17. END

15.2K 861 69
                                    

Seperti malam-malam sebelumnya, tiap malam Wonwoo selalu menyibukkan diri dengan buku bacaannya hingga larut. Tentu saja dengan sedikit perasaan was-was kalau saja ketika ia terlalu fokus pada buku bacaannya ia tak tahu jika ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya lalu orang itu berniat membunuhnya. Atau mungkin dokter dan perawat yang akan mengecek keadaannya.

Tapi sepertinya malam ini Wonwoo harus menelan perasaan was-wasnya itu karena yang memasuki kamarnya malam ini adalah Mingyu. Ya, Kim Mingyu. Orang yang selama ini ia rindukan kehadirannya. Orang yang selalu hadir dalam mimpinya. Orang yang selalu ada di pikirannya. "M-mingyu?"

Mingyu tersenyum maklum melihat Wonwoo yang tampak terkejut saat dirinya menampakkan diri dihadapan Wonwoo saat ini. Sebelum yakin untuk menjalani terapinya, Mingyu memang selalu datang untuk menengok keadaan Wonwoo disaat Wonwoo sudah terlelap dalam tidurnya. Tapi saat Mingyu sedang dalam masa menjalani terapinya, ia tak pernah datang untuk menengok keadaan Wonwoo.

"Bagaimana kabarmu, hyung?" Tanya Mingyu sambil mendudukkan dirinya di kursi untuk pembesuk disebelah ranjang Wonwoo.

"Kau benar-benar Mingyu, kan?" Mingyu mengangguk mengiyakan pertanyaan Wonwoo.

Mata Wonwoo terasa panas dan buram saat melihat Mingyu. Hingga akhirnya setetes airmata turun membasahi pipinya. "Mingyu.. aku merindukanmu.. aku ingin mencarimu setelah kau datang untuk berpamitan padaku.. tapi mereka melarangku keluar rumah sakit.. hiks.. aku merindukanmu, gyu" isak Wonwoo.

Mingyu yang melihat Wonwoo-nya menangis segera membawa Wonwoo kedalam pelukannya. Tangannya bergerak mengusap lembut rambut hitam Wonwoo.

"Maafkan aku hyung.. selama ini aku yang menyuruh mereka untuk menahanmu di rumah sakit.. aku hanya ingin kesehatanmu pulih.. aku juga sedang menghukum diriku sendiri karena aku telah menyakitimu.. maafkan aku hyung.."

Wonwoo mendongakkan kepalanya saat mendengar jawaban Mingyu. "Jadi.. kau pelakunya? T-tapi kenapa?" Tanya Wonwoo. Ia bahkan melepaskan pelukan Mingyu untuk mendengarkan jawaban yang keluar dari mulut Mingyu. Mingyu kembali mendudukkan dirinya dikursi disebelah ranjang Wonwoo.

"Kau tahu.. aku merasa sangat bersalah dan menyesal padamu saat melihatmu pingsan setelah kita berhubungan seks beberapa waktu yang lalu.. aku merasa sangat bodoh, bagaimana bisa aku menyiksamu seperti itu.. aku ingin membayar rasa bersalahku dengan menahanmu disini untuk waktu yang lama agar keadaan penis dan lubangmu kembali seperti semula.. aku tak akan memaafkan diriku sendiri kalau kau sampai terkena impoten karena aku.. maafkan aku hyung"

Mingyu menundukkan kepalanya saat menceritakan alasan yang selama ini ia simpan untuk dirinya sendiri. Sedangkan Wonwoo, ia berusaha menahan senyumnya saat melihat tingkah Mingyu seperti anak kecil yang ketahuan merusakkan mainan temannya dan sedang memberi alasan logis untuk meyakinkannya.

Merasa tak ada tanggapan berarti yang diberikan Wonwoo untuknya, Mingyu kembali melanjutkan jawabannya.

"Kau tahu, beberapa hari ini aku menjalani terapi untuk menghilangan sifat psycho yang tiba-tiba ada pada diriku.. aku tak ingin menyakitimu lagi hyung.. aku benar-benar menyesal sudah memperlakukanmu seperti dulu.." lanjut Mingyu masih menundukkan kepalanya.

Wonwoo mengusap pelan rambut Mingyu yang terasa lembut ditangannya. "Dulu aku merasa kau sudah memberikan seluruh kasih sayangmu padaku, Gyu-.." gumam Wonwoo tulus.

Mingyu mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Wonwoo yang sedang tersenyum padanya. "-Bahkan sampai saat ini" lanjut Wonwoo.

"Bagaimana dengan Junhui?" Tanya Mingyu.

Wonwoo terkekeh mendengar pertanyaan Mingyu. "Jun hyung hanya masa laluku, sayang.. Jun hyung sudah bahagia dengan tunangannya.. yaa meskipun dia belum menyadarinya.." jawab Wonwoo sedikit ragu di akhir kalimatnya.

30 Shades Of MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang