11

4.1K 629 71
                                    

2006

Yoongi melangkah sembari menatap punggung Jimin yang ada di depannya. Ia juga tersenyum-senyum menahan malu mengingat apa yang baru saja Jimin lakukan. Yoongi terus berkali-kali menyentuh bibirnya dan kembali tersenyum dan menundukkan kepala seraya berjalan.

Ia sangat ingat ekspresi Jimin setelah menciumnya tadi. Pemuda itu nampak gugup dan juga menahan malu. Tapi memang Jimin yang begitu ahli dalam menyembunyikan ekspresi. Alhasil kegugupan itu tak begitu tampak jelas.

Sungguh! Rasanya dia mau berteriak sekencang-kencangnya saat ini. Baru beberapa saat yang lalu dia sempat berpikiran untuk menyerah dan berhenti mengejar Jimin.

Tapi setelah itu pemuda tersebut malah menciumnya secara tiba-tiba. Dan itu jugalah yang membuat Yoongi melihat segelintir harapan untuk membuat Jimin membalas cintanya.

Yoongi mengangkat kepalanya dan menatap lekat Jimin yang masih berjalan tampak santai di sana. Yoongi nampak berpikir dan tidak lama dari itu ia pun memutuskan untuk bergerak menyusul Jimin dan berdiri tepat di samping pemuda itu.

Yoongi melirik Jimin yang terlihat tak memperdulikan keberadaannya sama sekali walaupun sosoknya sudah tepat berdiri di sampingnya.

Bagaimana bisa orang yang baru saja menciumnya ini malah bersikap seperti ini? Dasar.

"Cuacanya jadi cerah ya?" tukas Yoongi. Ia melirik kearah Jimin dan menggeram tertahan melihat tak secuil ekspresi pun di sana. Yoongi menggaruk kepalanya bingung. "Setelah diguyur hujan. Udara benar-benar menjadi sejuk." Ucap Yoongi kembali.

Ia melirik kearah Jimin lagi. "Ehem." Yoongi tiba-tiba berdehem. Dia merasa seperti orang bodoh saja. Yoongi menghentikan langkahnya dan terus memperhatikan Jimin yang masih terus berjalan. Bahkan ketika ia berhenti berjalan pun Park Jimin itu terus berjalan. Huaaa.. Pria itu memang benar-benar.

Yoongi segera memutar otaknya. Apa yang harus ia lakukan? Dia rasa dia harus melakukan sesuatu sekarang. Sedangkan itu. Jimin berhenti melangkahkan kakinya. Ia sedikit melirik ke belakang. Ia sadar kalau Yoongi sudah tidak mengikutinya lagi.

Jimin mengerutkan dahi melihat pria itu hanya berdiri dan tak melakukan apapun di sana. Apa yang sedang dia lakukan?

Jimin buru-buru menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya. Ia menatap sebuah taxi yang akan segera lewat.

Haruskah ia pergi saja? Jimin menoleh sekali lagi kearah Yoongi yang masih tetap sama seperti sebelumnya. Ya, sepertinya ia harus pergi.

"Taxi!" panggil Jimin.

Taxi itu akhirnya berhenti tepat di depannya. Jimin segera membuka pintu Taxi tersebut dan masuk ke dalamnya.

"Perumahan Gangnam." Ujar Jimin pada sang supir. Mobil itu akhirnya melaju. Jimin kembali menatap sosok Yoongi yang masih berdiri entah untuk apa.

"Kenapa dia bodoh sekali?" Gumam Jimin melihat Yoongi. Jimin mencoba membuang pandangannya dari sosok itu. Tapi lagi-lagi kepalanya tak mau berkompromi sama sekali.

"Ah.. Terserahlah."

Sedangkan itu. Masih di tempatnya. Yoongi sama sekali tak menyadari kalau ia benar-benar sedang sendirian sekarang. Setelah rasanya berhasil menemukan sebuah ide.

Ia langsung melanjutkan langkahnya namun melihat tak ada Jimin di sana. Ia merasa bingung. "Kemana dia?" tanyanya pada diri sendiri.

Yoongi mondar-mandiri di sana untuk mencari keberadaan Jimin. Tapi tetap saja tidak ada. Yoongi menggaruk-garuk kepalanya bingung. Dimana Park Jimin?

"Oh!" Yoongi langsung berseru saat melihat Jimin muncul dan nampak akan menghampirinya. Dari mana saja orang itu?

Jimin berhenti tepat di hadapan Yoongi. Matanya menjurus tajam menatap sosok di depannya itu.

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang