"Jangan pernah menyesal. Jika baik maka itu akan menjadi kenangan. Jika buruk maka itu akan menjadi pengalaman."
***
Seminggu telah berlalu sejak kejadian yang tidak ingin di ingat oleh Tasya. Teman-temannya selalu memberi kan Tasya nasihat agar tidak terlalu memikirkan kejadian itu lagi. Perlahan Tasya sudah bisa terbiasa dengan hal itu. Namun sejak kejadian itu Tasya tak pernah melihat Daniel lagi, mungkin ia menghindari Tasya.
Tasya dan kedua temannya berjalan di lorong locker, beberapa siswa menyingkir memberikan space untuk Tasya, Lana, dan Nadine. Sebenarnya Tasya tidak akan sok jagoan dengan memarahi mereka karena menghalangi jalannya. Tasya hanya akan memberi pelajaran pada orang yang menganggu dirinya dan teman-temannya. Tasya juga tidak suka kalau ada tindakan bullying di sekolahnya.
Pernah saat Tasya masih duduk di kelas 10 dia berkelahi dengan seniornya karena seniornya melakukan tindakan bullying kepada teman sekelasnya bernama Anggi, dan sejak saat itu nama Tasya menjadi disegani oleh murid-murid di sekolahnya.
"Hari ini lo ada kelas apa aja Ta?" Tanya Lana sambil memutar kunci locker nya.
"Seni, bio, sama fisika. Oh god seriously? Fisika? " Tasya terlihat sedikit frustasi melihat jadwal kelasnya hari ini.
"Poor Tasya," Lana menertawakan kesialan Tasya hari ini.
Oh ya ada fakta menarik tentang SMA Oscar, mereka menerapkan cara belajar yang berbeda. Siswa dan Siswinya dibebaskan memilih mata pelajaran tambahan diluar mata pelajaran inti seperti matematik, Biologi, Fisika, Kimia, sosiologi, ekonomi, dan lainnya. Hal itu menyebabkan para murid akan melakukan moving class disetiap pergantian pelajaran, dan tentunya mereka akan bertemu dengan siswa lain yang memiliki jadwal pelajaran yang sama dengannya.
SMA Oscar sangat menjujung tinggi solidaritas, sehingga dengan kebijakan seperti ini diharapkan tidak ada kesenjangan diantara para murid SMA Oscar.
"Udah selesai belum?" Tanya Nadine sambil merangkul bahu Lana dan Tasya dari belakang.
"Berat lo ah. Dugong," Tasya menyingkirkan tangan Nadine dari bahunya.
"Yee sialan lo." Nadine menarik sedikit rambut Tasya yang dia gerai.
Dari kejauhan terdengar suara sekelompok anak laki-laki yang berjalan dari pintu masuk lorong locker. Sama dengan yang mereka lakukan saat Tasya datang para murid yang sedang berada di lorong locker langsung menghindar memberi space untuk sekelompok anak laki-laki tersebut.
Sekelompok anak laki-laki yang terdiri dari Dion, Rafi, Genta, dan Aldy menyusuri lorong locker. Dari keempat laki-laki tersebut Aldy lah yang terlihat paling menonjol. Bagaimana tidak, dengan dianugrahi sebuah ketampanan yang sanggup membuat sebagian besar murid SMA Oscar memujanya bagaikan dewa yunani. Oke itu berlebihan, namun tidak bisa dipungkiri Aldy memang tampan dan memiliki karisma yang sanggup melelehkan hati siapapun yang melihatnya. Mungkin sebagian murid beranggapan bahwa Aldy adalah ketua dari sekelompok murid yang ditakuti di sekolah itu.
"Lo tau gak sepulang dari club semalem Dion hampir nyium mas-mas bartender." ucap Rafi yang mengundang tawa teman-temannya.
"Anjing!! Sebarin aja Fi sampe satu sekolah tau," Ujar Dion sewot dengan Rafi karena membahas kelakuannya saat dia sedang mabuk semalam.
"Ngaca Fi, lo yang tepar di dance floor apa kabar?" Tanya Genta memukul bahu Rafi.
"Mending gue tepar di dance floor dari pada di hotel." Rafi mencoba membela dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisdom Of The Fallen (TERBIT)
Novela JuvenilPemesanan novel dapat melalui: Ig: @Perfectopublisher Ig: @nandaanisa124 Lo gak akan pernah tau kapan cinta itu datang dan kepada siapa lo akan jatuh cinta. Yang harus lo tau adalah ketika lo berani untuk jatuh cinta berarti lo juga harus siap untuk...