"I love it when people underestimate me. Seeing the stupid expressions on their faces after they see what i can really do is fucking priceless.."
***
"Dari mana lo?" Dion merangkul pundak Aldy yang sedang berjalan ke kantin.
"Di hukum Bonar."
"Lah kok bisa?"
"Gara-gara cewek paling ngeselin, sok jagoan seantero Oscar," ucap Aldy sambil membayar air mineral yang ia ambil dari etalase kantin.
"Maksudnya? Siapa?" Dion masih membuntuti Aldy.
"Cewek rese sok jagoan di sekolah ini siapa lagi kalau bukan Tasya."
"Lo cabut bareng Tasya?"
"Astaga, banyak tanya lo ah gue capek." Aldy mendorong kepala Dion dari belakang.
"Lagi pms ya Dy?" Dion tertawa melihat Aldy yang terlihat kesal.
"Bacot lo! Cabut yok," Aldy menarik Dion keluar dari kantin.
"Ayok kemana?"
"Apartemennya Genta. Genta sama yang lain kemana?" Tanya Aldy yang tak melihat keberadaan teman-temannya yang lain.
"Entah, tadi gue beda kelas. Nanti gue hubungin Genta kalau kita mau ke apartemen dia."
"Sip deh." Aldy mengeluarkan kunci mobilnya dan menekan tombol kunci.
***
Sesampainya di rumah, Tasya langsung naik ke kamarnya. Suara langkah kaki Tasya yang terburu-buru menggema di rumah super luas keluarga Nugraha, beberapa pembantu yang sedang meyelesaikan tugasnya menatap Tasya dengan heran. Tak biasanya Tasya naik terburu-buru seperti itu.
Tasya melemparkan tasnya kesembarang arah di kamarnya, sepatu yang ia pakai telah di lepas dan ia taruh di samping lemarinya. Dia merebahkan tubuhnya, melepas penat karena hukuman yang ia terima di sekolah tadi.
Tak lama dari itu suara ketukan dari luar kamarnya membuat Tasya mau tak mau membukakan pintu kamarnya.
"Non," suara Mba Minah terdengar dari balik pintu kamar Tasya.
"Iya Mba. Kenapa?" Tanya Tasya setelah membukakan pintunya.
"Ini ada titipan dari ibu," Mba Minah memberikan paperbag kepada Tasya.
"Lah ini apaan? Mama mana?" tanya Tasya bingung.
"Gak tau, ibu cuma titip pesen, non di suruh nyobain itu. Ibu katanya mau pergi ke rumah temennya."
"Yaudah deh Mba, makasih ya," Tasya menutup pintu kamarnya kembali setelah Mba Minah pergi dari depan kamarnya.
"Ini apaan deh. Tumben banget Mama malah nitipin barang ke Mba Minah gak ngasih langsung ke gue," ucap Tasya sambil membuka paperbag yang tadi di berikan oleh Mba Minah.
Saat Tasya mengeluarkan barang yang ada di dalam paperbag, Tasya malah semakin bingung. Sebuah gaun berwarna grey dipadukan dengan payet berwarna silver di bagian atasnya, yang sudah pasti merupakan rancangan designer terkenal.
ada acara apa ini?
Tasya masih memperhatikan keindahan gaun yang sedang ia pegang sekarang. Untuk apa dia mencobanya? Bukan- bukan itu yang ia pikirkan. Kenapa Mamanya memberi dia gaun ini? Apakah keluarganya akan mengadakan sebuah acara, atau ini untuk acara kerabatnya.
"Gue mana betah pakek dress kayak gini," gumam Tasya.
Suara kelakson mobil menghentikan aktivitas Tasya. Ia menaruh gaunnya di tempat tidurnya dan pergi keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisdom Of The Fallen (TERBIT)
JugendliteraturPemesanan novel dapat melalui: Ig: @Perfectopublisher Ig: @nandaanisa124 Lo gak akan pernah tau kapan cinta itu datang dan kepada siapa lo akan jatuh cinta. Yang harus lo tau adalah ketika lo berani untuk jatuh cinta berarti lo juga harus siap untuk...