Sakura memandangi bangunan resort sederhana di depannya. Kepalanya mendongak dengan tangan kanan yang berada di kepala, berusaha menghalangi sinar matahari yang membuat matanya silau. Keringat menetes di dahi gadis itu. Berdecak kesal karena Naruto menyuruhnya datang ke Suna. Sakura tidak suka kota ini, karena udaranya yang panas, tidak baik untuk kulitnya. Kalau tidak ingat dia punya tugas untuk membantu si kuning patnernya itu, Sakura lebih memilih menyamar menjadi salah satu anak buah pengedar narkoba, atau pergi kemanapun asal bukan ke tempat dengam cuaca panas seperti Suna. Perlu diingat, Sakura tidak suka panas.
Tapi, meski mengeluh bagaimanapun, nyatanya gadis dengan rambut pink itu sudah ada di depan resort yang ditempati Naruto juga anak - anak yang harus pria itu awasi. Dengan ransel yang tersampir di pundak, Sakura melangkahkan kakinya cepat, mememasuki resort, setidaknya di dalam dia tidak akan kepanasan. Sakura tidak kesulitan untuk mendapatkan kamar, karena sebenarnya semua sudah diurus oleh Naruto, dia tinggal datang dan mengambil kunci saja.
Dengan kunci di tangan, Sakura berjalan santai menuju kamarnya. Matanya memandangi interior yang ada di sepanjang lorong yang dilewati, hingga dirinya keluar dari dalam bangunan dan mendapati bangunan - bangunan yang lebih kecil di depannya.
"Menarik'' gumam gadis itu begitu melihat deretan bangunan yang merupakan kamar - kamar. Matanya mengedar sekali lagi untuk mencari letak kamarnya. Ada di sebelah kanan. Tersenyum lebar, Sakura cepat - cepat melangkahkan kakinya kesana.
"Dimana si pirang idiot itu ya?'' Gumamnya sambil memandang sekitar, namun orang yang dicari tidak terlihat batang hidungnya. Matanya justru menangkap sosok pemuda yang merupakan salah satu tersangka yang sedang mereka selidiki.
Sai terlihat tengah duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon dengan buku di tangannya. Terlihat fokus membaca sampai - sampai tidak menyadari ada seorang gadis yang berdiri diam memperhatikannya, atau memang pura - pura tidak tahu karena setelah beberapa lama terdengar dengusan sinis dari mulut Sai.
"Sudah puas melihatku?'' Suara Sai membuat Sakura tersentak dan menyadari kecerobohannya yang terlalu larut dengan pikiran mengenai pemuda itu.
"Ah... maaf. Aku hanya sedang bingung mencari kamarku. Aku ingin bertanya tapi kau terlihat serius sekali aku jadi takut mengganggu'' Bohong. Karena jelas - jelas Sakura sudah melihat dimana kamar yang harus di tempatinya.
Sai menatap gadis pink di depannya dari atas hingga bawah, memperhatikan dengan jeli penampilan Sakura hingga membuat gadis itu sedikit risih. Memang ada yang salah dengan pakaiannya, sepertinya tidak. Pikir gadis itu.
"Nomor berapa?'' Sai menaikkan alisnya saat bertanya.
"Eh..'' Sakura gelagapan dengan pertanyaan Sai yang tiba - tiba.
"Kamarmu? Nomor berapa?'' Ulang Sai mulai jengkel.
"Oh.. itu'' buru - buru Sakura menunjukkan kunci di tangannya tepat di depan wajah Sai.
"Ke kanan. Dua kamar dari sini'' terang Sai.
"Oh.. terima kasih kalau begitu'' Sakura sedikit membungkuk mengucapkan terima kasih.
Saat hendak melanjutkan perjalanannya matanya kembali menangkap sosok lain yang baru saja keluar dari sebuah kamar. Seorang pemuda dengan ciri fisik hampir mirip dengan Sai, dan Sakura yakin itu Sasuke tengah asyik memperhatikan kameranya. Melangkah pelan menghampiri Sai yang masih betah duduk sambil kembali membaca buku.
"Sai, ayo keliling!'' Ajak Sasuke.
Sai kembali melirik Sakura yang belum juga beranjak pergi. Yang dilirik buru - buru menyadari bahwa kehadirannya mengganggu mereka. Sakura bergegas melanjutkan langkah menuju kamar yang disewanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T SAY
Fanfictiona Narusasu Fanfiction. Manusia terlahir dengan dua sifat. Baik dan buruk. Manusia sendiri yang harus memilih. Lalu, apakah ada manusia yang memang terlahir jahat?. Naruto harus bergegas menemukan orang itu sebelum banyak korban berjatuhan, termasu...