13.

13.8K 1K 54
                                    

Author pov

Seungcheol menghembuskan nafasnya kasar. Jeonghan yang melihat Seungcheol frustasi seperti itu hanya bisa mengusap lembut lengan Seungcheol, berusaha menenangkan Seungcheol.

Ada begitu banyak hal yang berputar dipikiran Seungcheol. Mulai dari Mingyu yang ternyata mengidap kepribadian ganda, Wonwoo yang terkena gejala trauma saat melihat Mingyu, juga kesalahan Mingyu pada Wonwoo, dan seorang lelaki China yang mengaku sebagai mantan kekasih Wonwoo.

Seungcheol menghembuskan nafasnya kasar, lalu menoleh kearah Jeonghan bermaksud meminta saran pada kekasih cantiknya itu. Jeonghan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, pertanda ia menyetujui pilihan Seungcheol.

•••

"Kau bercanda kan, hyung?" Mingyu menatap tajam mata Seungcheol. Ia tak menyangka jika Seungcheol akan membawanya ke seorang psikolog kenalan Seungcheol. "Apa kau melihatku sedang bercanda?" balas Seungcheol menatap mata Mingyu tak kalah tajam.

Seungcheol mengusak rambutnya kasar lalu menatap Mingyu dengan tatapan sedikit melembut. "Ayolah Gyu-ya.. aku hanya ingin membantumu.. Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kau ingin menghilangkan kepribadianmu yang telah membuatmu menyakiti Wonwoo tanpa kau sadari?" Tanya Seungcheol.

Mingyu diam, tak menjawab pertanyaan Seungcheol. "Hell, kau tahu? 2 hari yang lalu Wonwoo baru saja mendapat tamu seorang lelaki China yang mengaku sebagai mantan kekasihnya.. Lalu apa yang kau lakukan saat mantan kekasih Wonwoo saat ini datang untuk merebut Wonwoo darimu? Membiarkan mantan kekasih Wonwoo merebut Wonwoo darimu? Ternyata kau tak lebih berharga dari seorang pengecut, Kim." Tanya Seungcheol lagi.

Mingyu menundukkan kepalanya, mengiyakan perkataan Seungcheol dalam diam. Ia telah berjanji akan memperjuangkan Wonwoo meskipun Wonwoo takut padanya. Tapi apa salah jika membiarkan Wonwoo menemukan kebahagiaannya sendiri? Meskipun itu bukan dirinya? Sepengecut itukah dirinya?

Mingyu kembali memikirkan masa lalunya dengan Wonwoo. Mengingat bagaimana Wonwoo bisa tertawa lebar saat bertemu Junhui beberapa waktu yang lalu, sedangkan yang dapat ia lakukan selama ini hanyalah membuat  Wonwoo menangis dan tersakiti.

"A-aku tak tahu, hyung.. Aku terlalu brengsek untuk orang seperti Wonwoo hyung.. Aku akan membiarkan Wonwoo hyung bahagia dengan orang lain meskipun hal itu akan menyakitiku" lirih Mingyu. Seungcheol memukul keras rahang Mingyu hingga Mingyu terhuyung ke belakang. Tangan Seungcheol meraih kerah baju Mingyu dan mencengkeramnya kuat.

"Dengar, idiot. Aku tak mengenal pengecut sepertimu. Yang kubutuhkan saat ini adalah Mingyu yang terus berusaha membahagiakan Wonwoo meskipun Wonwoo meminta untuk menyakiti dirinya sendiri. Dengarkan perkataanku ini baik-baik dan pikirkan keputusan yang akan kau ambil kali ini, Kim. Pastikan kau tak akan menyesal dengan keputusan yang kau ambil. Menjadi egois untuk hal yang kau inginkan atau menyerahkannya untuk orang lain dan menyakiti dirimu sendiri. Wonwoo membutuhkan kepastianmu saat ini." Ucap Seungcheol penuh penekanan lalu melepas cengkeramannya pada kerah baju Mingyu.

°°°

Wonwoo pov

Aku meletakkan novel tebal yang baru saja selesai kubaca keatas meja kecil disamping ranjang rumah sakit yang kutempati. Aku mengusap pelan mataku yang terasa kering setelah beberapa jam kugunakan untuk membaca. Aku mengarahkan pandanganku kearah jam dinding yang terletak di atas pintu kamar rawat inap ku.

Jam 10.27 p.m.

Astaga. Hampir larut malam. Rasa kantuk, datanglah padaku. Aku bosan. Aku sedang tak ingin tidur malam ini. Aku membutuhkan seorang teman untuk menemaniku saat ini. Jeonghan hyung sudah pulang beberapa jam yang lalu setelah mendapat telefon dari Seungcheol hyung.

Aku segera menutup mataku saat mendengar pintu kamarku dibuka. Aku takut jika yang datang adalah dokter atau suster yang akan mengecek keadaanku. Mereka selalu menceramahiku ketika mengetahui aku sering tidur larut malam. Tapi sepertinya bukan salah satu dari merek, karena aku tak mendengar suara apapun setelah pintu itu terbuka lalu tertutup kembali.

Aku ingin membuka mataku, tapi aku terlalu takut untuk menerima konsekuensinya. Bisa saja ternyata yang membuka dan menutup pintu kamarku itu ternyata arwah 'mantan pasien' rumah sakit ini? Yang biasanya memiliki wajah hancur penuh darah dengan tangan yang terputus dari tubuhnya.

Aku masih memikirkan hal-hal penuh kesadisan itu hingga seseorang mengusap lembut rambutku lalu mencium keningku. Tangannya yang terasa hangat dan lebar menggenggam erat tanganku yang terasa dingin. Aku menghirup wangi tubuhnya. Wangi maskulin khas.. Kim Mingyu?

"Maafkan aku, hyung.." lirih orang itu. Sudah kuduga orang ini adalah Mingyu. Aku takkan bisa melupakan ciri khas dari seorang Kim Mingyu.

Mingyu mendudukkan dirinya di sebelah ranjangku. Tangannya masih menggenggam erat tanganku. Hatiku berdesir saat bibirnya mencium lembut punggung tanganku.

"Maaf 2 minggu ini aku tak datang menjengukmu, hyung.. maaf karena mungkin ini menjadi kunjunganku untuk yang terakhir kalinya sebelum aku benar-benar pergi meninggalkanmu.." Hening menyapa saat Mingyu menjeda kalimatnya.

Apa maksud dari ucapannya? Dia akan meninggalkanku? Apa dia bercanda? Hell, lalu buat apa 2 minggu ini aku menjalani terapi untuk menghilangkan rasa takutku jika suatu saat nanti aku melihat wajahnya? Brengsek.

Mingyu terkekeh pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Terlalu banyak hal buruk yang kulakukan padamu hyung.. kau pasti senang jika aku menghilang dari duniamu.. Maafkan aku hyung.. Aku harap kau bahagia setelah terlepas dari kurunganku.. Hahh.. aku akan menghukum diriku sendiri mulai saat ini. Terima kasih atas segala hal yang telah kau berikan padaku hyung.. maafkan aku.. aku mencintaimu" Mingyu mengecup keningku.

"Aku harap kau tak keberatan jika aku tertidur disini selama beberapa jam.." Tak lama kemudian aku merasa Mingyu menumpukan kepalanya diatas tangannya yang masih menggenggam tanganku.

Perlahan, aku membuka mataku. Pandanganku tertuju pada namja berambut abu yang masih menggenggam erat tanganku saat ini. Tanpa sadar air mataku mengalir begitu saja saat mengingat perkataannya tadi.

"Kau berniat meninggalkanku? Disaat aku berhasil melupakan semua keburukan yang kau lakukan padaku, kau malah pergi meninggalkanku? Kau brengsek, Kim Mingyu.." Aku menggigit bibir bawahku, berusaha menahan isakanku.

"Aku mencintaimu, brengsek.. Hiks.. Aku tak peduli berapa banyak kepribadian yang kau miliki karena yang kucintai adalah kau, Kim Mingyu.. Hiks.. Jangan pernah berpikir untuk pergi meninggalkanku saat ini karena aku masih membutuhkanmu.. Hiks.. aku tahu kau mendengarku, Kim.. kau harus memaafkan dirimu sendiri dan tetaplah bersamaku.. Aku mencintaimu, Gyu-ie" Tanganku yang bebas dari genggamannya terulur untuk mengusap lembut rambut abunya.

Aku berusaha untuk menidurkan diriku saat aku merasa tangan kananku yang dijadikan Mingyu sebagai tumpuan kepalanya tiba-tiba basah. "Mingyu.." lirihku saat aku mendengar sebuah isakan keluar dari mulut Mingyu. "Uljimayo.. aku memaafkanmu, Gyu-ie"























TBC

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Haii.. maaf kalo kurang ngefeel atau banyak typo:'v SEVENTEEN di BOOMBOOM itu so hawt*-*

Don't forget to VoMent:)

30 Shades Of MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang