CHAPTER 5

1.9K 213 8
                                    

Bugh..

"Sialan!''.

Suara pukulan pada meja kayu menjadi pengganti salam yang membuat Sakura yang sedang enak - enak duduk terlonjak kaget dan hampir tersedak jus melon yang sedang di teguknya. Matanya melotot tajam pada satu - satunya orang yang sudah mengacaukan paginya yang tenang dengan makian dan gebrakan di meja.

Dengan seenaknya Naruto, si perusak hari, menarik kursi di depan mejanya dan mendudukinya. Wajahnya kusut, rambutnya acak - acakan karena tidak disisir. Sebenarnya Sakura sudah tahu kalau Naruto memang jarang menyisir rambutnya karena, kalaupun disisir tidak akan ada pengaruhnya.

"Kau yang sialan. Baru datang sudah membuat orang kaget saja. Bagaimana kalau aku terkena serangan jantung!'' sembur Sakura, setelah berhasil menelan jus melonnya yang hampir saja salah jalan melewati saluran pernapasan.

Pria pirang di depannya menekan pelipisnya yang sedikit berdenyut. Pusing mendadak menyerangnya tiap kali mengingat kejadian kemarin.

"Bagaimana aku bisa seceroboh itu'' gumamnya pelan ''Ya Tuhan,.. ada orang mati di depanku dan aku tidak bisa berbuat apa - apa'' seru Naruto dengan gaya dramatis.

"Ckk... kau ini berlebihan'' sahut Sakura enteng ''Kau disana ditugaskan untuk mencari tahu siapa pembunuhnya, bukan mencegah pembunuhan terjadi, so, tidak perlu mendramatisirlah''.

Giliran Naruto yang melotot mendengar komentar gadis pink di depannya. Mudah sekali dia bicara. Ada orang mati, dan dia dengan entengnya berkomentar untuk tidak perlu mendramatisir, hah... sepertinya otak gadis itu sudah kehilangan sensitifitasnya pada perasaan karena terlalu banyak mengkonsumsi obat penenang.

"Dengar, aku bukannya tidak punya empati, tapi, sebagai polisi kita tetap harus berpikir logis dan tenang. Jangan terbawa perasaan'' mata Naruto semakin terbuka lebar. Apa Sakura sekarang sudah menjadi cenayang hingga mampu membaca pikirannya.

"Aku bukan cenayang, bodoh. Semua itu tertulis di wajah idiotmu'' tangan Sakura terulur, menoyor dahi Naruto yang semakin terbengong. 

Naruto menggeleng pelan, masih belum percaya kalau Sakura bukan cenayang, tapi ini bukan saatnya membahas hal tidak penting seperti itu.

"Aku hanya tidak percaya. Ada orang mati di depanku, dan aku tidak bisa melakukan apa - apa'' desahnya frustasi hingga tidak sadar sudah mengulang kata - katanya.

Sakura memutar bola matanya malas ''Lalu, sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau punya dugaan?'' Gadis pink itu melipat kedua tangannya di atas meja, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan agar lebih dekat ke Naruto.

"Aku tidak tahu. Diantara lima orang itu, Gaara yang alibinya paling kuat, dia terus bersamaku'' mata biru Naruto menerawang, mengingat kejadian kemarin di kampus.

"Apa ada sesuatu yang aneh sebelum peristiwa itu?''.

"Hummm... sepertinya tidak. Aku hanya melihat Neji yang berbalas pesan dengan seseorang. Aku tidak tahu siapa?'' Naruto mengangkat sedikit bahunya.

"Sudah kau periksa ponselnya?''.

"Sudah. Tidak ada pesan apapun. Pesan terakhir di email -nya juga beberapa aplikasi chat hanya dari Sai, itupun saat pagi, yang mengatakan dia tidak perlu di jemput karena ada urusan dan akan pulang sedikit terlambat. Saat di kantin Neji sedang asyik berbalas komentar di beberapa media sosial. Tidak ada pesan pribadi yang masuk''.

"Mungkin sudah di hapus oleh pelakunya'' Sakura semakin tertarik dengan cerita Naruto.

"Kalau pelakunya yang menghapus, pasti sidik jarinya menempel di ponsel. Ini tidak'' jawab Naruto dengan helaan napas lelah.

DON'T SAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang