17

3.9K 577 167
                                    

"Jimin-ssi.. Sebenarnya kau siapa?" Jimin terdiam dan langsung menghentikan langkahnya. Pertanyaan itu begitu jelas ia dengar. Untuk beberapa saat Jimin merasa tidak ada seorangpun yang berada di sekitarnya. Kosong. "Jimin-ssi?" Suara Yoongi kembali terdengar. Jimin masih menutup rapat mulutnya dan menatap kosong ruang hampa di depannya. Dan setelah itu terdengar helaan nafas dari Jimin.

SRAT

Yoongi terlonjak saat Jimin melepaskan gendongannya lalu menurunkannya pelan. Saat Yoongi merasakan kakinya sudah bisa menyentuh permukaan lantai, Jimin berbalik dan menghadap kearahnya. "Kurasa kau sudah bisa berjalan sendiri. Ayo kembali ke ruang rawat." Setelah mengatakan hal itu. Jimin berjalan terlebih dahulu. Namun seperti tidak menyerah. Yoongi memegang lengan Jimin untuk menahan pemuda itu agar tidak pergi.

"Jimin-ssi.. bisa aku kembali bertanya?" Yoongi memandang sosok Jimin yang sedang berada di hadapannya. Dan mau tidak mau itu membuat Jimin membalas tatapan Yoongi padanya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Jimin. Yoongi nampak menimbang-nimbang apa yang akan ia tanyakan untuk beberapa saat. "Apa kau bahagia?"

Terjadi cukup lama jeda setelah pertanyaan itu Yoongi layangkan. Jimin diam untuk beberapa saat sebelum ia nampak menarik nafas panjang lalu tersenyum tipis. "Aku bahagia." jawab Jimin.

Yoongi memandang Jimin dengan penuh arti. "Kau bohong." ucap Yoongi kemudian. Jimin menatap Yoongi datar. "Kenapa kau bisa berkata kalau aku berbohong?" Tanya Jimin.

"Karena, terkadang mata bisa lebih banyak bercerita daripada bibir. Dan saat ini aku melihatnya padamu."

.

Jimin membuka lembaran demi lembaran majalah gadget itu dengan tenang. Namun walaupun demikian, mata itu masih dengan tajam memperhatikan Yoongi yang sedang berada di atas kasurnya. Pemuda manis itu tengah duduk sembari menatap makan malamnya dengan melamun. Jimin perlahan-lahan menurunkan majalah gadget itu dari wajahnya.

"Ehem.." Jimin sengaja mengeluarkan dehemannya untuk menyita perhatian Yoongi di sana. Namun sepertinya itu tidak berhasil. Jimin sedikit membenarkan posisi duduknya. Matanya masih menatap Yoongi, namun kali ini terlihat sedikit ragu-ragu. Sejak pertanyaan tentang 'Siapa sebenarnya dirimu?' yang dilayangkan Yoongi padanya. Entah kenapa pemuda manis itu terlihat diam.

"Ya! Makanan harusnya dimakan, bukan cuma dipandangi seperti itu." Setelah mengatakan hal itu buru-buru Jimin mengalihkan pandangannya dari Yoongi. Sementara itu Yoongi yang mendengar ucapan Jimin itupun menolehkan wajahnya menatap Jimin yang masih nampak nyaman duduk di sofa. "Aku tidak mau." Ucap Yoongi datar. Jimin mengerjap-ngerjapkan matanya setelah mendengar ucapan Yoongi. Apa dia bilang? Tidak mau?

"Apa katamu? Tidak mau?" Jimin bertanya. Yoongi tidak memperdulikan Jimin yang sedang menatapnya kesal. Ia pun dengan segera meletakkan piring itu ke atas meja nakas. "Kau benar-benar serius tidak mau makan?" Jimin kembali bertanya. Kali ini pemuda itu sudah meletakkan majalah gadget itu di atas meja. Yoongi kembali menoleh kearah Jimin. "Aku bertanya padamu siapa sebenarnya kau. Tapi kau tidak menjawabnya. Jadi kurasa aku harus berhati-hati pada orang yang tidak aku ketahui identitasnya kan? Mungkin saja makanan ini sudah diracuni?"

Jimin membuka sedikit mulutnya mendengar ucapan Yoongi. Apa-apaan ini? Orang ini sedang merajuk ya? "Mwo? Racun? Kau menuduhku meracuni mu?" Jimin berdiri dari duduknya dan mulai berjalan melangkah menuju Yoongi. "Kalau tidak mau dicurigai jadi katakan siapa kau? Bagaimana aku mempercayaimu kalau aku saja tidak tahu siapa kau."

"Apa itu penting sekarang?"

"Tentu saja.. Mungkin saja kan kau salah satu anggota teroris dan sedang memanfaatkan amnesia ku? Lagipula.. Kenapa kau mau saja aku repot kan kalau tidak ada maksud terselebung?"

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang