2006
Yoongi terduduk sendirian di bangku panjang tersebut. Pemuda itu masih nampak termangu di sana. Harus bagaimana dia sekarang? Apa dia harus bahagia atau bersedih? Bahagia karena sudah melepaskan diri dari Jimin dan bersedih karena sudah melepaskan Jimin.
Yoongi mendongak memandangi langit yang berada di atas kepalanya. Hujan baru saja berhenti turun. Dan sekarang langit kembali cerah. Saat ia memutuskan untuk menyerah akan Jimin. Apa dia juga harus membuka hati untuk orang lain? Haruskah?
Yoongi mengernyitkan dahi saat telinganya kembali menangkap sebuah suara aneh. Ia menoleh kearah kirinya dan memiringkan kepala saat matanya tak sengaja melihat ujung sepatu yang berada di antara semak-semak. Yoongi diam sejenak untuk berpikir. Sepatu? Di semak-semak?
"Ah." Yoongi langsung menutup mulutnya agar suaranya tidak terlalu keras. Ia mengulum senyumnya dan kembali melirik kearah semak-semak itu. "Jung Hoseok. Aku tahu itu kau. Jadi keluarlah." Ujar Yoongi santai.
Tidak lama dari itu seseorang benar-benar muncul dari semak-semak tersebut. Membuat Yoongi menoleh menghadap sosok itu.
"Kau benar-benar payah dalam menguntit. Jadi carilah keahlian lain." Ujar Yoongi.
"Apa kau sedang mengejekku sekarang?" Rajuk Hoseok. Pemuda tinggi itu nampak membersih-bersihkan seragamnya yang terkena kotoran karena bersembunyi barusan. Hoseok lalu berjalan menghampiri Yoongi dan duduk tepat di samping pemuda itu. Setelah selesai membersihkan seragamnya. Hoseok menoleh kearah Yoongi. Dengan serius ia menatap Yoongi. "Kau.. Apa tidak apa-apa?"
Yoongi ikut menoleh kearah Hoseok. "Wae? Apa aku terlihat tidak apa-apa saat ini?" Yoongi bertanya balik. Hoseok menundukkan kepalanya. "Aku melihat Kau dan Jimin. Maaf karena sudah melihatnya."
"Ah benarkah? Kau melihatnya? Ya sudah.. Tidak apa-apa." ujar Yoongi. Pemuda manis itu kembali menundukkan kepalanya.
"Apa Kau sangat menyukainya?"
"Siapa?"
"Park Jimin. Kau sangat menyukainya?"
Yoongi mengangkat wajahnya dan terdiam nampak berpikir. "Entahlah. Mungkin iya." Yoongi buru-buru menarik nafasnya dan melempar senyum lebar kearah Hoseok. "Tapi Hoseok-ah.. Ngomong-ngomong kenapa kau belum pulang?" tanya Yoongi.
"Ah itu.. Aku tadinya berniat untuk mengajak Kau pulang bersama.. Tapi malah.. Melihat Kau sedang berbicara dengan Jimin."
Yoongi mengangguk mengerti mendengar ucapan Hoseok. "Oh iya Kau... Kau mau minum tidak?"
"Mwo?"
Hoseok tersenyum lebar dan membuka ranselnya lalu mengeluarkan dua buah kaleng soda dari sana. "Tadinya aku membelinya untuk diminum saat kita pulang. Tapi kurasa sekarang juga tepat."
Hoseok meletakkan satu kaleng di sisinya. Dan satunya lagi coba ia buka. "Aku akan membukanya untuk Kau. Jadi tunggu sebentar ya?"
CRASSHH
"Wowww!"
Hoseok langsung berdiri dari duduknya saat soda itu malah menyemprot ke wajahnya. Dia baru ingat. Tadi dia sempat berlari untuk mengejar Yoongi dan itu menyebabkan soda yang ia simpan di dalam ransel tergoncang.
"Hahahahaha.. Ya Hoseok-ah! Lihat wajahmu?" Hoseok langsung sadar dengan apa yang baru saja menimpanya. Suara tawa Yoongi membuatnya kembali menoleh. Hoseok mengerjap-ngerjapkan matanya saat melihat Yoongi tertawa begitu lepas di hadapannya.
"Kemari duduk."
Yoongi dengan segera menarik tangan Hoseok dan menyuruhnya untuk duduk. Pemuda manis itu mengeluarkan sapu tangan miliknya dan mengelap wajah Hoseok yang basah akibat soda. Sedangkan itu Hoseok masih nampak terdiam di posisinya. "Lihat wajahmu sekarang? Hahaha.. Aku benar-benar ingin tertawa kencang melihatnya." Ucap Yoongi seraya masih membersihkan wajah Hoseok yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia
FanfictionYoongi ingin dirinya amnesia. ia ingin melupakan hal-hal bodoh bersama Park Jimin I wish that I could wake up with amnesia And forget about the stupid little things. Inspirasi drama korea 18 vs 29 MinYoon/YoonMin greyabugrey