku lebih baik diam bergeming, atau malah aku lari saja?

Ini semua terjadi jauh setelah aku mengenal dia, Askara Arsa. Terserah mau memanggilnya dengan Aska atau Arsa.

Perkenalan kami diawali dengan sebuah kejadian pahit, mari ku ceritakan.

***

Aku akan mengajak kalian para pembaca melompat ke masa lalu, dimana aku duduk dibangku kelas 2 SMA dimana teman kecilku baru saja meninggal karena kecelakaan tunggal. Hati ini dirundung duka dan saat itulah ia datang.

Awalnya aku hanya sekedar mengenal namanya, Askara Arsa seorang libero resmi sekolah dan sering bolak balik ruang BK untuk mengurus lomba.

Aku yang tengah berduka terduduk sendirian dibawah pohon dekat lapangan voli yang berpasir dan teduh.

Arsa mengampiri dengan tubuh tinggi berkeringatnya, ia memberikan sebotol air dingin yang masih tersegel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsa mengampiri dengan tubuh tinggi berkeringatnya, ia memberikan sebotol air dingin yang masih tersegel. Aku mengusap air mata dan mengambil botol itu lalu membukanya.

Terasa segar ditambah lagi senyuman Arsa membuat ku merasa aman. Seakan senyum itu berbicara dan berkata, "tenang kamu tak sendirian, aku ada disini."

Ia berhasil masuk kedalam kehidupanku dan menghapus sedih serta sepi, terkadang ia juga mengantarku berziarah kemakam temanku.

Setelah hampir 2 bulan dekat kemudian Arsa jujur padaku, bahwa ia sudah menyukaiku sejak duduk dibangku kelas 1 SMA.

"Saat itu aku sedang latihan dilapangan seperti biasa, fokus dan berapi-api. Namun ada satu yang menggoyahkan semuanya, itu kamu. Aku sekilas melihat rambutmu yang terurai dan menurutku tak ada seorang pun di dunia ini mempunyai rambut seindah kamu. Kemudian kau berbalik arah, aku bisa melihat wajah mu dengan jelas. Ya... jelas aku jatuh cinta. Paradina Sarwari kamu mau tidak jadi pacaranku?"

Itu dia pengakuannya, si pemendam perasaan juga si pujangga.

Semakin dalam perasaan, semakin bertumbuh perasaan, semakin kami merasa memiliki satu sama lain. Tak bisa dipungkiri pertumbuhan itu membuat kami jiwa yang menempati wadah ini dapat berubah dan menemukan cara nya sendiri untuk berkata, berbuat, dan berpikir.

Meredam ego, percaya, setia, bertanggung jawab, hanya itu modal yang kami punya untuk bisa bertahan sampai kami lulus dibangku SMA, kemudian perkuliahan dan melanjutkan ketahap kehidupan selanjutnya.

Sudah hampir 7 tahun kami pacaran. Pendewasaan itu terkadang terasa melelahkan karena harus selalu bertengkar, tidak saling bertemu, tersiksa, terdiam, intropeksi diri, memaafkan, berani bicara, kemudian baik-baik lagi.

Kumpulan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang