[ AMNESIA ]
Kejadian demi kejadian terus terpampang nyata saat ia membuka satu persatu pintu yang berada di hadapannya. Dirinya sekarang hanya berada di sebuah ruangan yang tak tahu apa dan dimana. Semua kejadian yang ia lihat bagaikan film yang terus berputar-putar. Ia melihatnya sekali lagi. Kejadian tahun 2006 itu ia lihat sekali lagi. Bagaimana kisah cintanya dengan seorang pria bernama Park Jimin dimulai. Bagaimana semua prasangka buruk yang telah ia tujukan pada Jimin selama ini ternyata salah. Bagaimana ia mengetahui bahwa Jimin juga mencintainya. Dan bagaimana ia menyakiti Jimin.
Yoongi melihat satu persatu kejadian demi kejadian yang pernah dirinya alami dengan sedih. Tapi.. Ada satu waktu dimana ia melihat sebuah kejadian yang sama sekali belum ia alami. Tahun 2016 ? Apakah itu gambaran kehidupannya di masa depan? Tapi untuk apa dia harus mengetahuinya lebih dulu?
Yoongi terus melangkahkan kakinya menuju pintu yang berada di hadapannya. Air matanya tak kunjung berhenti saat ia melihat kembali kisah-kisah tersebut. Sebenarnya dimana dia? Dimana kehidupannya? Kenapa hanya terdapat pintu disini dan ia belum mendapatkan jalan keluar?
"Jimin.." Nama itu kembali keluar dari bibirnya. Ia ingin bertemu pria itu. Ia ingin meminta maaf atas segalanya. Selama ini ia selalu berpikir bahwa dirinyalah yang tersakiti. Dirinyalah yang paling menderita. Tapi setelah melihat kembali kejadian-kejadian ini. Ia menjadi tahu. Bahwa semuanya.. Dirinyalah yang memulainya.
Dengan perlahan ia menggapai kenop pintu berwarna biru yang berada di depannya. Dirinya mohon. Berikan ia jalan untuk keluar. Karena ia harus menemui Jimin.
Yoongi membuka pintu tersebut dan menariknya cepat. Sebuah cahaya berwarna putih nampak menghantam seluruh tubuhnya. Apakah ini bertanda bahwa ia telah menemukan jalan keluarnya?
.
.
[2016]
"Bagaimana perkembangan pasien yang berada di ruang 93 ?" Namjoon kini sedang bertanya pada suster Oh yang juga sedang berjalan bersamanya di lorong-lorong rumah sakit. Matanya fokus menatap lembaran-lembaran yang tengah ia baca. Keterangan kesehatan Min Yoongi. "Belum ada perkembangan yang signifikan dok. Pasien masih tetap sama." Jawab suster Oh cepat. Namjoon mengangguk sekilas mendengar jawaban dari Suster Oh.
"Keundae.."
Namjoon pun menoleh saat suster Oh nampak akan kembali bersuara. "Saya sangat terharu melihat bentuk perhatian dan kasih sayang yang ditujukan oleh suami Yoongi-ssi."
Mata suster Oh nampak menerawang sembari tersenyum. Membuat Namjoon ikut merasakan kebenaran dari hal yang baru saja diceritakan suster Oh padanya barusan. "Suami Yoongi-ssi selalu berada di sana. Saat saya masuk untuk mengecek perkembangan Yoongi-ssi. Maka saya akan selalu melihat suaminya ada disana, setia menggenggam tangan Yoongi-ssi."
Namjoon ikut tersenyum lembut mendengar penuturan suster Oh. Namun senyum itu sedikit demi sedikit mengabur saat sebuah pertanyaan menghampiri kepalanya.
Kalau benar seperti apa yang diceritakan suster Oh kalau Min Yoongi mempunyai suami yang begitu mencintainya. Lantas kenapa dia ingin menggugat cerai suaminya sendiri?
Namjoon kembali tersadar dari lamunannya saat ponsel yang berada di kantung jasnya bergetar. Ia merogoh kantung itu dan mengeluarkan ponselnya dengan segera.
"Yeoboseo?" Ucapnya kepada seseorang yang menelponnya.
Seketika nampak jelas raut wajah Namjoon terkejut. Namun dengan cepat pula dokter muda tersebut membalas ucapan seseorang yang menelponnya itu. "Baiklah. Aku akan segera kesana. Terima kasih."
Namjoon menutup telepon tersebut dan kembali menyimpan benda itu di kantung jas miliknya. "Ada apa Dokter Kim?" Suara suster Oh kembali tertuju kearahnya.
Namjoon menoleh kearah suster Oh dan tersenyum. "Min Yoongi.. Dia baru saja sadar."
.
.
Jimin mengamati dengan serius sosok Yoongi yang baru saja sadar dan tengah diperiksa kondisinya oleh Dokter. Tepat 10 menit yang lalu ia akhirnya bisa melihat mata itu terbuka. Dan tepat 10 menit yang lalu akhirnya ia bisa melihat mata indah milik Yoongi. Namun sejak Yoongi sadar. Ia belum sama sekali berbicara dengan pemuda itu. Jimin terlalu terkejut hingga ia langsung menelpon petugas rumah sakit dan memberitahu mereka bahwa Yoongi telah sadar.
Kini disinilah ia berdiri. Memandangi sosok yang sudah kurang lebih 3 hari terus terpejam dan terbaring.
"Anda bisa mendengar saya?" Dokter terus melakukan tahap-tahap pemeriksaan pada Yoongi. Dan dengan baik Yoongi jawab. "Ya."
"Ini berapa?"
"9."
"Ini?"
"5."
Namjoon mengangguk dan suster Oh memberi tanda centang pada form pemeriksaan yang ia bawa.
"Berdasarkan pemeriksaan sementara yang dilakukan. Tidak ada gejala negatif yang diperlihatkan Pasien. Tapi untuk lebih yakinnya. Mungkin lebih baik dilakukan pemeriksaan berkala menggunakan mesin." Namjoon menjelaskan dengan rinci dan lugas pada Jimin mengenai kondisi Yoongi. Setelah itu Namjoon kembali menoleh kearah Yoongi.
"Apa anda ingat siapa nama anda?" tanyanya.
Jimin mengamati dengan serius raut wajah Yoongi yang berada di depannya. "Min Yoongi?" Jawab Yoongi cepat. Namjoon tersenyum puas mendengar jawaban benar yang diberikan pasiennya.
"Lalu.. Siapa nama pria ini?" Namjoon menunjuk sosok Jimin dengan tangannya. Membuat Yoongi menolehkan kepalanya menatap sosok Jimin yang ada di sana. Ia menatap sosok itu begitu lama. Membuat Namjoon harus kembali mengulang pertanyaannya.
"Yoongi-ssi.. Apa anda tahu nama pria ini?" Namjoon kembali melayangkan pertanyaan yang sama pada Yoongi. Dahi dokter tersebut makin mengernyit melihat ekspresi Yoongi yang nampak berpikir keras.
"Dokter.. Apa aku mengenalnya?" Tanya Yoongi balik kepada Namjoon.
Dan Jimin pun merasa dunianya kembali hancur berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia
FanfictionYoongi ingin dirinya amnesia. ia ingin melupakan hal-hal bodoh bersama Park Jimin I wish that I could wake up with amnesia And forget about the stupid little things. Inspirasi drama korea 18 vs 29 MinYoon/YoonMin greyabugrey