"Jika kalian percaya dengan takdir, maka kalian tak akan menyebut sebuah pertemuan sebagai sebuah kebetulan."
***
Aldy yang masih mengingat kejadian di kantin tadi siang hanya bisa tersenyum mengingat bagaimana wajah Tasya saat dirinya hampir menciumnya.
Entah dapat ide dari mana dia bisa melakukan hal gila seperti itu, namun sekarang Aldy malah jadi terus mengingat kejadian itu.
"Woy ngelamun aja lo," ujar Genta.
Aldy hanya menoleh dan kembali diam menatap ke depan menikamti pemandangan di depan balkon apartemen Genta.
"Mikirin apa lo?" Tanya Genta.
Aldy hanya mengangkat kedua bahunya.
"Eh gue mau nanya deh, lo kenapa tiba-tiba meluk Tasya tadi?" Tanya Genta sambil menatap lurus ke arah Aldy.
"Entah. Greget aja gue sama dia yang sok berani."
"Beneran?"
"Emangnya kenapa?" tanya Aldy yang balik bertanya kepada Genta.
"Gue kira lo naksir dia," ujar Genta.
"Gila kali lo! Jauh dari type gue. Kan lo tau type gue yang gimana," ujar Aldy.
"Iya juga sih."
Genta berjalan duduk di kursi di balkonnya. "Tapi ya Dy, kalo boleh jujur Tasya itu cantik juga. siapa yang bisa nolak pesona seorang Tasya."
"Nah! Lo berarti yang naksir sama dia," ujar Aldy.
"Kalo dia mau sama gue, gue gak bakal nolak kok Dy," ujar Genta nyengir kuda.
Tapi kalo di pikir-pikir omongan Genta ada benarnya sih, Tasya emang cantik matanya yang bulat hidung mancung kecil, bibirnya yang mungil. Loh. Kenapa sekarang Aldy jadi muji-muji Tasya. Jelas-jelas Tasya adalah urutan pertama orang yang bisa membuat Aldy kesal.
"Nah malah bengong lagi. Mikirin Tasya lo ya," tuduh Genta.
"Apaan, Ngaco!" ujar Aldy sambil masuk ke dalam apartemen Genta dan berbaring di sofanya.
***
Tasya melamun di depan balkon kamarnya, memikirkan kejadian yang terjadi di kantin tadi membuat Tasya benar-benar malu.
"Ta ada Raka di bawah," ujar Dillan yang entah sejak kapan berada di dalam kamar Tasya.
"Eh iya, bilang tunggu bentar," ujar Tasya.
Setelah memakaikan sedikit lipgloss ke bibirnya Tasya turun ke bawah menemui Raka yang tadi siang mengirim Line mengajak Tasya menemui calon tunangannya.
"Berangkat sekarang Rak?" Tanya Tasya sambil menuruni Tangga.
Raka yang sedang mengobrol dengan Dillan menatap kedatangan Tasya lalu mengangguk.
"Gue pergi dulu Lan," ujar Raka sambil menepuk bahu Dillan.
"Hati-hati Rak," ujar Dillan sambil melambaikan tangan ke Raka.
***
Diperjalanan Tasya sibuk bercerita tentang apa yang dia alaminya di sekolah tadi, semua rasa kesal dan amarahnya dia keluarkan saat itu juga.
"Sumpah ya gue gak abis pikir. Tu manusia punya otak gak sih!" Ujar Tasya.
"Yee lo juga udah tau orangnya ngeselin malah cari gara-gara ngelempar botol ke dia,"
"Abisnya gue kesel sama sifat dia yang sok berkuasa,"
"Tapi ujung-ujungnya maluin diri sendiri kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisdom Of The Fallen (TERBIT)
Novela JuvenilPemesanan novel dapat melalui: Ig: @Perfectopublisher Ig: @nandaanisa124 Lo gak akan pernah tau kapan cinta itu datang dan kepada siapa lo akan jatuh cinta. Yang harus lo tau adalah ketika lo berani untuk jatuh cinta berarti lo juga harus siap untuk...