[12]

32.4K 1.3K 1
                                    

"We accept the love we think we deserve." -Stephen Chbosky.

***

Semakin dekat semakin terhapus juga jarak di antara mereka. Detak jantung Tasya yang tiba-tiba tak terkendali hingga Tasya takut jika Aldy akan mendengarnya. Namun Aldy malah memejamkan matanya dan Tasya melakukan hal yang sama dan tepat sebelum jarak di antara mereka benar-benar terhapus suara ketukan pintu menghentikan kegiatan mereka.

Aldy langsung berdeham menetralkan suasana hatinya. Sedangkan Tasya langsung berdiri dan merapikan rok nya.

"Dy, ini Mama udah buatin air anget di kompres ya lukanya. Oh iya Tasya bantuin Aldy ya," ujar Luna.

Tasya hanya mengangguk canggung sambil tersenyum.

"Sorry," ujar Aldy.

Tak ada jawaban dari Tasya jantungnya belum kembali berdetak dengan normal. Apa ini. Tasya bingung sendiri dengan dirinya.

"Gue ganti baju bentar abis itu gue anter lo pulang," ujar Aldy yang berjalan mendekati lemarinya.

"Jangan ngintip." Tambahnya.

Tasya langsung mebalik tubuhnya, namun sial ternyata yang berada di balik Tasya adalah cermin yang memantulkan tubuh kekar Aldy yang tidak terbungkus oleh baju sekolahnya tadi. Namun yang membuat Tasya terkejut bukanlah itu, melainkan luka lebam di bagian punggung belakang Aldy.

"Dy punggung lo," ujar Tasya.

Aldy langsung melihat ke arah Tasya dan menemukan Tasya yang memperhatikannya dari cermin.

"Kok lo ngintip sih," ujar Aldy.

Tak mempedulikan omongan Aldy Tasya langsung berbalik melihat punggung Aldy yang sudah tampak kebiruan.

"Lo duduk cepet," ujar Tasya.

Tasya kembali membuka kotak P3K dan mengobatinya.

"Lo mending istirahat aja deh, gue bisa pulang sendiri," ujar Tasya.

"Gua gakpapa elah lebay amat," Ujar Aldy.

"Gak berubah deh keras kepala lo itu," ujar Tasya.

Aldy hanya tersenyum memperhatikan wajah Tasya yang dipantulakan cermin di depannya.

Setelah Tasya selesai mengobati punggung Aldy, Aldy langsung memakai kaos nya dan mengambil kunci mobil di nakasnya.

"Yok gue anter balik," ujar Aldy.

"Dy."

"Udah gakpapa."

Akhirnya Tasya menyerah dan mengikuti Aldy dari belakang, berpamitan kepada Mamanya Aldy yang sedang menonton TV dan di antar oleh Aldy kembali ke rumahnya.

                                ***

Tak ada percakapan anatara Tasya dan juga Aldy saat dalam perjalanan ke rumah Tasya. Keadaan menjadi sangat canggung. Hanya suara dari radio di mobil Aldy yang sedang memutarkan Lagu dari Shawn Mendes- Kid in love.

I know that we just met
Maybe this is dumb
But it feels like there was something from the moment that we touched
'Cause its alright, its alright
I wanna make you mine

Dan entah kenapa lagu ini malah membuat suasana menjadi lebih canggung. Tasya jadi teringat kejadian di kamar Aldy tadi. Tasya merutuki kebodohannya itu.

"Ekhmm," deheman Aldy mencoba menetralkan suasana yang sudah kelewat canggung.

"Tunjukin jalannya," pinta Aldy.

Tasya hanya mengangguk dan sesekali memberi tahu Aldy jalan menuju rumahnya.

Maybe I'm just a kid in love
Maybe I'm just a kid in love
Oh, baby
It'd be fun if it's the two of us
But I don't ever want to grow up

Tasya benar-benar tidak kuat lagi dengan lagu yang di putar di radio Aldy. Apa radio itu sedang mengejeknya. Tapi kan Tasya tidak sedang jatuh cinta. Jadi untuk apa dia merasa tersindir.

Sekitar sepuluh menit berlalu Tasya sudah hampir sampai di rumahnya dan lagu yang sedari tadi berputar di radio Aldy sudah dari tadi berganti.

"Persimpangan itu belok kiri ya Dy," ujar Tasya.

Aldy hanya memutar stir ke arah yang Tasya tunjukkan.

"Dy berhenti di rumah yang itu," ujar Tasya.

Saat mobil Aldy berhenti Tasya langsung melepas seatbeltnya.

"Makasih ya Dy," ujar Tasya.

"Santai aja Ta."

"Lo hati-hati pulangnya," ujar Tasya.

"Sip. Yaudah lo masuk sana," ujar Aldy.

Tasya hanya mengangguk lalu masuk ke dalam rumahnya.

                                           ***

Media: Shawn Mendes- Kid In Love

A/n: Typo? Sorry. How about this part? Gue update nih, apresiasinya mana?
Ada yang masih setia nungguin WOTF gak sih? Kalo masih ada bisa gak kasih gue ⭐sama 💬 nya. Jangan pelit-pelit ya.
Siders? Gue udah habis kata-kata buat mengungkapkan kecintaan gue sama kalian siders (tapi bohong 😌) please dong jangan jadi siders 😔. Reders gue kenapa makin hari makin ilang ya?? Apa karena cerita gue ngebosenin? Kalau gitu bisa minta sarannya biar cerita ini makin menarik. Di tunggu sarannya. Keep reading this story and see you in the next part 👋👋

Lots of Love,

Author.

Wisdom Of The Fallen (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang