19

4.3K 528 140
                                    

[ FLASHBACK 2014 ]

.

.

.

Jimin nampak memetik senar gitarnya dan kemudian menuliskan sesuatu di suatu kertas. Pemuda itu nampak begitu berkonsentrasi dan fokusnya pada apa yang ia lakukan tiba-tiba buyar saat sebuah suara muncul dan menyebabkan kebisingan.

"Jimin-ah.. Jimin-ah.. Jimin-ah..!" Jimin menghela nafas maklum mendengar suara itu. Ia kembali melanjutkan aktifitasnya dan tidak terlalu menghiraukan sosok yang baru datang tersebut.

Yoongi yang baru saja muncul dengan memegang sebuah kertas pun ikut duduk tepat di samping Jimin yang masih nampak tak terganggu sama sekali. "Ayo pergi bersama.. kau mau kan?" Yoongi menunjukkan undangan yang ia bawa pada Jimin. "Kau ingat Ji Hoon dan Hye Ji tidak? Mereka satu SMA dengan kita.. dan ini undangan pernikahan mereka. Aku rasa apabila datang nanti di sana akan seperti pesta reunian SMA."

Yoongi berujar dengan sangat semangat namun saat menyadari Jimin sama sekali tak meresponnya pun membuat Yoongi kesal. "Ya Park Jimin! Kau tidak mendengarkan ku ya?"

"Dengar kok.." ujar Jimin masih singkat. Yoongi kian sebal mendengar jawaban Jimin tersebut. "Kau tidak asik sekali. Seharusnya kau pacaran saja dengan gitarmu itu dan bukannya pacaran denganku." Mendengar ucapan Yoongi, Jimin pun menoleh dan mendapati wajah Yoongi yang sangat menggemaskan.

"Hei.." Panggil Jimin dan membuat Yoongi ikut menoleh. "Ada apa?" Balas Yoongi ketus. Jimin menggerakkan jari telunjuknya nampak sedang menyuruh Yoongi mendekat. Dan melihat Jimin menyuruhnya untuk mendekat pun Yoongi menurutinya.

CUPP

Yoongi terbelalak saat Jimin tiba-tiba mengecup bibirnya. Bola matanya sudah mau keluar. "Mwoya?" Tanya Yoongi. Jimin tersenyum menatap wajah Yoongi yang sudah merah seperti kepiting rebus. "Besok aku jemput di rumahmu.. ayo pergi bersama." Ucap Jimin.

.

.

.

Jimin duduk nyaman di sebuah sofa yang berada di dalam rumah megah milik keluarga Min. Jimin spontan berdiri dari duduknya saat ayah dari Yoongi yang bernama Yonghwa muncul. "Selamat malam paman." Ujar Jimin membungkuk sopan. Yonghwa hanya mengangguk dan menyuruh Jimin kembali duduk.

"Bagaimana kabar ayahmu?" Tanya Yonghwa. "Baik-baik saja paman." Jawab Jimin. Yonghwa tersenyum simpul dan menatap Jimin serius.

"Jimin-ah.."

Jimin langsung mengangkat wajahnya dan melihat Yonghwa. "Ya paman?" Sahut Jimin. "Kau tahu kan kalau kau satu-satunya harapan paman?" Jimin tidak berbicara apapun. "Paman harap kalian cepat-cepat menikah. Kalian sudah saling mengenal sejak SMA. Lagipula usia paman dan ayahmu sudah semakin tua.. dan apabila kalian sudah menikah. Paman akan merasa tenang menyerahkan perusahaan padamu."

Jimin tersenyum hambar. Baik ayahnya ataupun ayah Yoongi.. keduanya sama-sama menumpukkan perusahaan padanya. Jimin sebenarnya masih ingin mengejar mimpinya. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa sukses di dunia yang ia inginkan dan saat itu terjadi.. baru dia akan menikahi Yoongi dengan hati yang bangga. Ia tidak ingin hanya berpangku tangan menerima warisan.

"Akan aku pikirkan lagi paman." Ujar Jimin pelan. "Kalian sedang bicara apa? Serius sekali.." Yoongi tiba-tiba datang dan membuat Yonghwa maupun Jimin menatapnya bersamaan. "Apa ayah salah berbicara dengan calon menantu?" Ujar Yonghwa. Yoongi menatap sinis ayahnya dan menatap Jimin. "Benar? Ayah tidak bicara macam-macam padamu?" Jimin berdiri dari duduknya dan membungkuk hormat pada Yonghwa.

"Kami pergi dulu paman." Dan setelah itu Jimin menggiring Yoongi untuk berjalan keluar.

"Ayahku benar-benar tidak menanyai mu macam-macam Kan?" Jimin berdehem untuk menjawab pertanyaan Yoongi. Pemuda Park itu membuka pintu mobil dan mempersilahkan Yoongi untuk segera masuk. "Apa yang kau tunggu? cepat masuk." suruh Jimin.

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang